Bab 05 - Luka di bawah Langit Malam

1.1K 119 45
                                    

Bab 05

(Has been edited, by Radrael. Friday, July 12, 2019)


"Selamat makan!"

Saat kertas yang membungkus kentang bakarku telah tersobek, kepulan asap hangat segera terlihat keluar.

"E–Enak banget!" decak Michelle.

Aku menoleh ke samping, terlihat Michelle tengah memakan jananan yang tadi kami beli dengan susah payah. Terbukti, ubi ungu yang dia pegang dengan kedua tangan sesekali ditiup dan dimakannya dengan perlahan.

"Rasa bumbu Barbeque-nya begitu gurih, dan ubi ini manis banget!"

Aku tersenyum saat melihat ekspresi puas yang dia tampakan. Wajah seputih salju Michelle bahkan memerah, karena begitu hangatnya makanan yang dia makan.

Lalu, aku kembali fokus dengan jajananku. Dengan menelan ludah saat hendak memakannya, aku memilih untuk menggigit bagian yang begitu tebal dilapisi olesan keju putih.

Saat tergigit, tekstur kentangnya sungguh lunak. Olesan keju putih yang berada di atasnya, membuat semakin lembut saat dikunyah. Serta menimbulkan perpaduan rasa manis, asin, dan gurih.

Lezat sekali!

Sementara itu, Erika yang terduduk di samping kananku juga tengah berjuang memakan jajanannya yang berupa jagung panggang dengan olesan krim mayones pedas.

"Erika, apa kau suka makan-makanan yang pedas?" tanyaku.

"Begitulah. Kau sendiri gimana, suka?" tolehnya.

"Tergantung, sih."

"Twerganthuwng bwagaimwana?"

"Hei, jangan makan sambil bicara." Hardikku.

"... Jadi, kau juga suka makanan pedas?"

"Jika berkuah, asin, dan pedas aku sangat menyukainya, sih."

"Hmmm, selera kita hampir sama, ya. Ngomong–omong, biarkan aku mencicipi kentang bakarmu, dong." Pintanya.

"A–Ah, umm. Silahkan ...."

Aku lalu mengulurkan tangan kananku yang memegang kentang ke arah Erika.

Kemudian, tanpa menunggu aba-aba dariku. Erika langsung menggigit kentang bakarku, tepat disisi yang telah aku gigit.

Sejujurnya aku sedikit terkejut. Namun, karna Erika nampak tak begitu memikirkannya jadi kupikir ini baik-baik saja. Terbukti, dia saat ini malah menggigit kembali kentang bakar milikku dengan wajah tanpa dosa.

"E—Enak banget!" Serunya. "... jika aku tahu selezat ini, aku juga akan memesannya!"

"Begitukah? Kalau mau, kau boleh makan sisanya, kok."

"E–Eh? Seriusan, nih?" tanya Erika antusias.

"Tentu saja, silahkan."

"Ka-Kalau begitu, kau juga boleh makan jagung bakarku." Kata Erika seraya memberikan jagungnya.

"Baiklah, kita anggap saja ini barter."

"Umm!"

Saat jajanan milikku sudah berpindah ke tangannya, wajah Erika begitu nampak bahagia dan lucu.

Di mataku, wajahnya yang saat ini tak berbeda seperti seorang anak kecil yang mendapatkan hadiah terbaik dari ibunya.

Erika pun memakannya dengan lahap, walaupun masih sedikit panas. Dia dengan telaten meniupnya sesekali.

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang