Bab 01 – Gadis yang Bermandikan Salju
(Has been edited, by Radrael. Wednesday, July 10, 2019)
Ketika tengah melangkah tiba-tiba kakiku tersandung sesuatu, mengakibatkanku kehilangan keseimbangan dan tersungkur ke depan.
Aku lalu mengaduh dan menutup mata di saat yang bersamaan, ketika tubuhku menyentuh sesuatu yang dingin. Lalu, saat membuka mata aku langsung tercekat.
"I—Ini di mana?"
Semua yang kulihat kini tertutupi sebuah lapisan putih yang berkilauan dan dingin.
Aku segera berdiri dan membersihkan jubahku dari tempelan benda putih yang berkilau.
"Sejak kapan aku berpakaian seperti ini?" gumamku kebingungan.
Setelah diteliti, kini aku menggunakan sebuah jubah hitam yang memiliki banyak bulu pada lengan, bagian bawah jubah, dan kerahnya. Sedangkan bagian bawah, aku menggunakan sepasang sepatu boot hitam, serta celana berbahan tebal sewarna dengan sepatu.
Apa-apaan dengan setelan pakaian ini?
Pasti yang memilihnya memiliki selera yang buruk.
Namun setidaknya, dengan pakaian ini aku merasa tetap hangat.
Aku lalu menghela napas, kepulan asap putih pun menggantikan udara yang dikeluarkan dari mulut.
"Jangan-jangan, semua ini adalah hadiah yang Michaella maksud, ya?"
Setelah menjabarkan dan memahami semua yang telah terjadi. Aku sudah menjadi lebih tenang, saat telah berhasil menyimpulkan sesuatu.
Kusentuh benda putih kecil berkilau yang tengah melayang dan turun perlahan di udara. Ketika aku sentuh, benda itu terasa dingin, kemudian mulai mencair menjadi setetes air.
"Jadi, ini yang dinamakan salju, ya?"
Jika saat ini tengah turun salju, berarti di daerah ini tengah mengalami musim dingin, ya. Lebih tepatnya, di [Yggdrallia] tengah memasuki musim dingin.
Tempat aku berada kini mungkin di dalam hutan. Karena, banyak sekali pepohonan rindang yang tertutupi oleh lapisan salju. Rerumputan dan tanahnya pun hanya terlihat di bagian tertentu saja.
Dari arah belakang, samar terdengar tumpukan salju diinjak. Aku lalu menoleh pelan ke belakang.
"Binatang apa itu?"
Seekor binatang berkaki empat tengah berjalan di atas tanah bersalju, seraya menundukan kepala dan mengarahkan hidungnya ke bawah. Sepertinya, dia tengah mengendus sesuatu.
Binatang itu memiliki rambut lebat berwarna oranye, ekor yang panjang, dan telinganya lebar.
"Apakah binatang itu disebut rubah?"
Ini tidak akan pernah ada akhirnya, kecuali aku memikirkannya sembari mencari tahu semua yang aku lihat.
Semasa hidup, aku hidup dalam kegelapan yang diakibatkan oleh kecatatan kedua mataku. Menjadi buta untuk sekian lama, membuat diri ini mulai lupa akan rupa, wujud, dan bentuk semua benda hidup maupun mati. Bahkan, dunia yang aku tinggali sendiri.
Namun, Nenela senantiasa menceritakan kepadaku betapa indahnya dunia dan seisinya, menjadikanku bisa tetap mengetahuinya walaupun sulit untuk membayangkannya. Itulah mengapa, bagiku Nenela seperti menggantikan 'mataku'.
"Lupakan rubah itu, aku harus keluar dari hutan ini terlebih dahulu."
Dengan bermodalkan nekat dan intuisi, aku pun mulai menyusuri hutan. Langkahku tak jarang tersendat-sendat, dan itu membuat kedua kakiku mulai kedinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)
FantasyBlurb Sebuah insiden sadis telah merenggut nyawa seorang pemuda cacat bernama Fate. Di saat dia merasa lega karena sudah terlepas dari segala beban kehidupan di dunia, Fate didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan untuk memutuskan takdir baru di...