15 ; what?

656 110 11
                                    

"Cy, tadi pagi gue dibawain sandwich sama nyokap, lo makan 1 gih."

Acara siang itu adalah free time, dimana seluruh siswa berkumpul secara bebas untuk bermain bersama.

Chani, yang berasal dari kelompok lain tiba-tiba saja mendatangi Lucy dan memberikannya sebuah sandwich berisi daging, serta sebuah susu kotak rasa stroberi.

"Ngapain ni anak muncul hadehhh" Batin Sanha dalam hati.

Memang sih, sekarang adalah acara bebas yang tidak mengharuskan mereka bersama dengan kelompok masing-masing, sehingga Sanha tidak memiliki alasan untuk mengusir si pengganggu.

"Eh keliatannya enak tuhh!"

Sandwich lezat yang sedetik lalu berada di tangan Chani kini berganti tempat di mulut Sanha. Ia sama sekali tidak bertanya, apalagi izin, dan dengan sesuka hati mengambil makanan tersebut dan memasukkanya kedalam mulut.

"San itu kan buat Lucy, kenapa jadi elo yang makan!" seru Chani dengan nada cukup kesal.

Tidak, Chani tidak kesal karena makananya direbut oleh Sanha. Hampir setiap makanan ataupun minuman yang Chani bawa di sekolah akan dimakan oleh Sanha tanpa basa-basi.

Masalahnya adalah, usahanya untuk mendekati Lucy digagalkan total oleh cowok jangkung tidak tahu diri yang ada dihadapannya saat ini.

"San." Lucy mengulurkan tangannya keatas, mengusap lembut sisa makanan yang ada di ujung bibir Sanha. "Ada sisa saus disini."

Tuhan, bila Doraemon itu nyata, Sanha sangat ingin meminta mesin penghenti waktu, menghentikan waktu saat ini ketika wajah cantik sang gadis pujaan berada sangat dengan wajahnya.

Tak lupa, kedua bola mata indah Lucy. Sanha tak dapat memangkirkan pandangannya ke mata berwarna hazel dan biru itu.

"MINGGIR LO CACAT!"

Entah dari arah mana, Rina, si gadis gila itu datang dan mendorong bahu Lucy. Lucy yang saat itu terkejut dan tidak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya akhirnya tersungkur ke tanah.

"LO GAK WARAS YA RIN?" Doyeon yang saat itu berada tak jauh dari Lucy langsung datang dan mendorong Rina sebagai balasan.

Memang jika dibandingkan dengan gadis lain apalagi Lucy, Rina akan menang telak karena gadis lawannya pendiam dan kalem.

Namun, pengecualian bila ia diadu dengan Doyeon. Rina beserta gengnya akan kehabisan kata-kata alias Skakmat.

Yoojung yang barisannya lumayan jauh dari tempat mereka juga langsung berlari kearah Lucy, membantu gadis itu untuk berdiri.

"Lo nggak usah ikut ikut ya doy, ini urusan gue sama si cacat Lucy." saut Rina tak kalah lantang.

Doyeon tertawa, lalu mendekapkan kedua tangannya di depan dada. "Lucy sahabat gue, jadi siapapun yang berurusan sama dia, berurusan juga sama gue."

"Dia, punya sahabat?" Rina menunjuk kearah Lucy dengan tatapan sinis. "Lo nggak malu sahabatan sama cewek mata cacat? She's unnormal, liat aja matanya, aneh banget kaya monster."

"Makanya, gue mau pisahin dia dari lo san." Lanjut Rina lagi, tak peduli bahwa saat ini ia menjadi tontonan semua siswa. "Lo lebih mending deket sama gue, bukan sama dia."

"Udah cy, jung, kita cabut aja dari sini." Doyeon yang sudah tak habis pikir mendengar ucapan Rina akhirnya mendatangi Lucy dan Yoojung serta mengajak mereka untuk menjauh dari sana. "Ga guna juga ngedengerin orang gila ngomong." lanjutnya.

Heterochromia Irridium || Yoon SanhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang