"Kamu nggak marah San?"
"Nggak lah sayang, ngapain aku marah? Lagian kamu juga kan ngga ada apa-apa sama dia."
Lucy tersenyum lega. Nyatanya Sanha tidak marah ketika ia menceritakan peristiwa power bank tadi yang terkait dengan Chani yang mengantarkannya pulang kemarin.
Bel telah berbunyi sekitar 1 jam yang lalu, dan sekarang dua sejoli itu sedang berada di mcdonalds, tempat makan favorit Sanha.
"Terus kemarin gimana acaranya? Pasti seru ya ci bisa makan bareng sama papa gitu..." ujar Sanha sambil menyumpal mulutnya dengan kentang goreng. Kata Sanha, kentang goreng mekdi adalah kentang terenak di seluruh jagat raya.
Seru? Tidak, bahkan jauh dari itu. Lucy merasa sungguh tersiksa berada disana kemarin. Secuil rasa senang pun tidak ada.
"Papa mau nikah lagi."
Jawaban Lucy sontak membuat Sanha membisu. Ia yang semula mengambil dan melahap kentang goreng tanpa henti, kian terdiam.
Sanha lantas menghembuskan nafasnya pelan. Apakah nantinya nasib Lucy akan seperti dirinya?
"Ah, tentu tidak Sanha, tentu tidak." batin Sanha dalam hati. Nasib Lucy jauh berbeda dengan nasibnya.
"Terus kamu udah pernah kenal sama calonnya papa kamu?" tanya Sanha lagi dengan pelan. Ia tidak ingin membuat pikiran Lucy terbebani jika ia menanyakan yang tidak-tidak.
Karena Sanha tahu betul, masalah keluarga yang seperti ini sangat menyakitkan.
"Kemarin baru kenal, namanya tante Allison." Lucy terdiam sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Punya anak cowo 1, beda setahun sama kita san."
"Berarti bentar lagi kamu punya abang yang seumuran kayak bang Jinjin dong?" tanya Sanha antusias. Sebagai pacar, Sanha tentu saja harus mengakrabkan dirinya kepada kakak Lucy, yang kebetulan juga adalah kakak laki-laki.
Sanha tak sabar pula untuk mengajaknya berduel game online. Pasalnya, level bermain Jinjin noob, bahkan bisa dibilang sangat noob dibandingkan dengan Sanha. Membuat sang adik malas untuk mengajaknya bermain, bosan menang katanya.
"Moonbin san."
"Hah?" Sanha menolehkan kepalanya ke segala arah, mengira bahwa Moonbin alias musuh bebuyutannya berada disana juga.
"Mana si Moonbin cy? Duduk diluar?" tanya Sanha lagi yang masih tak mengerti apa maksud Lucy.
"Anaknya tante Allison..." Lucy menatap Sanha dengan tatapan sendu. "Itu Moonbin."
Sanha langsung membulatkan matanya lebar-lebar. Jadi pria yang nantinya akan menjadi kakak tiri Lucy adalah Moonbin?
Tidak, ini tidak benar. Memang tidak semua saudara tiri maupun ibu tiri kejam seperti cerita dongeng cinderella. Sanha telah membuktikannya sendiri hal itu melalui Jinjin.
Meskipun hanya sebatas saudara tiri, Jinjin sangat menyayangi Sanha layaknya adik kandung, begitupun sebaliknya.
Namun Moonbin? Sanha benar-benar tidak bisa berpikir akan jadi apa Lucy bila nantinya menjadi adik tiri seorang Moonbin.
Memang sih, Sanha tidak seberapa mengenal Moonbin dan mengerti latar belakang maupun seluk beluknya. Tapi dengan melihat tingkah lakunya di sekolah, Sanha sudah dapat menyimpulkan bagaimana perlakuan Moonbin di luar sekolah yang pastinya tidak akan jauh berbeda.
Kasar, suka mengintimidasi , hobi menghina, serta tidak mau terkalahkan oleh siapapun.
"San...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heterochromia Irridium || Yoon Sanha
Fanfiction"Lo itu unik. Gue sama sekali gak ada niatan buat ngehina perbedaan yang lo punya. Justru karena itu, gue jadi tertarik buat lebih deket sama lo." Itu kalimat yang selalu dilontarkan Sanha kepada Lucy, si gadis pemilik warna iris mata yang berbeda...