Bab 09 - Kebangkitannya yang Memberikan Keberanian

939 90 38
                                    

Bab 09

(Has been edited by Radrael. Thursday, October 18, 2018)


Sejujurnya, aku tak memiliki rencana apapun untuk menghadapi mereka semua. Meski begitu, yang bisa kulakukan hanyalah tetap maju. Jika tidak begitu aku tidak akan bisa menyelamatkan Ruka, Michelle, dan Erika.

Satu-satunya rencana yang bisa kupikirkan, hanyalah mengalahkan pria itu. Si keparat yang membuat semua kekacauan ini. Jika dengan menghabisinya bisa menuntaskan semua akar masalah saat ini, dengan senang hati aku akan melakukannya.

Dari dalam tubuh aku merasa ada sesuatu yang mulai terkuras, tetapi tiap kali hal itu terjadi tubuhku terasa panas dan ototku mengejang. Seolah, kekuatan dari dalam tubuhku begitu meledak-ledak.

Sudah pasti, itu adalah aktivitas mana di dalam tubuhku.

Lightning Magic Transformation, [Discharge]!

Diiringi bunyi sambaran petir, tubuhku langsung dilahap sebuah aura percikan petir. Kecepatan lariku pun seketika meningkat drastis.

Setelah dirasa cukup berlari, aku pun melompat untuk untuk melakukan Skill berikutnya.

Lightning Magic Manipulation!

"Shockwave!"

Aku langsung menebas kosongnya udara ke bawah, dan sebuah sabit raksasa yang terbentuk dari elemen petir yang memadat segera menukik ke bawah.

Keempat undead yang tengah mendekat langsung terkena telak seranganku. Namun, mereka semua sudah kembali pulih dan terbebas dari efek stun. Seolah, seranganku barusan tak memiliki dampak apapun pada mereka.

Aku pun mendarat dengan cara berlutut.

Ada apa ini?

Sihir elemen tidak berguna?

Aku sepertinya terlalu meremehkan kemampuan fisik para undead tersebut.

Walaupun mereka memliki gerakan yang lambat dan terlihat lemah. Tapi, tubuh mereka memiliki ketahanan terhadap serangan sihir dan resistansi elemen yang kuat.

"Untuk seorang pemula, kemampuanmu memanipulasi sihir elemen boleh juga."

"Aku tidak ingin mendengar itu darimu."

"Begitu, aku akan membuat semua ini menjadi lebih meriah!"

Dengan meninggalkan senyum licik di wajah, pria itu lalu menancapkan Magic Wand-nya ke lantai dan merentangkan tangan kanan ke depan.

Meskipun kini aku hanya bisa menguasai sihir elemen, untuk keadaan saat ini semua itu sudah lebih dari cukup. Mengingat, aku juga harus bercermin pada kemampuan dan pengetahuanku yang masih terbatas.

[Discharge], kurasa skill ini sedikit mirip dengan sebuah Skill-Assist/Buff. Aku mengeluarkan mana yang mengalir di dalam tubuh dan melepaskannya untuk diubah menjadi aura percikan petir. Hingga pada suatu waktu, aku bisa memfokuskan seluruh aura tersebut ke satu titik. Entah itu untuk serangan langsung, maupun sebagai buff.

Pada akhirnya, aku harus pandai-pandai memanfaatkan potensi skill ini.

Beralih ke [Swiftness]. Jika skill ini disebut sebuah Skill-Teleportasi sepertinya itu terdengar kurang tepat. Karna kenyataannya, skill tersebut tidak membuatku berpindah tempat secara instan.

Aku hanya bergerak menyaingi kecepatan suara, tubuhku harus tetap digerakan supaya bisa berpindah. Meskipun tak mampu dipungkiri, jika gerakannya sangat cepat. Mengingat, aku memanfaatkan [Discharge] agar tubuhku bisa bergerak secepat kilat.

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang