32|| THE END

27 3 0
                                    

Takdir itu misteri. Tidak ada yang tau apakah akan berakhir bahagia atau sebaliknya
🌼

‘Lita? Lupa padanya? Apa yang terjadi?’ batin Leo terus bertanya-tanya.

Setelah mendengar kata-kata Ratna, seketika itu juga tubuh Leo melemas. Tubuhnya luruh ke lantai. Seolah ada benda tumpul yang menghajar hatinya hingga hancur berkeping-keping.

Laki-laki mana yang tidak akan sedih mendengar wanita yang ia sayangi mungkin bisa melupakannya? Leo sadar bahwa ia mencintai Lita dengan sangat dalam. Entah kapan perasaan itu tumbuh dan berkembang hingga sebesar ini.

Kini Leo berada di ruangan dimana Lita terbaring lemah dengan perban yang melilit kepalanya. Tangan Leo terus menggenggam tangan Lita dengan lembut sambil sesekali mencium punggung tangan Lita.

Ia menangis menatap gadis yang ia sayangi terbaring lemah di hadapannya. Setelah mendengar penjelasan dokter, Leo benar-benar kacau. Mana mungkin ia bisa bertahan tanpa Lita entah berapa lama.

Dokter mengatakan bahwa Lita koma.

Hancur. Sedih. Kecewa. Marah bercampur menjadi satu. Tapi hanya berdoa yang bisa Leo lakukan saat ini. Semua ini sudah ada yang mengatur. Leo bisa apa? Ia hanya bisa berusaha dan berdoa.

Grettt

Suara pintu terbuka membuat Leo menoleh dan mendapati seorang gadis yang sangat ia rindukan bertahun-tahun. Gadis itu tersenyum ke arah Leo.

“Nay, gue nggak bisa gini terus tanpa Lita.” ucap Leo sendu.

Gadis itu, Kanaya Diyanti. Teman masa kecil Leo dan Lita, kini mengelus punggung kokoh Leo dengan lembut.

“Gue yakin lo bisa.” ucap Naya menyemangati Leo.

“Udah 3 minggu Lita koma Nay, gue nggak bisa.” ucap Leo sedih.

“Lo harus yakin Lita kuat.” ucap Naya lagi.

“Gue...”

Jari-jari tangan Lita bergerak membuat Leo menatap serius ke arah Lita dan tersenyum.

“Nay, tangannya gerak!” ucap Leo histeris kegirangan. Sedangkan Naya hanya tersenyum simpul.

Dengan segera ia bangkit keluar kamar dan memanggil dokter. Dokter pun datang dengan seorang suster. Ratna dan Daniel sudah berdiri di ambang pintu.

“Pasien sudah membaik, beberapa saat lagi pasti sadar.” ucap dokter tersebut sambil tersenyum.

“Terimakasih dokter. Terimakasih.” Leo menyalami tangan dokter tersebut sambil tersenyum.

“Baiklah, saya permisi.” ucap dokter tersebut kemudian keluar bersama suster.

Ratna dan Daniel masuk ke dalam ruangan tersebut. Dengan mata yang berkaca-kaca Ratna menggenggam tangan mungil Lita. Air mata nya jatuh seketika ketika mata Lita bergetar dan terbuka.

“Mama.” panggil Lita lemah.

“Iya sayang.” sahut Ratna dengan terisak.

“Papa.” panggil Lita sambil menoleh ke arah Daniel yang tersenyum bahagia.

Lita mengerutkan keningnya menatap Leo. Namun dengan segera kerutan itu hilang.

“Leo?” panggil Lita dengan lemah. Leo pun memeluk Lita. Bahagia, ia sangat bahagia.

Mata Lita beralih menatap Naya.

“Lo? Kanaya?” mereka semua terkejut mendengar Lita memanggil sahabat masa kecilnya tersebut.

“Lo inget gue?” Naya mendekati Lita dengan air mata yang mulai berjatuhan.

“Kanaya Diyanti. Temen masa kecil gue sama Leo dan Nala. Gue inget semua.” ucap Lita dengan suara pelan.

Senyum Leo mengembang. Lita nya telah kembali. Leo memeluk Lita dengan erat, seolah-olah takut kehilangan Lita untuk yang kedua kalinya.

“Lepas Yo, sesek nih.” protes Lita yang membuat Leo dengan segera melepas pelukannya dan tertawa bersama.

Leo mendapatkan kebahagiaannya kembali saat ini, namun ia masih tetap berharap agar ada kebahagiaan lebih yang datang menghampirinya.

1 minggu kemudian...

Lita sudah pulih total. Ia sudah mampu beraktivitas seperti biasa meskipun masih ada Leo yang selalu mengawasinya.

“Jangan lari-lari Lit, gue capek.” keluh Leo yang sangat lelah mengejar Lita yang sedari tadi berlari-lari di taman.

Mereka saat ini berada di taman kota menikmati senja yang indah. Seperti dulu, saat masih bersama dengan Nala dan Naya. Namun semua tinggal kenangan. Nala sudah pergi untuk selama-lamanya. Sedangkan Naya harus kembali ke Amerika. Semua sudah berbeda namun masih terasa manis di dalam relung hati.

Leo dan Lita merebahkan tubuhnya di hamparan rumput taman tersebut. Menatap langis senja yang sudah berwarna jingga pertanda bahwa hari akan berganti malam.

Dengan sisa tawa yang ditahan, mereka berusaha fokus pada langit sore yang terlihat sangat indah sore itu.

“Lit, gue suka deh sore ini.” ucap Leo membuka pembicaraan.

“Gue juga.” sahut Lita dengan mata yang terpejam.

“Gue harap hari-hari gue bakalan terus kayak gini.” ucap Leo lagi.

“Gue juga.” sahut Lita lagi.

“Lit.” panggil Leo.

“Apa?” tanya Lita.

“Kalok gue suka sama lo salah nggak sih?” ucap Leo yang kini sudah menghadap ke arah Lita.

Mata Lita yang terpejam kini terbuka setelah mendengar ucapan Leo. Ia memutar kepalanya menghadap Leo. Disitulah mata mereka bertemu untuk beberapa detik.

“Nggak. Nggak salah, lo berhak buat suka sama siapa aja. Itu pilihan lo.” sahut Lita sambil tersenyum manis.

“Kalok lo, perasaan lo gimana?” tanya Leo.

“Gimana apanya?” tanya Lita yang masih belum paham dengan pertanyaan Leo.

“Apa perasaan lo sama kayak gue?” tanya Leo serius.

Lita tersenyum.

“Gue baru sadar, ternyata perasaan kita sama. Gue minta maaf kalok perasaan gue ini salah.” ucap Lita dengan pelan.

“Nggak! Perasaan lo nggak salah.” sangkal Leo kemudian meraih tangan Lita dan menggenggamnya dengan lembut.

“Gue beruntung bisa dicintai sama orang kayak lo Lit. Lo yang bisa nerima segala kekurangan gue. Lo yang selalu ngedukung gue saat gue jatuh. Lo segalanya bagi gue.” ucap Leo sambil memandang lurus ke dalam manik mata Lita.

“Jadi, lo mau nyalanin hari-hari bersama gue?” tanya Leo serius.

“Gue yang beruntung bisa dicintai sedalam ini sama lo. Jadi nggak ada alasan lagi buat nolak lo.” ucap Lita sambil tersenyum.

Leo bangkit dari posisi tidurnya dan memeluk Lita dengan erat. Lita membalas pelukan Leo dengan perasaan yang sangat bahagia. Ia benar-benar beruntung bisa dicintai seseorang seperti Leo.

Senja ini menjadi saksi dimana dua hati bersatu dalam sebuah ikatan yang lebih dari sahabat. Langit ini menjadi saksi perasaan mereka yang menggebu-gebu. Rumput ini akan selalu menjadi tempat mereka berpijak dengan tangan yang selalu berpegangan.

Ini adalah awal kisah mereka, bukan akhir kisah mereka.
***

Hoyeee akhirnya ending yaa
Bahagia nya
Makasi udah ngikutin perjalanan Leo dan Lita selama ini
Aku mau terimakasih sama kalian yang udh ngedukung aku
Pokoknya makasihh
See you next story💕

Memory✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang