Bab 24 - Konsekuensi

242 19 19
                                    

Bab 24

"Shockwave!"

Serangan berupa jaring laba-laba raksasa yang mengarah padaku seketika tertebas skill milikku. Aku lalu memijak mana di udara dan melesat mendekat ke arah Miniboss yang masih saja tak bergeming.

Namun, tiba-tiba dia mengejangkan tubuhnya. Lalu, dari bawah tubuhnya dia meledakan serbuk beracun berwarna hijau kekuningan.

"Swiftness!"

Aku terpaksa mundur dan bertengger di salah satu batang pohon yang jaraknya cukup jauh.

Dilihat dari kepekatan warna serbuk beracunya, sebaiknya aku harus waspada dan tidak terlalu dekat dengan Miniboss itu. Bau menyengat yang dia keluarkan bersama serbuk beracunnya juga cukup membuatku terbatuk. Yang lebih mengerikan, beberapa monster yang terjebak di jaringnya jadi kejang-kejang dan kaku.

Sialan, dia tak membiarkanku mendekat dengan mudah.

"Sudah jelas, bukan? Engkau ini tamu yang tak diundang."

Ke mana sambutan hangat yang kau berikan?!

Aku lalu segera melompat lagi dan memutar pinggangku. Hembusan angin segera berkumpul pada bilah pedangku ketika aku melakukan konsetrasi mana.

"Divider!"

Sapuan angin yang kuat segera berhembus ke depan ketika aku menebaskan Catastrophe ke samping. Seketika, serbuk beracun yang mengumpul di dekat Miniboss langsung tersapu angin beserta dedaunan yang gugur. Bahkan, saking kuatnya hembusan angin dari seranganku, itu menyebabkan sarangnya ikut bergoyang-goyang.

Bagus! Ini bekerja dengan baik!

Aku harus memanfaatkan celah ini!

"Swiftness!"

Aku langsung berpindah tepat di hadapan Miniboss dan mendarat di sarangnya.

"Terima i—duh!"

Baru saja aku hendak mengayunkan Catastrophe ke depan, aku malah terjatuh karna kedua kakiku tertahan sesuatu. Saat kusadari, ternyata jaring yang kupijak merekat sangat erat pada alas sepatu bootku.

Ga-Gawat!

Aku lupa jika sarang ini juga terbuat dari jaringnya yang super lengket!

"Ya ampun ..."

"Kesalah yang fatal, bahkan untuk seorang pemula sepertimu, Fate."

Be-Berisik!

Melihatku yang terjebak di hadapannya, tentu saja aku sudah terlihat seperti mangsanya dan akan disantap oleh Miniboss itu. Buktinya, dia memperlihatkan semua gigi taringnya yang disembunyikan seraya mendekat.

"Jangan senang dulu! Aku baru saja mulai, tahu!" Aku lalu menatapnya percaya diri. "Discharge!"

Sekelebat petir hitam dari langit langsung menyambar tubuhku yang hendak dimangsa. Miniboss reflek berhenti mendekat dan terpaksa mundur selangkah demi selangkah. Tapi aku sangat yakin, jika serangan kejutku barusan sampai padanya. Setidaknya, ada percikan petir yang menenai tubuhnya. Akan tetapi, dia tak sedikitpun terkena efek stun.

Setelah kedua kakiku terbebas, aku memutuskan untuk mundur lagi. Kali ini, aku berdiri di atas mana yang kuķeraskan.

Ini hanya dugaanku saja, sih ...

Jangan-jangan, dia memiliki resist terhadap atribut petir, ya?

"Jika dilihat dari responnya yang tenang, sepertinya memang demikian."

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang