Suasana di kelas sudah cukup ramai ketika Lucy menginjakkan kakinya masuk ke dalam kelas.
Ada Rocky dan Inseong yang sedang mabar bersama beberapa teman lain sambil mengucapkan kata serapah bila karakternya tertembak atau mati.
Ada segumbulan gadis bergosip, yang entah siapa yang menjadi sasarannya pagi ini.
Doyeon yang selalu datang pagi melambaikan tangannya ke Lucy, menyapa sahabatnya yang sedang berjalan ke meja mereka berdua.
"Lo berangkat bareng Sanha cy?" Doyeon berucap sembari memakan buah melon yang sudah dipotong kotak-kotak dari dalam kotak makannya. Memakan buah adalah kebiasaan yang selalu Doyeon lakukan setiap pagi untuk menjaga agar tubuhnya tetap ramping.
Lucy meletakkan tas punggungnya ke atas meja, lalu mendaratkan tubuhnya ke kursi. "Nggak doy, Sanha ga masuk hari ini."
"Kenapa? Pasti bolos ya tuh bocah." Doyeon menaikkan kedua alisnya. "Dulu pas lo belom pindah kesini, gue bisa itung Sanha seminggu sekali pasti bolos bareng dua orang goblok itu noh." lanjutnya memajukan bibir bawahnya ke arah Rocky dan Inseong.
"Sekarang mah gak akan bisa begitu lagi!" teriak Inseong yang menyadari ejekan Doyeon. "Sanha sama Rocky pasti masuk terus ga pernah absen, kan biar bisa ketemu cewenya!"
"Makanya dong, lo cari cewe juga seong! Dari awal gue kenal lo sampe sekarang kita sahabatan, ngga pernah tuh seinget gue lo curhat naksir cewe." saut Doyeon begitu santai sembari menyuapkan sepotong melon lagi ke dalam mulutnya.
Inseong yang semula melebarkan senyumnya, kini terdiam begitu mendengar perkataan Doyeon.
Benar, Inseong baru tersadar. Semenjak masuk SMA, ia tidak pernah membahas tentang dirinya yang menyukai seorang gadis sekalipun. Julukan playboy yang Inseong selalu topang selama SMP dulu kian sirna.
Inseong tahu, ini semua terjadi karena dirinya yang telah menyukai Doyeon sejak dulu, namun baru menyadarinya sekarang.
Sejak dulu, ia selalu berpikir bahwa pertemanan "murni" antara seorang pria dan wanita itu benar adanya, lalu terjadi pada dirinya dan Doyeon.
Dan sekarang, Inseong hanya bisa tersenyum pahit mengingat anggapan munafik itu.
Semua murid kian terduduk pada kursi masing-masing ketika bel masuk berbunyi, menandakan bahwa kelas hari ini akan segera dimulai.
Lucy lekas meletakkan sebuah amplop berwarna putih yang berisi surat ijin diatas meja guru. Kebetulan, kelas pagi itu adalah kelas khusus wali kelas, dimana bu Ida selaku orang tua dari 38 siswa di kelas 11 IPS 3 akan menyampaikan informasi penting mengenai kegiatan sekolah, atau hanya sekedar bercakap ria dengan murid-muridnya.
Surat ijin tersebut adalah surat ijin milik Sanha, yang Lucy tulis dengan sangat rapi. Sanha tidak masuk ke sekolah hari ini dengan alasan ingin menemani ibunya yang masih terbaring di rumah sakit.
Lucy sudah meminta Sanha untuk membuat sendiri surat ijinnya dengan tulisan tangannya. Ia takut bilamana nantinya bu Ida akan mengetahui bahwa tulisan tersebut bukan tulisan Sanha, melihat tulisan tangan Lucy yang begitu rapi dan tersusun, sedangkan tulisan Sanha acak-acakan layaknya siswa pria pada umumnya.
Namun Sanha menolaknya mentah-mentah dengan alasan malas. Alhasil, Lucy berniat untuk menulisnya saat subuh tadi sepulang dari rumah sakit.
Ya, Lucy menemani Sanha kemarin di rumah sakit hingga malam, sekitar pukul sebelas. Sanha sudah menyuruhnya untuk pulang sejak dua jam sebelumnya, tapi Lucy menolak. Ia ingin menemani Sanha, sekaligus tidak ingin memutus percakapan hangatnya dengan ibu Sanha kemarin malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heterochromia Irridium || Yoon Sanha
Fanfic"Lo itu unik. Gue sama sekali gak ada niatan buat ngehina perbedaan yang lo punya. Justru karena itu, gue jadi tertarik buat lebih deket sama lo." Itu kalimat yang selalu dilontarkan Sanha kepada Lucy, si gadis pemilik warna iris mata yang berbeda...