Bab 15
"Lusa nanti, setelah persiapan telah usai. Kita akan masuk ke dalam Dungeon."
Erika mengatakan itu dengan tenang dan tanpa keraguan yang menyertai. Seolah, dia sudah semenjak lama ingin mengatakannya.
Dan yang terpenting, tatapan matanya tidak berubah semenjak tadi. Aku memiliki firasat jika sebenarnya ada motif lain yang Erika samarkan dalam ambisinya untuk masuk ke dalam Dungeon.
Mungkin ini tidak sopan dan lancang, karna aku menyimpulkannya demikian tanpa mengetahui kebenarannya.
Namun, entah mengapa itu merupakan jawaban terbaik yang bisa kudapat hanya melalui tatapan matanya.
"Tunggu dulu, Erika. Biar kupastikan satu hal." Sanggahku.
"Apa itu?"
"Dungeon yang akan kita masuki, sudah tidak dalam masa Ekspedisi, 'kan?"
Erika mengangguk, "Tentu saja. Dungeon yang akan kita jelajah sudah ditaklukan, kok."
"Ternyata ada juga yang berhasil ditaklukan, ya? Lalu, berapakah lama waktu yang dibutuhkan untuk menaklukannya?"
"Jika dihitung sejak awal hingga akhir Ekspedisi, total memakan waktu 120 hari." Jawab Michelle.
"Empat bulan, ya? Itu bukanlah waktu yang sebentar."
"Begitulah. Aku sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya berada di dalam Dungeon selama 4 bulan." Kata Erika seraya menghela napas panjang.
"Ngomong-ngomong, kenapa bisa menghabiskan waktu selama itu?"
"maksudku, bukannya tujuan kita masuk ke dalam Dungeon itu hanyalah mengalahkan Last Boss dan monster yang penghuninya?" sambungku bertanya.
"Kau pikir Dungeon itu tempat yang seperti apa, Fate?"
Aku memiringkan sedikit kepala untuk berpikir, "Hmm, benar juga, ya. Mungkin seperti sarang monster pada umumnya?"
"Ya itu tidak sepenuhnya salah, sih. Tapi, satu hal yang pasti, di dalam Dungeon itu bagaikan masuk ke dunia lain yang penuh misteri."
"karna, semakin Kau turun ke lantai dasar, kian luas pula medan sebuah Dungeon." Sambung Erika.
"Wah, jadi di dalam Dungeon seperti itu, ya?"
"Umm, begitulah yang seringkali kami dengar dari para peserta Ekspedisi. Dengan kata lain, waktu sebanyak itu dilakukan oleh Tim Ekspedisi untuk menjelajah seluruh lantai di dalam Dungeon guna memberantas para monster dan memastikan tidak ada lantai yang tersembunyi." Tambah Michelle.
"Setelah selesai menelusuri seluk beluk tiap lantai di dalam Dungeon. Tim Ekspedisi pasti akan membagikan peta yang mereka buat selama melakukan penjelajahan kepada para Petualang lain."
"akan tetapi, tentu saja itu tidaklah gratis, sih. Kita perlu uang untuk membeli informasi berharga itu." Sambung Erika.
Aku lalu menurunkan pandangan, "Itu sudah sewajarnya dilakukan. Karna, Tim Ekspedisi sudah melakukan sesuatu yang tidak sembarangan orang bisa— tidak, maksudku tidak semua orang mau melakukannya."
"Begitulah. Sebuah peta Dungeon yang utuh berisi informasi, bisa dibuat berkat para Tim Ekspedisi yang bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk menjelajah. Jadi, aku tidak akan terkejut jika selama Masa Penjelajahan untuk membuat peta, banyak peserta Tim Ekspedisi yang tewas." kata Erika prihatin.
Aku kemudian mengepalkan tangan erat ketika memikirkan ini dalam-dalam.
Siapapun pasti tahu, imbalan berupa uang merupakan bayaran sangat murah untuk sebuah peta Dungeon yang telah dibuat oleh Tim Ekspedisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)
FantasyBlurb Sebuah insiden sadis telah merenggut nyawa seorang pemuda cacat bernama Fate. Di saat dia merasa lega karena sudah terlepas dari segala beban kehidupan di dunia, Fate didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan untuk memutuskan takdir baru di...