Bab 02 (Bagian 1)
(Has been edited, by Radrael. Sunday, July 14, 2019)
"Fate, menurutmu aku itu seorang gadis yang seperti apa?"
Ketika mendengar suaranya yang merdu, membuatku terasa lebih hidup.
"Hei, kenapa kau mengabaikanku, sih?"
Semakin dia memanggil dan meneriaki namaku, dada ini begitu terasa sesak.
Aku lalu merasakan telapak tanganku tiba-tiba merasa hangat karena tengah menggenggam sesuatu.
"Bagaimana, apakah kulitku jadi halus? Aku memakai pelembab kulit yang kau pilihkan untukku."
"Walaupun kau memilihnya asal-asalan, tapi entah mengapa aku menyukainya!"
Begitu, ya. Ternyata benar, jemari lentik yang senantiasa menyelip di antara jemariku adalah miliknya.
Dia selalu saja memamerkan betapa lembut jemarinya, dan membiarkanku merasakannya.
"Tanganmu besar sekali, ya. Apakah memang tangan seorang laki-laki sebesar ini?"
"Sedangkan miliku, sangat kecil dan imut! Benar, 'kan?"
Terdengar gelak tawanya yang tertahan saat dia membandingkan ukuran telapak tangannya dengan milikku.
Itu terdengar sangat lembut dan riang, membuat siapapun yang mendengarnya akan ikut tertawa seolah merasakan alasan dirinya tertawa.
"Fate, sakit! Kau menggenggamnya terlalu kuat."
"Tidak perlu cemas, aku tidak akan pergi ke mana pun. Kau boleh menggenggam tanganku selama yang kau mau, karena aku juga tak ingin kau melepaskannya."
Semua yang dia ucapkan terlalu indah untuk didengar. Bagaimana jika dia malah terbebani dengan semua yang dia katakan?
"Fate, kenapa kau melepaskan tanganku?"
"Apakah kau meragukanku?"
"Apakah kau tidak menginginkan diriku untuk menggenggam tanganmu lebih lama?"
"Apakah kau ..., membenciku?"
Samar, aku mendengar isakan tertahan seorang gadis.
Lalu, ada cahaya di pekatnya kegelapan yang di dalam mata buta ini. Cahaya itu membesar dan semakin memutihkan kegelapan yang ada, seolah cahaya itu ingin menelan semua kegelapan ini.
Suara isakan itu berubah menjadi tangisan yang lara. Itu merusak telinga dan menyayat hati bagi siapapun yang mendengarnya.
Aku melihatnya, seorang gadis berambut coklat tengah menangis menahan perihnya takdir, dan memaki-maki dunia. Bahkan, dia sampai berani mengutuk si pembuat takdir itu sendiri.
Entah mengapa, aku merasa ikut sedih melihatnya. Aku ingin dia berhenti menangis.
Kucoba mendekat, dan meraih tangannya sebelum dia tenggelam sekain dalam ke dasar lautan kesedihan.
"Kau tidak akan pernah lagikan melepaskan genggaman tanganku?"
"Kau bersedia untuk menggenggam tanganku lagi, 'kan?"
"Kau tidak akan pergi ke mana pun, 'kan?"
"Jadi, kau tidak membenciku, 'kan?"
Saat aku hampir meraih tangannya, gadis itu malah menepis tanganku dan semakin terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)
FantasiBlurb Sebuah insiden sadis telah merenggut nyawa seorang pemuda cacat bernama Fate. Di saat dia merasa lega karena sudah terlepas dari segala beban kehidupan di dunia, Fate didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan untuk memutuskan takdir baru di...