Bab 03 - Tempat untuk Kembali

2K 198 115
                                    

Bab 03

(Has been edited, by Radrael. Wednesday, July 10, 2019)


Apakah pertemuanku dengan Erika, merupakan bagian dari takdir yang telah Tuhan rencanakan?

Jika demikian, aku ingin tahu.

Kira-kira, apa yang Tuhan pikirkan, saat menakdirkan hal ini untukku?

Aku sibak selimut dan terduduk untuk kesekian kalinya. Beberapa kali aku sudah mencoba untuk tidur dan beristirahat, seperti yang Michelle anjurkan supaya proses pemulihan tubuhku bisa lebih lekas.

Namun, aku malahan hanya sebatas merubah-ubah posisi tidurku, tanpa bisa terlelap. Karena, pikiranku tak kunjung berhenti memikirkan hal tadi.

Memikirkannya pun, sebenarnya akan sia-sia saja.

Karna memang seperti itulah takdir bekerja di kehidupan ini.

Penuh kejutan yang tak terduga.

Mencoba melupakan itu. Aku kemudian menyapu pandangan ke seluruh ruang kamar, yang lampunya telah dipadamkan karna sudah memasuki waktu tidur.

Meskipun keadaan sedikit gelap, aku malah merasa tenang dan terhanyut dalam notslagia kehidupan diriku sebelumnya. Seolah, aku kembali bertemu teman lama.

"Entah kenapa, aku merasa jika waktuku yang di dunia telah berhenti. Kini mulai berjalan kembali ...."

Aku melirik ke arah jam dinding. Tampak, jarum pendek sudah mencapai angka 10.

"Sepertinya, aku memang harus tidur. Mengingat, sudah selarut ini dan udara semakin dingin."

Namun, ketika aku hendak membaringkan tubuh dan bersiap dengan selimutku. Terdengar suara angin yang mengetuk-etuk jendela kamar ini dengan lembut.

Suaranya memang lemah, bahkan tarikan napasku masih terdengar lebih jelas. Tampak, gorden yang terpasang sedikit bergerak-gerak.

"Anginnya, memanggilku?"

Tubuhku tergerak, dan segera berjalan mendekat ke arah jendela tanpa mempedulikan kakiku yang menggigil karena berjalan di lantai kayu yang dingin tanpa alas kaki.

Sesampainya di depan jendela, kusibak pelan gordennya. Perlahan, remangan cahaya yang berasal dari luar membias masuk.

Mataku terbuka semakin lebar dan menahan napas ketika melihat apa yang di balik kaca.

"Bi—Bintangnya, banyak sekali!" Decakku terkagum.

Untuk sesaat, mataku tak kunjung berkedip di kala melihat jutaan bintang yang tengah menggantung menghiasi hitamnya langit malam [Yggdrallia]. Langit malam ini begitu bersih, tak berawan. Membuat pemandangan di angkasa terlihat sangat menakjubkan. Melihatnya, membuat jantungku berdebar-debar dan seluruh bulu romaku merinding.

Kusentuh permukaan kaca dengan gemetar, Iisanku mendadak sulit menutup karna masih saja terpaku dengan pemandangan di baliknya.

Merasa tidak puas, aku lalu membalik tubuh dan berjalan cepat ke arah almari. Setelah kubuka, aku langsung mengobrak-abrik pakaian di dalamnya untuk mencari pakaian tebal yang bisa digunakan.

Tanganku berhenti saat melihat sebuah mantel hitam polos yang tergantung dengan hanger. Segera kuraih dan memakainya dengan tergesa, kemudian beranjak dengan membiarkan almari tetap terbuka.

Bintang!

Aku bisa melihatnya!

Seperti yang Nenela katakan.

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang