Berubah.
Satu kata penuh arti yang mewakili Lucy saat ini. Sifatnya berubah, kembali seperti dahulu kala saat ia pertama kali masuk di SMA Garuda. Kaku, pendiam, dan sama sekali tidak memancarkan senyuman sedikitpun.
Bahkan Doyeon dan Yoojung yang bisa dibilang teman akrabnya pun tidak tahu alasan Lucy berubah sedemikian rupa. Setiap keduanya mengajak Lucy berbicara, gadis itu hanya terdiam ataupun sekedar menganggukkan kepala.
Hal ini terjadi 2 hari sejak mereka ber-enam pergi makan bersama saat itu. Padahal saat di tempat makan, Lucy tak henti-hentinya tersenyum sangat lebar ketika Sanha mengeluarkan semua lelucon gilanya itu kepada mereka.
Maksudnya, kepada Lucy, bukan mereka. Lelucon Sanha terdengar sangat garing bagi semuanya, terkecuali Lucy.
"Doy, Lucy mana?" Yoojung masuk ke dalam kelas Doyeon sembari membawa tas ransel berwarna putih miliknya. Bel pulang sudah berbunyi. Murid-murid telah berhamburan keluar dari kelas, entah untuk pulang ke rumah, atau untuk pergi ke tempat lain.
"Udah pulang dia." saut Doyeon sambil memasukkan buku ke dalam tasnya. "Makin aneh dia jung, gue ajak ngomong jawabannya cuma ngangguk atau geleng aja."
Yoojung memajukan bibirnya, mencoba memikirkan apa yang terjadi pada Lucy.
"San, lo lagi tengkar sama Lucy?" tanya Yoojung, dan membuat Sanha mengerutkan kedua alisnya.
"Nggak jung, gue juga bingung sama dia." Sanha mengacak rambutnya pelan. "Gue chat gak dibales, gue sapa di sekolah gak direspon."
"Lo ada salah kali san, coba pikirin. Namanya juga cewek, sulit ditebak." Rocky yang berada di sebelah Sanha menanggapi perkataan cowok itu dengan santai. Kancing seragamnya dibuka, menampilkan kaos berwarna hitam polos yang sedang ia pakai.
"Emang Sanha punya pikiran?"
Siapa lagi kalau bukan Inseong, si aneh yang suka berbicara ngawur.
Sanha makin mengacak rambutnya asal. "Gue yakin, gue gak ada salah apapun sama dia. Kalian juga tau kan, pas mekdi waktu itu, gue sama dia makin deket?"
Yoojung dan Doyeon saling menoleh, lalu menganggukkan kepalanya secara bersamaan.
Ucapan Sanha benar. Waktu itu, saat di restoran cepat saji, Sanha dan Lucy semakin akrab. Dunia seakan milik berdua, yang lain cuma ngontrak.
"Mungkin kelakuan lo san. Gue yakin, pasti dia berubah gara-gara lo. Makanya jangan buat masalah mulu san, gini kan jadinya."
Mungkin jika Rocky dan Inseong tidak menahan Sanha, dirinya saat itu juga akan berlari dan menyumpal mulut Chani dengan bogeman tangannya.
"Tahan emosi lo san, ini sekolah, bukan lapangan!" ujar Inseong dengan tangan yang masih memegang lengan kiri Sanha, menahan cowok itu untuk tidak menghajar Chani yang baru saja keluar dari kelas.
"Sabar san, gak usah dengerin omongan Chani tadi." Rocky, yang masih menahan lengan kanan Sanha juga ikut mengomentari kali ini.
"Nanti gue sama Yoojung mau coba ke rumah Lucy san. Lo tenang aja ya, nanti kita tanyain ke dia, ada apa sebenernya."
Yah, setidaknya, ucapan Doyeon barusan berhasil menenangkan Sanha sedikit. Sanha tahu, Lucy hanya mau terbuka dengan kedua gadis itu.
♤♤
Lucy meletakkan tasnya dengan malas diatas meja belajar, dan berjalan ke kasur dengan ponsel di tangannya.
Membuka sebuah aplikasi, dan terbesit wajah murung di wajah cantiknya.
"Liat aja kalo lo masih deketin Sanha, hidup lo bakal gak tenang selamanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heterochromia Irridium || Yoon Sanha
Fanfiction"Lo itu unik. Gue sama sekali gak ada niatan buat ngehina perbedaan yang lo punya. Justru karena itu, gue jadi tertarik buat lebih deket sama lo." Itu kalimat yang selalu dilontarkan Sanha kepada Lucy, si gadis pemilik warna iris mata yang berbeda...