Bab 07 - Keputusan Ruka

1K 99 47
                                    

Bab 07

(Has been edited, by Radrael. Monday, July 15, 2019)


Di sela tarikan napas kami yang seirama, terdengar suara ombak yang menghantam tubuh kapal. Akibatnya, tak jarang kapal ini hingga dibuat bergetar dan terhuyung kecil.

Dari samping, pintu kamar terbuka oleh tangan seseorang dari dalam. Reflek, aku dan Erika yang terduduk di bangku segera menoleh.

Kami pun berdiri ketika mendapati Michelle yang muncul dari dalam dengan kedua pundak yang diturukan.

"Michelle, kau baik-baik saja?"

"... A–Ahh, umm." Balas Michelle setibanya di hadapan kami.

Baik aku maupun Erika bisa menyadarinya, jika ada yang salah dengan Michelle melalui tatapannya yang enggan menatap kami berdua.

Meskipun terhalangi oleh rambut poni-nya, aku mampu melihat kedua bola matanya terlihat redup. Hanya tersisa sedikit cahaya yang memantul di dalam sana.

Bahkan, air mukanya yang sebelumnya begitu menunjukan kepercayaan diri saat ini terlihat begitu pucat.

"Begitu, ya. Jadi kau gagal menghilangkan tanda kutukannya." ujar Erika sembari melipat kedua tangan di dada.

"...."

Tak ada respon berarti dari Michelle. Dia hanya mengangguk samar seraya memegangi siku kiri dan mencengkramnya lemah.

"Sepertinya, pola lingkaran sihirnya terlalu rumit bagimu, Michelle."

"... Umm, maafkan aku, Fate. Pada akhirnya, aku tak bisa menghilangkan tanda kutukan yang melekat pada tubuh Ruka." ucapnya menyesal.

"Tidak perlu meminta maaf, Michelle. Aku bisa mengerti itu, kok." Sautku.

"Benar, jangan coba-coba Kau menyalahkan dirimu. Karena, sejak awal ini semua di luar kemampuan kita."

Dengan berat hati Michelle mengangguk, tanda dia (ingin) mempercayai perkataan Erika. Walaupun sebenarnya kami berdua tahu, jika Michelle mengangguk karna tak ingin membuat keadaan semakin keruh.

Aku sangat yakin jika Michelle saat ini begitu frustrasi. Sikapnya yang seolah pasrah dan tak berdaya, sudah cukup bagiku melihat semua itu. Meskipun, Michelle dengan sepenuh hati berusaha tetap menutupinya.

Mungkin dia merasa bersalah. Setelah, apa yang dia katakan dan janjikan, pada akhirnya dia tidak bisa melakukannya.

Namun, baik aku maupun Erika sangat tahu satu hal. Jika Michelle, sudah berjuang dengan segenap hati dan nurani-nya untuk melakukan semua ini.

"Kau sudah berjuang dan berusaha keras, Michelle," ucapku seraya menepuk pelan kepalanya. "... kerja bagus, Healer."

"Benar apa yang Fate katakan. Kau selalu berusaha keras untuk menjalankan tugasmu." imbuh Erika seraya berdecak.

"Semua usahamu, tidaklah sepenuhnya sia-sia, kok. Karna berkat kau, keadaan Ruka sudah lebih baik. Setidaknya, luka serta demam pada tubuhnya sudah Kau sembuhkan."

Aku menarik tanganku dari atas kepalanya dengan tersenyum.

"...."

Michelle mendapatkan kembali kepercayaan dirinya yang telah runtuh. Terbukti, kedua matanya kembali membiaskan cahaya kehijauan yang terang, dan senyum manisnya yang lembut, sudah menghiasi wajahnya yang sedikit merah.

Aku ingin, Michelle bisa lebih menghargai dirinya.

Aku juga ingin, dia lebih bisa menghargai usaha dan kerja kerasnya ....

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang