30|| INSIDEN BERDARAH

12 2 0
                                    

Pagi ini Lita berangkat seperti biasa bersama dengan Leo. Dibelakang mereka ada Nanda dan Bayu yang berjalan beriringan dengan jari yang saling tertaut.

Leo dan Lita tidak menyadari keberadaan Bayu dan Nanda yang berada di belakang mereka. Nanda hanya terkikik geli melihat tingkah sahabatnya itu. Bagaimana pun Lita tidak bisa berbohong kepada Nanda.

Lita dan Leo berjalan menuju ke kelasnya bersama dengan Lita. Meskipun mereka berbeda kelas, namun Leo akan selalu mengantarkan Lita sampai di depan kelasnya.

“Gue ke kelas ya. Belajar yang bener. Biar bisa ngajarin anak kita nanti.” ucap Leo tenang sambil mengusap puncak kepala Lita.

Pipi Lita bersemu merah mendengar ucapan Leo. Dengan geram ia memukul lengan Leo dengan cukup keras. Tapi bukannya meringis, Leo malah tertawa kencang.

“Gue balik ya.” ucap Leo kemudian berbalik menuju ke arah kelasnya.

Lita menyentuh dadanya.

‘Sial, jantung gue kenapa?’ batin Lita.

“Woy!”

Lita menoleh dan melihat Abby bersama dengan Gita dan Nanda tengah nyengir kuda di depannya. Sudah bisa dipastikan pelakunya adalah Abby.

“Pagi-pagi udah meriksa jantung aja lo. Jantung lo apa kabar nih?” tanya Nanda sambil menahan tawanya.

Mereka melihat adegan antara Lita dan Leo tadi. Mereka hanya saja pura-pura tidak peduli.

“Gapapa.” ucap Lita kemudian pergi masuk ke dalam kelasnya meninggalkan ketiga temannya yang cekikikan melihat semburat merah di pipi Lita. Mereka kemudian masuk ke dalam kelas karena 5 menit lagi pelajaran akan dimulai.
***
Bel istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu, namun Lita masih enggan untuk bangkit dari duduknya untuk pergi ke kantin. Jujur saja, ia malu dengan temannya karena kejadian tadi pagi.

Bagaimana bisa temannya menertawakan Lita yang sangat malu kepada Leo yang menggodanya. Sungguh keterlaluan.

“Ayolah Lit, kantin kuy laper nih.” rengek Gita.

“Sana aja kantin, gue males.” ucap Lita dengan kepala yang masih ditelungkupkan ke li[atan tanganya.

“Nggak usah salting gitu deh. Maaf ya kita ngetawain lo.” ucap Nanda.

“Ih apasih, enggak kok.” elak Lita yang membuat ketiga temannya cekikikan menahan tawa.

“Yaudah deh, gue kantin ya.” ucap Abby.

“Yaudah sana.” ucap Lita sambil mengibaskan tangannya dengan kepala yang masih ditelungkupkan.

Teman-temannya sudah beranjak untuk pergi ke kantin. Namun tak lama kemudian terdengar suara pintu kelas Lita terbuka. Lita masih enggan untuk mengangkat kepalanya. Ia merasa ada seseorang yang duduk di sebelahnya.

Lita memberanikan diri menatap siapakah orang yang duduk di sebelahnya saat ini. Namun bukannya tenang, ia malah sangat syok. Bagaimana tidak kaget, orang yang sedang berusaha ia hindari kini duduk di sebelahnya dengan wajah yang datar.

“Kenapa nggak ke kantin?” tanya Leo.

“Enggak.”ucap Lita singkat kemudian kembali menenggelamkan kepalanya dengan cepat.

“Hei, apa ucapan gue salah ya tadi pagi sampek bikin lo marah gini?” tanya Leo sambil mengangkap kepala Lita.

“Gue nggak marah, gue malu.” cicit Lita.

“Lo ngapain malu sih? Kalok seandainya yang gue bilang itu beneran, lo mau terima gue?” tanya Leo serius.

“Ih Leo apaan sih, jangan bercanda deh.” ucap Lita sambil menutup wajahnya.

“Bhahaha. Ternyata lo baperan ya.” ucap Leo sambil tertawa.

“Nggak lucu.” sinis Lita.

“Udah-udah, kantin yuk. Gue tau lo pasti laper.” ucap Leo.

“Yuk.” sahut Lita kemudian berdiri dan berjalan ke kantin bersama Leo.

Sesampainya di kantin, Leo mencari dimana teman-temannya. Matanya tertuju di pojok kantin yang terdapat 6 orang anak sedang tertawa sembari menyantap makanannya. Leo berjalan mendekati mereka dengan tangan menggenggam tangan Lita.

“Oy.” sapa Leo singkat.

“Baru nongol lo. Sini duduk.” Afka menggeser tempat duduknya agar Leo bisa duduk di sebelahnya.

Begitu juga dengan Lita. Abby menggeser tempat duduknya agar Lita bisa duduk disampingnya.

“Tega kalian nggak mesenin gue makan.” ucap Leo dramatis.

“Alay. Udah gue pesenin sekalian sama Lita.” ucap Afka.

“Nah gitu dong.” senyum Leo merekah.

Mereka menyantap makan mereka sambil sesekali tertawa. Hingga bel masuk berbunyi, mereka segera beranjak untuk pergi ke kelas masing-masing.
***
Bel pulang sudah berdering 10 menit yang lalu namun Lita dan Leo belum pulang. Saat ini Lita sedang menunggu Leo di depan gerbang sekolah. Ia duduk di halte yang berada dekat gerbang sekolahnya.

Matanya melirik seekor anak kucing yang nampak tidak terawat berada di tengah jalan. Karena merasa iba, Lita mendekat ke arah kucing itu. Tanpa menoleh kanan kiri, Lita segera menyebrang.

Namun sialnya kini sebuah truk melaju dengan kencang dari arah kiri Lita. Lita ingin berlari namun kakinya terasa lemas.

Brak!

“LITA!” teriak Leo yang menyaksikan bagaimana tubuh Lita menghantam kuat bagian depan truk itu.

Darah segar mengalir dari kepala Lita. Leo segera berlari mendekati Lita yang sudah berlumuran darah. Tubuh Lita terpental hingga ke seberang jalan.

Lita merasakan tubuhnya kaku. Pandangannya mengabur kemudian gelap. Ia hanya mendengar teriakan-teriakan orang yang berada di sana.

“Leo.”

***

Memory✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang