27||JATUH CINTA

11 3 0
                                    

Tidak ada hal yang indah saat kita terjatuh. Namun akan banyak pelajaran yang kita dapat saat terjatuh

***
“Ih lo kok ngeselin ya. Gregetan gue.” ucap Lita yang geram dengan tingkah laku Leo yang sedari tadi mengusiknya dan merengek ingin jalan-jalan keluar. Katanya bosan di rumah Lita mulu.

“Ayolah Lit, gue bosen banget nih.” rengek Leo untuk yang kesekian kalinya.

“Males gue Yo. Lagi pengen di rumah aja.” tolak Lita untuk yang kesekian kalinya juga.

“Gue marah nih.” ucap Leo lagi. Entah mengapa teman Lita yang satu ini begitu manja sekarang.

“Idih, udah kayak cewek aja lo pakek marah-marahan segala.” ucap Lita sambil terkekeh.

“Gue serius nih lho.” ucap Leo lagi dengan suara yang lebih keras lagi.

“Iya-iya. Yuk, katanya mau jalan. Cepetan bangun!” ucap Lita yang membuat binar di mata Leo terlihat.

“Let’s go!” seru Leo sambil menarik tangan Lita dan mengajaknya keluar.
***
Leo memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah taman. Ya, Leo mengajak Lita pergi ke taman. Entahlah apa yang terjadi pada Leo sehingga ia senyum-senyum sedari tadi. Mereka kini sedang duduk di bangku taman yang panjang.

“Napa lo senyum-senyum mulu kayak orang gila?” tanya Lita akhirnya karena tidak nyaman melihat sahabatnya itu seperti orang gila.

“Gue nggak papa.” jawab Leo yang masih tersenyum kea rah Lita.

“Idih, kayak cewek amat lo. Ditanya jawab nggak papa, tadi juga ngambek. Gue curiga deh lo cewek apa cowok sih?” ucap Lita yang risi dengan sikap Leo akhir-akhir ini.

“Kayaknya gue jatuh cinta deh.” ucap Leo dengan mata terpejam dan menengadah.

“Lo? Jatuh cinta? Pft. Bhahahaha!” seketika itu juga tawa Lita meledak. Siapa yang tidak kaget mendengar seorang Leonardo Devano Alan sedang jatuh cinta. Lita hampir saja mengalami serangan jantung.

“Kenapa ketawa lo?” tanya Leo sambil menatap Lita dari arah samping.

“Ya, gue kaget aja denger lo bisa jatuh cinta juga. Emang siapa sih cewek yang bikin lo tobat?” ucap Lita masih dengar suara seperti menahan tawa.

“Kalok gue bilang takutnya lo nggak percaya sama gue. Tunggu aja, bakalan secepetnya gue bilang sama orangnya.” ucap Leo mantap.

“Jangan kaku-kaku amat nembak cewek Yo. Gue liat selama ini lo kaku amat kalok deket cewek.” ucap Lita yang membuat Leo mendengus kesal.
“Kalok sama lo kan enggak.” ucap Leo santai.

“Ya kan beda ceritanya kalok sama gue.” Lita menanggapi ucapan Leo dengan santai sambil menggeplak kepala Leo.

“Kalok orang itu lo, gimana?” tanya Leo sambil menatap Lita lamat-lamat. Namun Lita hanya biasa saja.

“Ya nggak papa sih. Kan hak lo buat suka sama siapa aja.” ucap Lita santai namun Leo memandangnya dengan tatapan penuh arti.

“Iya ya. Itu terserah gue sih. Tapi kalok cewek yang gue suka itu nolak gue gimana?” ucap Leo tanpa mengalihkan pandangannya.

“Itu artinya lo harus berusaha lebih keras lagi. Buat kenangan yang nggak pernah bisa cewek lupain. Dasar cupu!”

Baru saja Leo ingin berterimakasih kepada Lita karena member motivasi dan pencerahan, tapi rasanya Leo harus berfikir berkali-kali sebelum berterimakasih. Gadis itu selalu saja mengatainya di akhir kalimat yang ia ucapkan.

“Sialan lo.” ucap Leo sambil menoyor kepala Lita, sedangkan Lita terbahak-bahak melihat ekspresi Leo.

“Udah sore, balik yuk.” ajak Leo yang bangkit dari duduknya dan berjalan kearah parkiran untuk mengambil mobilnya.

Sedangkan Lita yang jauh dibelakangnya lari dengan cepat hingga tidak menyadari ada lubang yang cukup dalam. Kakinya terperosok ke dalam lubang tersebut. dan kakinya terkilir.

Untung saja Leo masih mendengar teriakan Lita yang memanggilnya. Mata Leo membulat melihat Lita meringis kesakitan sambil memegang kakinya.

Leo berlari mendekati Lita. “Lo kenapa sih?” tanya Leo dengan suara yang sarat akan kekhawatiran.

“Lo sih pakek acara ninggalin gue. Liat nih kaki gue terkilir.” omel Lita namun dapat terdengar bahwa ia sedang berusaha menahan tangis.

Dengan cekatan Leo menggendong Lita ala bridal style menuju ke arah mobil. Hari sudah agak sore jadi hanya ada beberapa orang di taman taman tersebut. Mungkin jika sekarang masih siang, dapat dipastikan mereka akan menjadi artis dadakan.

Leo meletakkan Lita di tempat duduk di sebelah kursi kemudi. Lita masih saja meringis sambil memegang kakinya.

“Maaf ya udah ninggalin lo.” ucap Leo sambil menghadap Lita.

“Hm. Aww—.” ringis Lita saat merasakan nyeri di kakinya.

“Kalok mau nangis, nangis aja. Bahu gue bakalan selalu ada buat senderan lo kok.” ucap Leo yang masih fokus menyetir

Tak perlu menunggu lama, Lita kini bersandar di bahu Leo dan menangis sejadi-jadinya. Ini sungguh menyakitkan. Kakinya terasa sangat sakit.

“Sakit Yo.” ucap Lita sambil sesenggukan.

“Ntar gue obatin.” ucap Leo sambil mengusap kepala Lita.

Leo merasakan pergerakan Lita yang tenang. Leo menoleh kea rah Lita dan mendapati temannya tersebut sudah tertidur lelap. Tanpa Leo sadari jarak antara wajahnya dan Lita sangat dekat. Leo bisa merasakan hembusan nafas Lita yang teratur.

Wajah damai Lita yang selalu menjadi pemandangan terindah yang pernah Leo lihat kini terlihat bertambah indah.

Sudut bibir Leo terangkat dan membentuk sebuah lengkungan yang sangat manis. Leo tersenyum.
***

Holaa aku kembali lagi
Hehehe
Jangan lupa kasih bintang nya yaa
Thanks:)

Memory✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang