Bab 11 - Sebuah Janji dan Harapan

835 96 46
                                    

Bab 11

"Apakah itu Kau, Erika?"

Duniaku benar-benar teralihkan oleh sosoknya saat ini.

Wajah pucatnya mirip boneka, lisan tipisnya hanya membentuk garis lurus, dan rambutnya yang panjang sedikit berantakan.

Melihat semua itu, segala asa yang akan aku katakan ketika kami bertemu. Seolah tersangkut di tenggorokan.

Aku pun berdiri, ketika Erika sudah sampai di depanku.

Aura dari sosoknya yang kini, sangatlah asing bagiku. Berada di dekatnya seperti saat ini, sejujurnya aku merasakan perasaan yang tidak nyaman.

"Fate baik-baik saja?"

Dia menanyakan itu sambil menatapku. Intonasi nadanya datar, akan tetapi suara Erika yang berat samar masih terdengar.

Mata merahnya, menatap langsung ke dalam diri ini melalui mataku. Aku bahkan merasakan sensasi yang dingin menusuk, ketika Erika melemparkan pandangan dan suaranya padaku.

"A-Ah, umm. Bagaimana denganmu?"

"Tak perlu cemaskan aku. Lalu, keadaan Ruka?" Tanya lagi Erika, seraya melihat Ruka yang masih saja tak sadarkan diri.

"Kondisinya cukup buruk, tapi setidaknya dia masih bisa bertahan."

"Begitu."

"Michelle, apakah tidak bersamamu?"

"Dia sudah aman." Balasnya singkat.

"Syu-Syukurlah."

Mengetahui mereka baik-baik saja, itu sudah lebih dari cukup. Namun, entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang salah di sini.

Karna menginginkan sebuah petunjuk, seperti biasa aku menggenggam erat pedang hitamku.

"Apa yang Engkau ragukan?"

Entah kenapa ...

Rasanya, aku sedang bicara dengan orang lain.

"Apa yang sebenarnya ingin Engkau katakan?"

Maksudku, perilakunya saat ini terlihat sangat tenang dan acuh.

Seolah, dia sudah sering berada di dalam kondisi seperti ini.

Pokoknya, tidak seperti Erika.

"Begitukah?"

U-Umm.

"Tapi, dari apa yang daku lihat, gadis itu tengah menjadi dirinya sendiri."

Apa maksudmu?

"Lihat saja matanya."

Dengan memberanikan diri. Aku menatap mata Erika yang tak memiliki cahaya.

Itu akan tampak indah layaknya berlian jika memantulkan cahaya. Namun, yang dapat aku lihat hanya warna merah kelam.

Dari jarak sedekat ini, aku mampu merasakan betapa kuat kebencian yang dia pendam pada dunia ini dibalik sorot matanya.

Itu semua begitu menyatu dengan baik, karna disertai ekspresi Erika yang dingin.

"Itu adalah mata seseorang yang telah mengutuk takdir dan dunia ini."

"Bahkan dirinya sendiri."

Berhentilah berbicara sesuatu yang mengerikan.

"Fate."

"A-Ada apa, Erika?"

"Kenapa jadi gugup, sih?"

A-Ada apa ini?

Living in the World Where I Can See a Stars (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang