Chapter 2 • Trouble Maker

3.2K 151 12
                                    

Mohon tekan ⭐️ sebelum baca ya! 🤩

Kalau masih gak nyaman bacanya maafkan. Maklum masih gak terlalu jago. Oh ya kalau ada TYPO dalam kesalahan nama. Maafkan saya ya.

Selamat membaca~ 🖤

• BLACK ROSE •

"Jadi, siapa dulu yang mulai?"

Hembusan napas panjang keluar dari bibir milik perempuan berambut pendek itu. Nicole menatap malas wanita kurus di depannya itu. Kemudian menolehkan kepalanya pada orang yang sedang duduk di sampingnya.

Di sana, Tania duduk dengan ekspresi yang hampir menangis. Kedua mata perempuan itu yang biasanya menyebalkan kini berkaca-kaca. Entah mengapa hal itu merupakan hal yang lucu bagi Nicole. Ternyata kelemahan perempuan itu ruang BK. Hah. Lemah sekali. Nicole kira perempuan gila di sampingnya itu takut dengan hal-hal yang lebih aneh. Tapi, setelah dipikirkan lebih lagi, takut pada ruang BK adalah hal yang lebih aneh. Benar-benar aneh.

"Yang mulai duluan itu Nicole, Bu. Saya lagi enak-enak duduk terus dia tiba-tiba marah. Malah sampai nampar-nampar segala, lagi."

Pernyataan Tania sukses membuat Nicole tersedak. Hal itu sontak membuat Bu Dwi dan Tania sama-sama menatap heran Nicole yang tiba-tiba tertawa kencang. Namun, lama kelamaan tawa itu pudar bersamaan dengan terbitnya sebuah senyuman sinis. Salah satu alis Nicole terangkat tinggi. Matanya berpaku pada wajah Tania yang sedang menampilkan raut herannya. Dengan kedua tangan yang terlipat di dada, Nicole mengunci sepasang mata milik Tania. "Wuu. Keren banget bohongnya. Udah puas belum?"

Dahi Tania mengernyit heran mendengar ucapan ambigu Nicole. "Apaan sih lo?"

"Gue tanya udah puas belum?!" Kali ini nada yang dikeluarkan Nicole meninggi. Hal yang sontak membuat wali kelasnya itu langsung menoleh padanya. Tapi, Nicole menghiraukan semua itu. Matanya hanya terpaku pada Tania.

"Aduh, kok kalian malah berantem lagi," celetuk Bu Dwi sambil menghela napas lelah. Wanita itu menggaruk kepalanya bingung menghadapi tingkah dua anak didiknya ini. Kemudian tatapannya jatuh pada Tania. "Tania, Ibu nggak suruh kamu bohong, lho."

Tania yang mendengar itu langsung memalingkan wajahnya panik. Menggeleng kuat sebelum menjawab. "Nggak kok, Bu! Saya ngomong yang sejujurnya," ucap Tania kembali. Berbeda dengan tatapan yakinnya, nada getar terdengar jelas dari ucapan perempuan tersebut.

Nicole mendengus, menatap penuh iba Tania yang duduk di sebelahnya. Nicole tidak tahu bahwa Tania akan berbohong sejauh ini. Bahkan sampai memutar balikkan fakta. Mungkin besok ia harus memberikan penghargaan spesial untuk perempuan itu itu.

Bu Dwi menatap Tania sebentar sebelum mengalihkan pandangannya pada Nicole yang berada di sebelah gadis tersebut. "Nicole, coba Ibu mau dengar penjelasan dari kamu," putus Bu Dwi akhirnya. Perkataan wanita itu sukses membuat mulut Tania ternganga.

Lain dengan Nicole yang langsung mengernyitkan dahinya heran. Merasa tidak biasa dengan permintaan itu. Karena biasanya dialah yang selalu menjadi kambing hitam disetiap permasalahan. Jadi, saat gurunya itu memintanya untuk memberi penjelasan, entah mengapa Nicole merasa aneh.

Melepaskan pemikirannya itu, Nicole menghela napas panjang sebelum membuka mulutnya. "Yang Tania bilang tadi nggak sepenuhnya salah. Dia lagi duduk terus tiba-tiba diajak ribut. Bedanya, yang diganggu itu sebenernya saya, bukan dia,"  ucap Nicole sembari menelengkan kepalanya pada Tania.

Bu Dwi yang mendengar itu langsung memalingkan tatapannya pada Tania. Ekspresi yang ditunjukkan oleh wanita itu menunjukkan sesuatu yang tidak baik. Hal yang sukses membuat perasaan Tania langsung tercampur aduk. Bahkan ia yakin wajahnya sudah sepucat mayat sekarang.

𝕭𝖑𝖆𝖈𝖐 𝕽𝖔𝖘𝖊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang