Bab 00 - Keputusan

2.7K 356 108
                                    

Bab 00 - Keputusan

(Has been edited, by Radrael. Wednesday, July 10, 2019)


Sejak awal, apakah aku memang sudah mati?

Atau, hanya jiwaku yang berpindah ke dunia lain?

Aku sendiri tidak bisa menemukan jawabannya. Dengan yang telah terjadi padaku saat ini pun, aku masih dibuat bimbang harus menyebut awal ini apa.

"Fate, di balik cermin ini adalah sebuah dunia yang sudah menunggumu. Dunia dimana kau bisa melihat bintang." kata Michaella.

Aku tatap cermin berbentuk persegi panjang yang memiliki ukuran besar. Cermin itu mirip seperti genangan air yang jernih, terbukti bayangan diriku terpantul sangat jelas di dalam.

Pigura cermin tersebut terbuat dari ukiran kayu yang indah, dengan hiasan bunga dan sulurnya.

"Michaella, sebenarnya maksud dari takdir yang kau sebutkan tadi, apa itu adalah sebuah kehidupan yang baru?" tanyaku.

"Kurang lebihnya seperti itu. Tuhan telah menjatuhkan takdir ini padamu, Fate. Beliau sungguh ingin Kau menerimanya." Angguk Michaella menanggapi.

"Ta—Tapi, bukankah ini sedikit tidak adil? Kenapa hanya aku yang bisa mendapatkan takdir ini?"

"Tuhan adalah hakim sejagat raya yang paling adil." sambarnya tegas.

"...."

Aku lalu menunduk kecil.

Jika memang seperti itu ... aku harus menysukurinya.

"Sebelum itu, aku akan memberikanmu sedikit informasi mengenai dunia yang akan kau tinggali."

"Informasi?"

Michaella lalu merogoh sesuatu dari balik jubahnya. Sedetik kemudian, dia menarik tangan kanannya dan sudah menggenggam sebuah buku.

"Benar. Nama dunia yang akan Kau tinggali adalah, [Yggdrallia]." Sebut Michaella saat membaca sampul buku yang ia pegang.

"[Yggdrallia]? Nama yang aneh."

"Begitulah. Nama dunia itu memang disesuaikan dengan kehidupan makhluk hidup yang menghuninya."

"Apa maksudmu?"

Michaella membuka sampul buku yang dia pegang dan mulai membacanya dengan seksama.

"Apa kau pernah mendengar istilah Fantasia?"

Aku menggeleng, "Sepertinya tidak."

"Kalau begitu, jika Fantasi pernah, 'kan?"

"Umm. Fantasi itu adalah dunia khayalan, 'kan?"

Michaella membalas jawabanku dengan anggukan, "Tepat. Jadi, apakah kau pernah bermimpi hidup di dunia fantasi?"

"Sering sekali malah."

"Ingin menjadi apakah kau jika hidup di dunia fantasi?"

"Entahlah. Namun, aku selalu membayangkan diriku bisa terbang di langit, memakai sihir, bertarung dengan sekumpulan monster jahat menggunakan sebilah pedang, dan —ahh sudah cukup, itu memalukan." jawabku seraya menggaruk-garuk kepala.

"Kupikir, itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Karena di [Yggdrallia], seperti itulah kau akan hidup nantinya."

"A—Apa? Jadi maksudmu, [Yggdrallia] adalah dunia khayalan alias fantasi?" tanyaku tak percaya.

Michaella menggeleng sambil menutup buku di tangannya, "Bukan Fantasi, tapi lebih tepatnya adalah Fantasia. Dimana dunia khayalan menjadi sebuah kenyataan."

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang