06 ; science club

1.1K 196 15
                                    

"Selamat pagi bocah-bocah."

Suara medok Jawa khas pak Dimas menggelegar di kelas Science Club Geografi hari ini. Dimas Airlangga, guru Geografi SMA Palapa yang berumur 26 tahun dan berasal dari Surabaya itu membawa sebuah daftar nama yang akan dibacakan sebentar lagi.

"Wealah rek, muridnya udah lumayan banyak toh, 15 murid. Seneng aku lek ngene kuwi." ucap pak Dimas sembari tersenyum lebar dan memandangi murid-murid barunya. (walah, muridnya sudah lumayan banyak ya, 15 murid. Senang aku kalau begini itu.)

Hari ini, wajah pak Dimas sangat berseri. Pasalnya, pengikut sc Geografi sangat sedikit, bahkan bisa dihitung oleh jari tangan.

Tahun lalu, hanya ada 7 orang siswa yang mengikuti sc Geografi. Entah mengapa tidak banyak siswa yang tertarik mengikutinya. Atau mungkin alasan mereka tidak tertarik adalah sama dengan ucapan Doyeon pada Chani waktu itu, yaitu tidak ingin mendapatkan tambahan pelajaran lagi selain jam pelajaran sekolah yang sudah menyiksa.

"Ehh ada Chani lagi toh!" pak Dimas mendatangi meja Chani, yang kebetulan ada Lucy di sampingnya. "Temenmu ta ini chan?" lanjut pak Dimas sambil melihat Lucy.

"Iya pak, namanya Lucy, temen sekelas saya." jawab Chani. "Cy, ini namanya pak Dimas. Gue kasih tau aja nih ya, jangan sakit hati kalau denger dia ngomong apa gitu. Emang dia kalo ngomong suka nyakitin sih kadang-kadang." Chani menaikkan alisnya pada pak Dimas layaknya teman sebaya.

Benar kata Chani. Perkataan pak Dimas sering kali menyakiti dan menohok hati. Namun, semua perkataannya hanya bercandaan belaka. Bahkan tidak jarang pak Dimas mengumpat dengan umpatan khas Surabaya, yang para murid sama sekali tidak tahu artinya.

"Kamu yo pake bulet-bulet di mata ta? Yang kayak dipake temennya Chani? Lah warna matamu kok beda?" cerocos pak Dimas yang tidak dapat berhenti berbicara.

Chani langsung mendengus kesal saat mendengar ucapan "bulet-bulet di mata" dari pak Dimas. Sedangkan Lucy hanya terdiam mendengarnya. Seakan sudah malas untuk menjawab pertanyaan itu berulang kali.

Sudah semakin banyak orang yang tahu tentang warna mata berbeda milik Lucy. Sudah banyak orang pula yang tak segan membicarakan bahkan menghina Lucy di depan dirinya langsung, baik saat dirinya menunggu pak Ujang di gerbang sekolah, maupun saat dirinya berjalan di area sekitar sekolah.

Yah, setidaknya, Lucy masih memiliki Doyeon dan Yoojung yang sepertinya tulus ingin berteman dengan dirinya. Saat ini, Lucy sudah memulai untuk membuka dirinya di depan kedua gadis itu. Ia sudah berbicara dan bercerita beberapa hal kepada Yoojung maupun Doyeon, meskipun tidak sebanyak cerita kedua gadis cerewet tersebut.

"Walah yo keren seh matamu. Udah ayo kita mulai sekarang. Hari ini kita belajar tentang atmosfer ya bocah-bocah sekalian." (Walah, matamu keren sih.)

Baru saja Chani ingin menjawab pertanyaan pak Dimas, guru termedok se-SMA Palapa itu sudah terlebih dahulu kembali ke depan dan mengambil sebuah spidol untuk menjelaskan sesuatu di papan tulis.

Dan tanpa Lucy sadari sedikitpun, selama sc berlangsung, Chani tak berhenti mencuri-curi pandang terhadap dirinya. Lucy terlalu fokus atas pelajaran yang ia pelajari, sampai tidak tersadar bahwa semua tingkah lakunya diperhatikan oleh pria yang duduk tepat di sebelahnya.

Fokus Lucy langsung teralihkan saat ada sebuah pesan line masuk di dalam ponselnya.

DoyeonAbigail: "Cy, jangan lupa nanti sore Sanha tanding sama Moonbin di lapangan. Siapa tau lo mau nonton si Sanha, cmiwww!"

♤♤

"Cy, lo mau kemana? Pulang bareng gue yuk!"

Chani yang sudah berada di atas motornya langsung berhenti ketika melihat Lucy berjalan sendirian. Apalagi Lucy bukan berjalan ke arah gerbang sekolah, melainkan ke arah lain.

Heterochromia Irridium || Yoon SanhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang