Bab 19
Sebutir salju hinggap pada batang hidungku, lalu segera mencair menjadi setetes air. Menjelang malam, udara yang sebelumnya sudah dingin kini mulai membuat sensasi beku yang kuat.
Di sampingku, ada Erika yang berjalan menyusuri jalan setapak kota Centoaria dengan langkah yang sama.
Jarak kami begitu dekat, hingga tak jarang membuat pundak kami saling berhimpitan, entah itu sengaja maupun tidak. Akan tetapi yang pasti, itu sedikit membuat kami merasa hangat di kala udara dingin menusuk tulang.
Sementara itu, satu langkah di depanku ada Michelle dan Nancy yang saling berbincang untuk mengisi kekosongan.
Mereka membicarakan banyak hal, terutama kelangsungan diskusi tadi siang. Tak jarang, baik aku maupun Erika pun menyahut perbincangan tersebut.
Aku merasa lega jika semua ini baik-baik saja. Erika dan Michelle bersedia mengakrabkan diri lebih cepat dengan Nancy.
"Oh benar juga," celetuk Nancy lalu menoleh kecil padaku. "Fate, rumor mengenai jika kau bisa menguasai Sensorik dan Instant-Magic, apakah itu benar?
"U-Umm, begitulah."
"Heeh~ ... ternyata kau lebih hebat dari yang kukira, ya."
"Terima kasih. Tapi, aku tidak sehebat itu kok."
"Apakah itu benar, Nona Alexis?" Tanya Nancy pada Erika.
Pundak Erika sedikit tersentak, seolah dia baru saja melamun, "A-Ah, umm!"
"Seperti apa kemampuan Fate, Erika?" tambah Michelle bertanya. "Saat itu, kau bertarung bersama Fate, 'kan?"
"Nah coba ceritakan, aku ingin dengar."
"Hmm benar juga, ya. Karna Fate bisa menguasai Instant-Magic, kemampuan Sihir-nya tak perlu diragukan," jawab Erika sambil memiringkan kepala kecil.
"Hanya itu?"
"Dia juga bisa menggunakan pedang."
"Eh? Pe-Pedang?" balas Michelle bingung.
"Seriusan?" timpal Nancy senada.
Mereka semua kompak menatapku dengan keraguan yang terlukis jelas pada tiap mimik wajah mereka.
"A-Anu ... apakah itu terdengar aneh?" tanyaku.
Sambil tetap menjaga langkah, mereka lalu saling lempar pandangan.
"Bukannya aneh, sih. Hanya saja, itu terdengar jarang." Jawab Michelle.
"Kenapa bisa begitu?"
"Sudah jelas, bukan? Jika kau seorang Penyihir, mana mungkin kau menggunakan pedang sebagai senjata."
"Lebih efektif jika kau menggunakan Magic Wand atau Staff." Sambung Erika menjelaskan. "pedang itu lebih cocok digunakan oleh kesatria."
"...."
"Yah, perbedaan yang paling mencolok dari seorang Penyihir dan Kesatria sebenarnya bukan terletak pada senjata yang mereka gunakan, sih. Melainkan, dari cara mereka memanfaatkan yang ada mana di dalam tubuh mereka." Jelas Nancy.
"Benar apa yang Nona Nancy katakan," imbuh Erika. "Penyihir cenderung menggunaka mana untuk mengeluarkan Skill Sihir mereka. Sementara itu seorang Kesatria, menggunakan mana untuk memperkuat skill dan tekhnik berpedang mereka."
"Jadi, dengan kata lain?"
"Tanpa mana, seorang Penyihir tak bisa berkutik. Tapi, seorang kesatria bisa tetap bertarung meskipun mereka kehabisan mana, karna mereka masih memiliki tekhnik dan keterampilan seni berpedang." Imbuh Erika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)
FantasyBlurb Sebuah insiden sadis telah merenggut nyawa seorang pemuda cacat bernama Fate. Di saat dia merasa lega karena sudah terlepas dari segala beban kehidupan di dunia, Fate didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan untuk memutuskan takdir baru di...