"Non.... bapak dibawah..."
Lucy terkejut bukan main setelah mendengar ucapan dari bi Ijah barusan. Ayahnya yang sudah cukup lama tidak pernah ia temui kini berada di rumah dan berjarak dekat dengannya.
"Bapak nyariin non Lucy, turun gih." ujar bi Ijah lagi.
Entah perasaan apa yang Lucy rasakan saat ini. Apakah marah karena ayahnya sama sekali tidak peduli dengannya, bahkan tidak mau mengangkat telepon? Ataukah senang karena ia sangat merindukan sang ayah?
Perasaan nano-nano alias campur aduk.
"Cy, sini duduk sebelah papa."
Suara itu. Suara yang sudah lama Lucy rindukan. Jika dihitung-hitung, sudah lebih dari 6 bulan ia tidak bertemu dan mendengar suara ayahnya.
"Nanti sore, kamu dandan yang cantik ya. Papa mau ajak kamu ketemu sama temen deket papa." ujar pak Hadi sesaat setelah Lucy duduk di sampingnya.
"Bu...at apa papa ajak aku?"
"Ada hal penting. Ikut aja ya."
Senyum manis sang ayah pun terpancar sebelum beranjak dari sofa lalu pergi ke kamarnya. Dan Lucy dapat dengan cepat mengira-ngira berbagai kemungkinan atas hal penting apa yang nanti sore akan ia dengar sendiri melalui kedua telinganya.
Pikirannya tiba-tiba kalut. Ayahnya, apa benar adalah ayah kandungnya? Kata banyak orang, anak adalah hal nomor satu di kehidupan orang tua. Namun mengapa semua yang Lucy rasakan berbeda?
Ayahnya bahkan tidak menanyakan kabarnya sedikitpun, dan malah membahas hal lain yang Lucy yakini tidak ada hubungannya dengan hubungan ayah-anak gadis.
Berbagai asumsi yang sedang Lucy pikirkan seketika terhenti ketika handphone-nya berdering. Terpampang sebuah tulisan "sanha ganteng is calling" pada layar ponselnya. Ia pun segera menekan tombol berwarna hijau di layar.
"Hellooww! Gimana? kaget ngga ditelpon orang ganteng?"
"Kamu yang ganti nama kontak kamu di hape aku yaaa" jawab Lucy sembari menyinggungkan sedikit senyumannya.
"Hah? Ganti apaa? Emang sekarang nama kontak aku jadi apaan sihh?"
"Jadi Sanha ganteng."
Terdengar suara tawa nakal khas seorang Sanha Nicholas dengan nyaring di telinga Lucy.
"Yaaampunn makasihh lohh udahh mujii akuu!"
Bila kemarin senyuman lucy menular ke Sanha, kini giliran tawa Sanha menular ke Lucy. Lucy yang semula kalut, kini berbalik arah menjadi tertawa begitu mendengar jawaban dari Sanha.
"Kapan kamu gantinya san? Kemarin ya pas di bis?"
"Nahhh ituu tauu! Eh cy, nanti sore makan mekdi yukk!"
Lucy terdiam sejenak, memikirkan apakah ia harus mengikuti ajakan ayahnya, ataukah pergi bersama Sanha, pria yang akhir-akhir ini membuat hidupnya lebih berwarna.
"Cy? Mauu nggaa makan sama orang gantengg?"
"Tapi... Ehh iya san mau.. Jam berapa nanti?" jawab Lucy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heterochromia Irridium || Yoon Sanha
Fiksi Penggemar"Lo itu unik. Gue sama sekali gak ada niatan buat ngehina perbedaan yang lo punya. Justru karena itu, gue jadi tertarik buat lebih deket sama lo." Itu kalimat yang selalu dilontarkan Sanha kepada Lucy, si gadis pemilik warna iris mata yang berbeda...