"Nongkrong kuy!"
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, ketiga trio gewla itu berjalan berdampingan dengan membawa tas mereka masing-masing di punggung.
Seperti biasanya, Inseong selalu mengajak kedua sahabatnya itu untuk menongkrong di warkop, maupun di kafe dekat sekolah. Mengeratkan tali persahabatan, katanya.
Padahal kenyataannya, Inseong hanya ingin mendapatkan tumpangan wifi gratis. Sanha serta Rocky yang membeli makanan atau minuman, dan Inseong yang menikmati wifi.
Rocky dan Sanha selalu menghina Inseong dengan sebutan "GGGM" , yang berarti "Ganteng-ganteng gak modal".
"Cabutt! Nongkrong dimana nih? Warkop mang Ujang?" saut Sanha sembari mengalungkan tangan kirinya ke bahu Rocky. Urutan mereka saat berjalan selalu sama, yaitu Inseong di sebelah kiri, Rocky di tengah, dan Sanha di sebelah kanan.
Dengan alasan, ingin meletakkan yang terpendek di tengah agar tinggi mereka enak dipandang.
"Ati-ati dijalan cy! Sayang banget sih lo gak bisa ikut kita, lain kali harus ikutan ya lo!"
Ketika Inseong dan Rocky sibuk memikirkan kemana mereka akan pergi, mata dan pikiran Sanha malah tertuju kepada Lucy yang berjalan sendirian di ujung sana.
Lucy seharusnya diajak untuk pergi ke mall bersama dengan Doyeon dan Yoojung, duo gadis penggila belanja. Namun seperti biasa juga, Lucy menolak ajakan mereka.
Lucy beralasan ia sedang lelah dan ingin beristirahat di rumah. Padahal kenyataannya, Lucy ingin, bahkan sangat-sangat ingin untuk pergi ke mall bersama seorang teman. Ia juga ingin seperti gadis SMA lain, yang sering hangout dan bergosip ria dengan teman-teman.
Namun rasa trauma masih menghantui hati dan pikirannya. Entah sampai kapan rasa itu akan terhapuskan. Yang jelas, Lucy sudah mencoba sekuat tenaga untuk berusaha mempercayai arti seorang teman dan sahabat lagi.
"Oh iya pak gapapa. Cepat sembuh ya pak."
Lucy menutup panggilan ponselnya dengan malas sambil berjalan. Hari ini pak Umar, supir pribadi Lucy sedang sakit dan tidak dapat menjemput dirinya di sekolah. Alhasil, ia harus menaiki taksi untuk pulang ke rumah.
Sanha terus memperhatikan Lucy yang berjalan keluar dari gerbang dan tidak dapat mengalihkan pandangannya. Ia terheran, karena biasanya Lucy akan langsung masuk ke dalam mobil saat berada di depan gerbang.
"San, ada apa sih?" Rocky yang sadar atas lamunan Sanha ikut menoleh kearah padangan Sanha. "Lo ngeliatin apa anjir? Pak Satpam?" cerocosnya lagi ketika melihat tidak ada siapapun yang berada di dekat gerbang kecuali 3 satpam sekolah mereka.
"San, lo gay ya? Ngeri anjay jangan deket-deket gue lo!" Inseong langsung menjauh dari Sanha sambil memeluk dirinya sendiri.
"Eh, gue gak ikut nongkrong ya hari ini."
Inseong dan Rocky hanya bisa melongo seraya melihat Sanha yang langsung berlari ke parkiran dan mengayuh sepedanya cukup cepat keluar dari gerbang. Keduanya lalu saling pandang dan menggelengkan kepala bersamaan.
"Mau ke warnet kali tuh anak."
"Dota for life si Sanha mah."
♤♤
"Cewek cakep noh, ayo sikat!"
Lucy yang berdiri sendirian di tempat yang cukup jauh dari sekolah dapat mendengar bisikan-bisikan dari 4 orang pria bertubuh kekar di dekatnya. Karena letak SMA Palapa yang berada di sebuah gang dan jauh dari jalan raya, Lucy harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heterochromia Irridium || Yoon Sanha
Fanfiction"Lo itu unik. Gue sama sekali gak ada niatan buat ngehina perbedaan yang lo punya. Justru karena itu, gue jadi tertarik buat lebih deket sama lo." Itu kalimat yang selalu dilontarkan Sanha kepada Lucy, si gadis pemilik warna iris mata yang berbeda...