Aku baru tau sekarang
Ternyata bahagia hanya sesedehana ini
Hanya dengan senyummu saja
🦄"Gue suka lo", batin Kevan yang menjawabnya.
Lita mengibaskan tangannya di depan wajah Kevan yang sedang melamun.
"Hei! Kak Kevan, lo nggak pa-pa kan?", Kevan tersentak kaget karena pertanyaan Lita mengembalikannya ke dunianya kembali.
"Ehh, maaf. Tadi lo nanya apa?", Kevan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Tadi gue nanya Kak Kevan suka apa?", Lita mengulang kembali pertanyaan yang sudah ia lontarkan.
"Oh, gue suka... Apa ya", Kevan mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari telunjuknya.
"Ah ya, gue suka basket", ucap Kevan antusias.
"Wah sama dong kayak Leo", jawab Lita tidak kalah antusias juga.
Wajah Kevan mendadak pucat. Bisakah gadis yang satu ini tidak menyebut Leo 1 hari saja? Kevan benar-benar muak!
"Gue juga 1 tim sama Leo", Kevan berusaha sekeras mungkin agar nada bicaranya terdengar biasa saja.
"Kapan-kapan latihan bareng dong. Gue pengen liat juga", Lita masih belum menyadari perubahan raut wajah Kevan.
"Besok gue mau latihan", ujar Kevan. "Lo ajakin Leo", sambung Kevan datar.
"Yey! Nanti gue kasih tau deh", Lita bersorak-sorak gembira, namun jauh di dalam hati Kevan ia merasa seperti terhimpit dua batu besar.
"Hujannya udah reda. Mau pulang sekarang?", Kevan mengulurkan tangannya ke arah luar halte untuk memeriksa apakah hujannya sudah benar-benar reda.
"Emm gue mau ke kedai es krim dulu sih. Kak Kevan mau nganterin nggak?", tanya Lita hati-hati.
"Yaudah, yuk", Kevan mulai melangkah mendekati motornya dan segera mengenakan helm full face nya. Tidak lupa Lita yang sudah berada di atas motor sport itu dan duduk di belakang Kevan.
Motor sport Kevan melaju membelah jalanan yang masih basah karena hujan tadi.
***
"Disini?", Kevan kini sudah berada di depan kedai es krim."Iya", Lita mendahului langkah Kevan dan segera masuk ke dalam kedai es krim itu.
Mereka memilih tempat duduk di dekat kaca pembatas kedai dan tempat parkir kedai itu. Tempat favorit Lita dan Leo.
"Lo suka banget ya sama es krim?", Kevan mengulurkan tangannya dan tisu untuk mengelap sudut bibir Lita yang belepotan oleh es krim.
Tubuh Lita menegang karena sentuhan tangan Kevan tepat di bibirnya.
"I-iya Kak", Lita merasa sedikit grogi karena perlakuan Kevan yang dibilang benar-benar langka.
"Nggak usah grogi gitu. Gue nggak bakalan makan lo kok", Kevan terkekeh geli melihat ekspresi Lita yang wajahnya mulai memerah karena ulahnya sendiri.
"Harusnya gue yang grogi karena bisa jalan sama lo", kata-kata itu seolah keluar dari mulut Kevan tanpa izin pemiliknya.
"Hehe, nggak usah grogi Kak. Jugaan nggak bakalan ada yang marah. Ehh ralat. Palingan cuma Leo aja yang marah kalok gue pulang malem", ujar Lita sambil memasukkan sesendok es krim ke dalam mulutnya.
"Ee- lo deket banget ya sama Leo?", tanya Kevan hati-hati.
"Iya", jawab Lita enteng.
Krak!
Hati Kevan retak mendengar jawaban polos dari mulut Lita. Tapi ia berusaha menutupinya baik-baik.
"Kak Kevan nggak mau es krim?", tanya Lita pada Kevan
"Nggak. Gue nggak terlalu suka es krim",
"Ih cobain dulu nih", Lita menyuapkan es krim rasa vanilanya ke dalam mulut Kevan.
Kevan merasakan sensasi dingin dan hangat secara bersamaan. Dingin karena es krim itu dan hangat karena itu adalah suapan pertama dari tangan Lita.
"Enak nggak?", tanya Lita sambil tersenyum.
Kevan hanya mengangguk samar sebagai jawaban. Sungguh, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Tubuhnya seolah membeku. Benar-benar memiliki efek yang besar ternyata.
"Aku udah makannya. Yuk pulang", ajak Lita.
"Bentar gue mau bayar dulu", Kevan merogoh sakunya dan mengeluarkan dompetnya.
"Nggak usah Kak. Kan gue yang makan. Gue aja yang bayar", Lita menahan Kevan yang ingin membayarkan es krimnya.
"Gue aja. Kan cowok", Kevan tetap teguh pada pendiriannya.
"Nggak, gue aja", Lita ini sungguh keras kepala.
"Gue", dengan segera Kevan bangkit dari duduknya dan membayar es krim itu.
Lita kalah cepat dengan Kevan. "Yah Kak, kan itu es krim gue. Yang bayar gue lah", ucap Lita sambil mencebikkan bibirnya.
Kevan terkekeh geli melihat ekspresi Lita yang seperti sekarang ini. Lucu
"Udah deh. Yuk pulang", tanpa menghiraukan Lita yang masih sedikit mencebikkan bibirnya, dengan segera Kevan menggiring Lita menuju motornya.
"Jangan marah dong. Udah kayak sama pacar aja", sontak Lita memukul pelan lengan Kevan.
Kevan hanya meringis.
"Jangan sembarangan Kak", Lita memalingkan wajahnya agar semburat merah itu tidak terlihat oleh Kevan.
"Jangan blushing gitu dong", telat. Kevan sudah melihat pipi Lita yang memerah karena ulahnya itu.
"Apaan sih", elak Lita yang membuat Kevan tertawa cekikikan.
"Maaf deh. Yuk pulang, udah sore juga", Kevan membujuk Lita agar mau pulang dan berhenti bersikap seperti ini.
"Iya gue maafin deh", Lita menyerah.
"Yuk"
Motor Kevan melaju di bawah cahaya matahari senja yang sangat indah. Bersama dengan seorang gadis yang membuatnya benar-benar bahagia hari ini.
Litania Violetta Ashley...
***Haii
Aku mau cepet-cepet update nih.
Doain yaa biar lancar terus
Jangan lupa kasih bintangnya
See you next partKetjup💋
![](https://img.wattpad.com/cover/153128215-288-k836412.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory✔️
Dla nastolatkówSemua orang pasti ingin merasakan indahnya masa remaja bersama orang-orang yang kita cintai. Dan akan selalu bisa mengenangnya di dalam memori yang manis. Begitupun dengan Lita. Selalu ingin agar memori masa lalunya kembali:)