Bab 02 - Dia yang Lain (Bagian 2)

1.7K 190 43
                                    

Bab 02 (Bagian 2)

(Has been edited, by Radrael. Wednesday, July 10, 2019)


"Beruang Iblis?" tanyaku bingung.

Michelle yang sudah kembali, kini tengah meracikanku sebuah minuman obat yang bisa membuat tubuhku pulih lebih cepat.

"Benar sekali, beruang yang mengejarmu adalah iblis yang telah menjelma menjadi hewan." jelas Erika.

"Iblis yang menjelma menjadi wujud hewan, biasanya semakin bertambah kuat. Karena sudah memiliki wujud nyatanya." Imbuh Michelle yang sudah selesai meracik minuman obat.

Lalu, dia berjalan mendekat ke arahku dengan menenteng cangkir di tangan kanannya.

"Apakah itu berbahaya?"

"Pertanyaan bodoh. Tentu saja berbahaya, buktinya Kau sampai dibuat sekarat olehnya."

"Ini, habiskan ya, Fate." Ujar Michelle seraya memberikan cangkirnya padaku.

"... Umm. Terima kasih."

Kulihat air obat yang ada di dalam cangkir. Warnanya kuning gelap, kental, dan memiliki aroma yang menyengat.

"Rasanya mungkin pahit, tapi tetap tahan saja ya. Jangan coba-coba Kau muntahkan."

"Aku mengerti."

"Michelle, sudahlah. Dia 'kan laki-laki, tak perlu berlebihan untuk memanjakannya." sindir Erika.

"Tidak apa-apa. Bagaimana pun juga, Fate itu pasienku, Erika."

Sembari mendengarkan mereka berdua, aku menahan napas dan perlahan minumannya.

Ternyata benar. Obat ini terasa menjadi semakin pahit saat aku benar-benar menelannya. Namun, aku tetap menahannya hingga seluruh air-nya terminum.

"Ini teh hangat, minumlah untuk mengurangi rasa pahit yang tertinggal di lidah." Sambung Michelle cekatan.

Cangkir yang kupegang kembali diterima oleh Michelle. Lalu, kuraih gelas yang Michelle pegang sebagai gantinya dan langsung kutenggak habis air teh yang ada di dalamnya.

"Bagaimana? Apa rasa pahitnya berkurang?"

"Umm, begitulah. Terima kasih banyak."

"Sama-sama."

Kami berdua sama-sama membalas dengan saling lempar senyum.

"Apa hubungan kalian berdua benar-benar hanya sekedar perawat dan pasien?"

"E—Erika! Apa maksud perkataanmu?" sambar Michelle yang hampir menjatuhkan gelasnya.

Erika tersenyum makin jahil, "Habisnya, kalian terlihat sangat dekat walaupun baru bertemu."

Dengan wajah yang memerah, Michelle membalas, "Itu tidak benar. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, kok."

"Erika, berhenti menggoda Michelle." sautku menengahi.

"Iya-iya, aku hanya bercanda, kok."

"Kalau begitu, aku ingin memasak makanan dulu untuk makan malam kita." Ujar Michelle sambil menenteng nampan yang terdapat bekas cangkir obat. "Erika, tolong awasi Fate ya hingga aku kembali."

"Baiklah-baik, dasar merepotkan saja. Cepatlah sembuh."

"Maaf saja, ya!" balasku tak mau kalah.

Michelle hanya tersenyum, dan kemudiam dia segera beranjak dari ruangan ini.

"Hei, Erika."

Erika yang tengah melepas jubahnya lalu menoleh ke arahku, "Hmm?"

"Maaf jika aku lancang. Kalian berdua, apakah kalian berteman?"

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang