Chapter 3 • Masalah

2.6K 144 2
                                    

Pastikan sudah tekan ⭐️ sebelum membaca!

Kalau masih gak nyaman dengan kata-katanya maaf belum terlalu jago. Oh ya kalau ada TYPO dalam kesalahan nama. Maafkan saya ya. 🖤🖤

Selamat Membaca~ 🥰

• BLACK ROSE •

Waktu sudah mendekati pukul sepuluh malam. Hal yang sukses membuat Nicole menghela napas lega. Hah. Hari ini benar-benar terasa panjang baginya. Bersamaan dengan tangannya yang sibuk membersihkan toko tempat ia kerja, benaknya memutar kembali apa saja yang telah terjadi hari ini.

Rencana konyol Bu Dwi, hubungannya dengan Kenneth dan amarah manager restorannya itu. Rasanya kepala Nicole hendak pecah dalam hitungan detik lagi. Belum lagi, Nicole mendapat amukan karena datang dengan wajah penuh plester. Padahal Nicole sudah memberikan alasan bahwa ini karena jatuh dari sepeda. Tapi, sepertinya managernya itu tidak percaya. Tentu itu sangat membuat Nicole kesal setengah mati, karena hal itu membuatnya kerja semalaman sampai sekarang.

Butuh beberapa menit untuk Nicole selesai membersihkan toko tempat ia bekerja dengan bersih. Meregangkan tubuhnya sebentar, mata Nicole menelusuri setiap sudut tersebut—memastikan tidak ada satupun yang terlewat. Setelah sudah yakin, Nicole melepaskan seragam kerja dan memakai hoodie merahnya kembali. Tangannya sibuk memasukkan seragam sekolah miliknya masuk ke dalam tas.

Perlahan Nicole berjalan keluar dari toko tersebut dan langsung menaikki sepedanya—beranjak dari tempat itu. Kini, langit sudah bewarna hitam, dengan bulan dan bintang-bintnag yang menghiasi langit malam.

Merasakan angin malam tidak kunjung berhenti menerpa tubuhnya, Nicole menambah kecepatan goesan sepadanya. Jalanan sudah lumayan sepi. Hanya tersisa beberapa pengendara yang berlalu lalang saja. Ia benar-benar kapok sekarang. Jika hal itu kembali terjadi, Nicole lebih memilih melawan. Tidak peduli apa yang terjadi pada akhirnya, Nicole benar-benar benci jika harus mengalami semua ini untuk kedua kalinya.

Akhirnya, setelah mengambil waktu sekitar dua puluh menit, Nicole sampai di depan gerbang rumahnya. Tanpa lama lagi ia membuka gerbang rumah miliknya dan segera membawa masuk sepedanya itu. Melangkahkan kakinya masuk ke dalam, Nicole kembali merenggangkan tubuhnya yang sangat kaku. Menaiki sepeda lama-lama selalu berhasil membuat Nicole kesal. Bukan apa-apa, hanya saja Nicole benci dengan tempat duduk sepedanya itu yang selalu berhasil membuat tulang ekornya sakit.

Dengan cepat Nicole membuka pintu rumahnya yang terkunci itu. Namun, baru sedetik setelah Nicole melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya, tiba-tiba sesuatu yang licin berhasil membuat keseimbangan tubuhnya hilang. Sukses membuat tubuh Nicole jatuh dengan posisinya yang cukup fatal.

Kepala Nicole terbentur cukup parah di bagian belakang, sedangkan kakinya terasa sangat sakit sekarang. Nicole bisa menebak jika kakinya itu baru saja terkilir. Bahkan mengingat betapa keras suara saat ia jatuh saja membuat Nicole malu.

Sial.

Dengan perlahan Nicole berdiri dengan bantuan gagang pintu. Kini, Nicole baru sadar apa yang berhasil membuatnya jatuh seperti ini. Apalagi saat sebuah bau menyeruak indra pendengarannya. Nicole menghembuskan napasnya kasar.

Rahangnya mengetat bersamaan dengan matanya yang terpenjam erat. Sembari berusaha menekan amarahnya kuat-kuat sekarang, Nicole mencoba melangkah. Sedetik setelah ia menapakan kaki kirinya ke lantai, rasa sakit langsung menyerang dirinya.

Nicole menggeram tertahan dengan napas memburu. Well, benar-benar penyambut yang luar biasa setelah hari panjang yang telah ia lalui. Nicole benar-benar ingin menghilang dari dunia sekarang. Tapi, sepertinya ia tidak bisa melakukan hal itu sekarang. Karena sebuah suara seperti sedang muntah berhasil membuat dirinya kembali menghembuskan napasnya panjang. Lagi dan lagi hal ini terjadi.

𝕭𝖑𝖆𝖈𝖐 𝕽𝖔𝖘𝖊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang