Bab 26
Ti-Tidak mungkin ...
Lagi?!
Tepat setelah membatinkan hal itu, bulan yang semula bersembunyi di balik awan hitam mulai menampakan dirinya.
Perlahan tapi pasti, cahaya sang Luna pun bersinar menerangi malam kelam ini. Hingga pada akhirnya, sosok serba putih yang kini berdiri di hadapanķu menjadi bermandikan cahaya bulan.
Dalam diamku, aku masih menatap ke arahnya dengan air muka yang terkejut. Akan tetapi, setelah sekian kali membalas tatapannya yang merah keterkejutanku tak berlangsung lama.
Namun seperti biasa, intimidasi melalui sikap dam tatapannya sama sekali tak berkurang. Justru, aku merasa jika saat ini tekanan yang dia berikan kian menguat berkat ucapannya barusan.
"Bukankah sudah kubilang, jika kau tak perlu sampai terkejut seperti itu ketika melihatku, Fate."
"Yah, bagaimana mengatakannya, ya. Habisnya, selama ini kau selalu muncul tiba-tiba, sih."
"Maaf saja, itu kebiasaan burukku."
Aku menatapnya sengit, ketika kembali mengingat jika raga yang Erika bermata merah pakai adalah milik Erika yang asli.
Entahlah, soal di antara mereka menurutku tak ada konsep asli atau palsu. Karna bagiku, mereka berdua asli. Sama seperti yang kukatan dipertemuan kami sebelumnya, meski kepribadian mereka terpecah, mereka tetaplah Erika.
Namun, saat mengingat kedua kepribadian Erika yang saling berebut kesadaran membuatku dilema. Maksudku, siapa yang harus mengalah dan disalahkan?
Erika dengan mata merahnya bisa muncul di hadapanku, bukanlah tanpa sebab. Dengan kata lain, ada alasan atau pemicunya dia bisa muncul. Meski begitu, aku bertaruh jika Erika dengan mata birunya pasti sudah berjuang untuk mengekang Erika dengan mata merahnya agar tidak merebut kesadarannya.
"Kau tak perlu menatapku setajam itu. Aku bisa mengambil alih kesadarannya karna sejak awal dia sudah kelelahan menahan semua kesedihannya." tebaknya seolah telah membaca isi pikiranku.
"Kesedihan?" balasku seraya menggeretakkan gigi. "apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"
"Entahlah ..."
"Kau ini me—"
Tanpa diduga, tiba-tiba Erika hinggap di dalam pelukanku. Karna terkejut, aku tak mampu memberikan reaksi berarti.
Ap—?!
Tak hanya berhenti sampai di situ, Erika lalu mendekap tubuhku sangat erat sampai dadaku terasa sesak.
"He-Hei, Erika! Kenapa tiba-ti—"
"Ahh ... syukurlah, Fate baik-baik saja," Ucapnya sambil mengusap lembut punggungku. "aku sangat cemas, tahu."
"K-Kau, apa yang kau rencanakan?"
"Diamlah dan biarkan aku melakukan ini lebih lama."
Tubuhku yang semula kaku pun mulai mengendur. Jika sudah seperti ini, aku memutuskan untuk mengikuti permainan yang sedang Erika dengan mata merahnya lakukan.
"Hei, apa yang kau lakukan?"
"Apa maksudmu?" tanyaku.
"Aku baru tahu kau ternyata seorang pria yang kejam, Fate."
"Tsk."
Aku menghela napas, lalu membalas pelukannya dengan agak kaku.
Rambut putih yang tergerai bebas aku elus dengan pelan. Itu sangat lembut dan nyaman, bahkan tiap kali aku elus rambut Erika seolah mengeluarkan aroma yang wangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)
FantasyBlurb Sebuah insiden sadis telah merenggut nyawa seorang pemuda cacat bernama Fate. Di saat dia merasa lega karena sudah terlepas dari segala beban kehidupan di dunia, Fate didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan untuk memutuskan takdir baru di...