Bab 08 - Pilihan dan Keputusan

876 97 40
                                    

Bab 08

(Has been edited, by Radrael. Monday, July 15, 2019)


Dari arah depan, samar terdengar suara angin yang menerjang tebalnya kabut. Ditemani beberapa butiran salju yang dingin, angin pun menubruk dada ini dengan lembut.

Tak sedikipun keinginan untuk menggigil pada tubuh. Yang tersisa, hanya keteguhan hati dan kebulatan tekad yang telah terbakar layaknya bara api.

Mataku sejak tadi tak bisa berhenti menatap waspada kedepan. Lebih tepatnya, ke arah mereka yang mulai mengacungkan masing–masing senjata padaku.

Sesekali kelopak mataku menyipit, ketika kilau dari bilah senjata yang mereka pegang memantul ke arah mataku.

Percikan petir pada telapak tangan yang sedari tadi sudah menyala terang segera aku siagakan, ketika melihat salah satu dari mereka mengayunkan senjatanya enteng.

Dengan tetap tenang, aku mulai menganalisis keadaan saat ini yang sepertinya, sangat tidak berpihak padaku.

Jumlah mereka semua adalah 5 orang, termasuk Ruka. Karena mereka sekelompok bandit, kemungkinan mereka akan bertarung secara fisik.

Ini terbukti kuat karna masing-masing mereka memiliki senjata tangan yang bervariasi. Semisal pedang-satu-tangan, kampak, belati, dan cakar-pedang.

Beralih ke Ruka, dia tak memegang apapun di tangan, akan tetapi bola mata ungu-nya yang bersinar dan sikapnya yang senantiasa tenang. Mungkin, dia akan menggunakan sihir.

Daguku diangkat pelan, ketika menyadari jika semua keadaan ini bisa tercipta karna keberadaan Ruka sendiri.

Begitu, ya ...

Bodoh, kenapa aku terlambat menyadarinya?

Semua kabut ini, dan semua penumpang kapal ini bisa dibuat tidur. Itu karna Ruka yang melakukannya. Mengingat, dia seorang Ras Half-Elf.

Memanipulasi keadaan dengan memanfaatkan sihir, adalah kemampuan-nya.

Aku lalu menghela napas dan menggeser kaki kanan kesamping tanpa menimbulkan suara. Ini kulakukan agar posisi kuda-kudaku lebih matang, dan aku bisa bergerak dengan leluasa semisal memang harus bergerak tiba-tiba

Strategi bertarung macam apa yang bisa aku pakai supaya bisa lolos dari situasi saat ini?

Aku tak perlu memenangkannya.

Setidaknya, jika aku bisa mengimbangi mereka semua itu sudah keajaiban bagiku.

Mengesampingkan itu, aku juga dicemaskan dengan keberadaan Erika dan Michelle. Di saat genting sepert ini aku malah kehilangan mereka berdua.

Kuharap, mereka tidak mengalami sesuatu yang lebih buruk seperti keadaanku kini ...

"Apa perintah Boss?" ucap salah seorang dari mereka seraya memainkan belati yang digenggam.

"Sudah jelas, bukan? Habisi dan rampas barang semua penumpang ini?" saut rekannya.

"Dasar tolol! Boss bilang jangan bunuh semuanya."

Salah satu dari mereka yang memegang kampak lalu melirik ke arahku, "Benar. Gadis berambut putih dan berambut pirang itu, sebuah pengecualian."

Aku menggeratakan gigi tertahan, ketika mendengarnya.

"Di mana mereka?!" tanyaku mencari tahu.

"Hmm, di mana ya kira-kira?"

"Hei-hei, jangan begitu. Bukankah dia rekan kedua gadis itu?"

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang