Selingan 1
Pagi telah tiba, kicauan burung dan cahaya matahari yang bersinar terang segera menyambut hari yang baru. Embun yang memenuhi Kota Centoaria mulai mengering, udara yang dingin bekas semalam pun langsung menghangat seiring matahari kian melambung.
Aktivitas penduduk kota telah dimulai semenjak pagi buta. Mereka yang memiliki kios di pasar segera bertolak menuju Distrik 2 pada bagian Barat Kota Centoaria. Sementara itu, para Petualang lebih memilih memasuki bar atau restoran untuk sarapan sebelum bekerja.
Pada sebuah Penginapan sekaligus Bar yang dikelola oleh mantan seorang Petualang berlencana Emas, Little Big Hope Inn milik Hellon Lephad. Pagi ini suasana Bar-nya ramai seperti biasa. Baik para penyewa kamar maupun pelanggan setia yang didominasi oleh para Petualang, saat ini mereka tengah memenuhi tiap meja untuk menyantap sarapan.
Beberapa hari ini, terdapat pemandangan yang cukup langka di sela kesibukan para pegawai Little Big Hope Inn. Itu karena ada seorang gadis cilik berambut merah jambu dengan sepasang pita biru yang ikut bekerja.
Entah sejak kapan gadis cilik itu mulai pandai bekerja, yang pasti keberadaannya membuat suasana begitu berbeda. Meskipun tak bisa dipungkiri, jika keberadaannya masih asing bagi kebanyakan orang. Mengingat, dia bukanlah manusia, melainkan iblis yang memiliki wujud manusia.
"Ravinca, meja nomer 8 tolong dibersihkan, ya." Perintah Elly sembari tersenyum.
"Baik."
Dengan sigap, Ravinca membawa nampan dan menuju meja yang hendak dia bersihkan. Sesampainya, dia nampak bingung saat melihat begitu banyak piring, gelas, dan mangkuk kotor yang berantakkan di atas meja.
Dengan telaten, Ravinca mulai menyisihkan makanan yang tersisa ke dalam mangkuk. Itu dia lakukan berulang-ulang hingga seluruh sisa makanan berhasil dia kumpulkan di dalam satu tempat.
Setelah itu, dia baru menumpuk piring kosong dan mangkuk di atas nampan. Karna terlalu berat, dia hanya mampu membawanya sebagian. Oleh sebab itu, dia akan kembali lagi nanti untuk membawa sisanya.
"Bagaimana dengan Ravinca, apakah dia baik-baik saja?" tanya Lephad.
"Umm. Seperti yang Ayah lihat, dia sangat bekerja keras." Balas Elly sambil terus memperhatikan Ravinca. "Dia juga bisa cepat belajar setelah melihat aku melakukan pekerjaan."
"Syukurlah. Kukira, dia akan kesepian karna Fate tidak bersamanya."
"Ravinca memang kesepian, kok. Hanya saja, dia tidak ingin berlarut-larut dalam kesepiannya, karna itu dia lebih memilih untuk bekerja agar pikirannya bisa teralihkan."
"Begitukah. Ngomong-omong, ini sudah hari ke-3, ya."
Elly lalu mengangguk kecil, "Umm. Tak terasa, Fate sudah berada di dalam Dungeon selama 3 hari. Apakah dia baik-baik saja di sana? Apakah dia makan dengan teratur?"
Melihat kegelisahan putrinya, entah mengapa tiba-tiba Lephad menjadi merasa bersalah.
Selama ini, pasti itu yang senantiasa Elly pikirkan saat dia dan istrinya masih menjadi seorang Petualang yang gemar ikut Ekspedisi Dungeon.
Lephad menjadi tahu mengenai perasaan Elly yang sejak dahulu dia abaikan. Perasaan cemas dan takut akan seseorang yang menjelajah masuk ke dalam Dungeon.
"Tenang saja, Elly. Fate adalah seorang pria, dia pasti akan menepati janjinya dan pulang."
***
"Terima kasih atas kerja kerasnya, Ravinca. Sekarang kau boleh istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)
FantasyBlurb Sebuah insiden sadis telah merenggut nyawa seorang pemuda cacat bernama Fate. Di saat dia merasa lega karena sudah terlepas dari segala beban kehidupan di dunia, Fate didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan untuk memutuskan takdir baru di...