Chapter 13 • Acuh Tak Acuh

1.2K 72 1
                                    

Mohon tekan ⭐️ dan jangan lupa untuk 💬 :)

Kalau masih gak nyaman dengan katanya, maaf. Nanti kalau ceritanya sudah berakhir di revisi kok.
Oh ya kalau ada TYPO. Maafkan saya ya.

Selamat membaca¡

Selamat membaca¡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huekk.

Dengan tubuh yang masih gemetar, perempuan berambut pendek itu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Perutnya bergejolak dengan dashyat. Seluruh bagian tubuhnya juga gemetaran sedari tadi. Nicole tahu ini akan terjadi. Namun, bodohnya ia masih nekat untuk melanjutkan permainan tadi.

Nicole bodoh.

Jika sudah begini, yang menderita juga ia sendiri. Nicole membasuh wajahnya. Perutnya benar-benar tidak enak. Baru saja Nicole hendak pergi ke kantin—sekedar membeli makanan yang bisa menutupi rasa mual dan sakit di perutnya saat ini, bel istirahat sudah berbunyi terlebih dulu, menandakan jika jam istirahat telah berakhir.

Dengan langkah letih Nicole beranjak pergi dari toilet perempuan itu. Tenaganya seperti dikuras oleh tangan raksasa. Tidak tersisa sedikitpun. Jika seperti ini, bagaimana Nicole melanjutkan pembelajarannya nanti.

Sembari bersandar pada tembok, Nicole perlahan beranjak keluar dari toilet tersebut. Saking tidak ada tenaga, Nicole tidak bisa mengangkat kepalanya lagi. Satu yang ia inginkan sekarang, pulang dan beristirahat. Namun, setelah melewati pintu toilet, sepasang sepatu berhasil menahan langkahnya.

Sialnya, pemilik dari sepatu itu berdiri di samping tembok. Membuat langkah Nicole ikut tertahan. Tidak mau membuang tenaganya, Nicole memilih untuk bergeser ke kanan dan hendak langsung menjauhi manusia itu. Namun, sang pemilik sepatu ikut bergerak ke arah yang sama seperti Nicole.

Hal itu sukses membuat emosi Nicole terpancing. "Apaan sih—Lo ngapain?" tanya Nicole tidak senang. Bagaimana bisa lelaki itu masih di sini sedangkan bel istirahat sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.

Kenneth, dengan wajah datarnya hanya berdiam sejenak. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, lelaki itu langsung menggendong Nicole dengan gaya piggy back dan beranjak entah menuju ke mana. Lain dengan Nicole yang langsung terkejut dan spontan melingkarkan kedua tangannya pada leher lelaki itu.

"Woi! L—Lo ngapain? Gila, ya?!" pekik Nicole sembari terus memberontak. "Turunin gue!"

Kenneth berdecak. Tetap mengacuhkan semua perintah dan pekikan perempuan itu. "Diam."

Mendengar itu Nicole langsung melotot. "Diam apanya?! Lo ngapain, sialan?!" sembur Nicole penuh emosi. Bahkan Kenneth dibuat meringis mendengar suara perempuan itu persis di dekat telinganya.

Mendengus pelan, Kenneth tetap melanjutkan aksinya. Lelaki itu sempat diam beberapa saat sebelum memutuskan untuk membuka suara, "Lo ... Nggak jadi."

Emosi Nicole bertambah satu tingkat saat mendengar racauan tidak jelas dari mulut Kenneth. Walau begitu, Nicole sudah berhenti untuk meminta lelaki itu menurunkannya. Seperti yang kita semua tahu, lelaki ini sangat keras kepala. Mungkin sama sepertinya. Oleh karena itu mereka sangat sulit untuk bersatu.

𝕭𝖑𝖆𝖈𝖐 𝕽𝖔𝖘𝖊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang