"Ini semua kamu yang ambil san?"
Lucy membulatkan matanya lebar ketika melihat troli belanjaan yang tadi dibawa Sanha dipenuhi oleh berbagai macam cemilan serta keripik.
Entah berapa jumlah cemilan tersebut. Yang jelas, total belanjaan Lucy tidak ada apa-apanya dibandingkan cemilan yang Sanha masukkan kedalam troli.
"Kamu bisa ngehabisin ini semua san?" tanya Lucy lagi yang masih tak percaya atas apa yang dilihatnya. Matanya yang tadinya melihat dan memilih deretan daging langsung terpaku kedalam tumpukan snack di dalam troli.
Tanpa rasa bersalah, Sanha malah menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lebar. Bagai anak kecil yang sembarangan saja mengambil dan menaruh barang-barang di troli yang terlihat oleh mata.
"Kamu tau nggak sih cy, setiap malem aku sama bang Jinjin itu selalu ngemil." ujar Sanha yang masih memegang troli yang full dengan snack tersebut layaknya barang berharga. "Berhubung stock di rumah udah habis, barusan aku chat bang Jinjin, terus dia transfer uang buat bayar ini semua deh!"
"Cy ini enak banget loh! Sumpah ini enak, ini juga enak, enak semua aku suka semua!" lanjut Sanha sambil menunjuk-nunjuk beberapa snack yang ada di dalam trolinya.
Lucy hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah laku Sanha. Bahkan barang belanjaan ibu-ibu yang Lucy yakini sedang berbelanja bulanan kalah tinggi tumpukannya dengan milik Sanha.
"Ah iya makasih." Lucy refleks mengulurkan tangannya kedepan, mengambil sebuah plastik berisi daging cincang dari seorang pria yang bertugas untuk memotong dan menimbang daging permintaan pelanggan, lalu meletakkannya ke dalam troli.
Sore ini, dengan masih dibalut seragam putih abu-abu, dua sejoli itu berjalan berdampingan di dalam sebuah supermarket. Layaknya suami yang sedang menemani istri berbelanja, Sanha memiliki tugas untuk mendorong troli dan berhenti ketika Lucy juga berhenti untuk melihat sesuatu.
Sesekali Lucy membuka ponselnya, melihat list bahan masakan yang akan Lucy masak malam ini untuk Sanha. Menu yang akan ia masak hari ini adalah Spagetthi Carbonara dan Blueberry Cheesecake.
Dua makanan tersebut sudah pernah Lucy masak sebelumnya, yang dibantu sedikit oleh bi Ijah. Rasanya tidak buruk bagi koki pemula seperti Lucy.
"Akhirnya nemu." Lucy berdecak, mengambil 1 liter susu cair sebagai bahan terakhir yang ia butuhkan untuk memasak.
"Kamu jadinya masak apa cy?" Sanha bertanya sembari masih mendorong troli, berjalan mengikuti Lucy diantara sebuah lorong yang dipenuhi susu dan minuman lainnya.
"Rahasia!" jawab Lucy sambil mengulurkan lidahnya kearah Sanha, lalu berlari kecil sambil terkikik.
Ah, melihat Lucy berlari sambil tersenyum lebar seperti itu membuat Sanha ikut tersenyum. Senyum sang gadis menular dan menular lagi kepada dirinya.
Sanha jadi ingat ketika kali pertama ia bertemu Lucy di sekolah. Hari itu adalah satu-satunya hari dimana Sanha bersyukur karena tidak jadi membolos.
Sanha sungguh berterimakasih pada pak Bujo yang telah memergokinya kala ingin melompati pagar setelah makan di warung dan berlari ke warnet dekat sekolah kala itu. Berkat pak Bujo, guru paling cerewet yang mengajar mata pelajaran sejarah itu, Sanha jadi bisa bertemu dengan Lucy di hari pertama gadis itu bersekolah.
Entah ada sihir atau apa, ketika pertama kali melihat Lucy, ada suatu hal berbeda yang ia rasakan. Ditambah dengan keunikan gadis itu, yaitu warna iris matanya yang berbeda.
"Siapa nama lo? Yaelah, jangan nunduk terus dong. Kayak kuntilanak tau gak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heterochromia Irridium || Yoon Sanha
Fanfiction"Lo itu unik. Gue sama sekali gak ada niatan buat ngehina perbedaan yang lo punya. Justru karena itu, gue jadi tertarik buat lebih deket sama lo." Itu kalimat yang selalu dilontarkan Sanha kepada Lucy, si gadis pemilik warna iris mata yang berbeda...