Bab 04 - Kebulatan Tekad dan Kehangatan (Bagian 1)

1.4K 148 20
                                    

Bab 04 (Bagian 1)

(Has been edited, by Radrael. Thursday, July 11, 2019)


"Terima kasih!"

"Mampirlah lagi kapan-kapan, ya!"

"Hati-hati dijalan!"

"Sampai jumpa, para Petualang!"

Aku tersenyum ke arah para penduduk desa yang tengah menyoraki dan melambai-lambaikan tangannya kepadaku.

Begitu juga Michelle dan Erika, mereka malah masih berdiri di gerobak kuda yang tengah kami naiki dengan ikut membalas lambaikan tangan penduduk desa.

Para penduduk Desa Nimu saat ini sedang melakukan sebuah iring-iringan dalam rangka mengantarkan kepergian kami. Meskipun begitu sederhana, banyaknya penduduk desa yang berpartisipasi menjadikannya begitu meriah. Mulai dari anak-anak, pemuda-pemudi, orang tua, hingga sesepuh desa ini.

Mereka bahkan meniati semua itu dengan berbusana ke-adatan khas Desa Nimu. Berupa kemeja biru muda panjang, yang dibalut dengan sebuah kain tebal terbuat dari bulu domba.

"Selamat tinggal!" teriak Erika.

"Terima kasih banyak atas semuanya!" tambah Michelle.

"Sama-sama!" balas para penduduk desa.

Semakin jauh gerobak ini ditarik oleh dua ekor kuda, semakin menghilang pula sorakan perpisahan dari penduduk desa.

Michelle lalu duduk di sampingku, "Mereka semua sangat baik, 'kan, Fate? Bahkan mereka memberikan kita tumpangan gratis dengan menaiki gerobak kuda ini."

"Benar. Mereka memang penduduk yang ramah."

Erika yang masih berdiri lalu membalik badan, mengakibatkan jubahnya berkibar singkat mengikuti gerakan tubuh. Tak lupa ekor rambutnya yang sepanjang punggung, ikut menyamping anggun.

"Baiklah rekan-rekanku!" ucap Erika dengan logat layaknya kapten. "... kita akan mulai perjalan menuju Ibu Kota sekarang!"

"Apakah perjalanan ini akan memakan waktu lama?" tanyaku seraya melepaskan kalung bunga yang diberikan oleh salah seorang penduduk desa.

"Kita akan sampai 3 hari lagi."

"Lama juga, ya ...."

"Tahan dulu." Kata Erika sambil berjalan menuju tas yang berisikan barang-barangnya.

"Apa Kau meninggalkan sesuatu, Erika?"

"Tidak ...," balasnya tanpa menoleh. "... di mana aku menyimpannya, ya? Kurasa di sekitar sini ...."

Erika begitu sibuk mengais-ngais barang yang ada di dalam tas ranselnya untuk mencari sesuatu.

"Ketemu!"

Aku dan Michelle saling pandang heran, kemudian menatap Erika yang tengah menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.

"Kalian berdua, coba tebak benda apa yang aku pegang."

"Pasti Roti Labu." Tebakku.

"Asinan Lobak?" tambah Michelle.

Erika menatap kami berdua datar, "Bodoh. Apa kalian belum kenyang setelah sarapan di jamuan makan tadi?"

Aku dan Michelle kompak meringis konyol. Erika yang melihat tingkah kami, hanya menghela napas panjang.

"Dasar kalian berdua ...."

Dia lalu mendengus tertahan dan berjalan mendekat ke arah kami.

"Geser sedikit." Perintahnya padaku.

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang