Tidak ada yang bisa menghentikan takdir. Karena takdir berjalan dengan sendirinya, tidak akan ada yang mampu merubah langkahnya
💚*
**
Dengan sekuat tenaga Leo membantu mendorong brankar. Dengan berlinang air mata Leo terus berdoa agar Lita baik-baik saja. Tapi entah kenapa kejadian tadi terus berputar-putar di fikirannya.
Untung saja ia bertemu dengan Kevan yang kebetulan membawa mobil, jadi ia bisa membawa Lita ke rumah sakit dengan cepat. Leo benar-benar merasa bersalah. Ia marah dengan dirinya sendiri yang teledor dalam memperhatikan Lita.
Namun rasa takut kini lebih mendominasi. Ia sangat takut kejadian beberapa tahun lalu terulang lagi. Leo takut. Kevan sudah menghubungi teman-teman Lita dan teman-teman Leo. Dan sebentar lagi mereka sampai.
Dari kejauhan Kevan bisa melihat Nanda, Gita dan Abby berlarian dengan berlinang air mata. Dengan nafas yang tidak beraturan mereka segera mendekat ke arah Leo.
“Lita kenapa Yo!” Abby lah yang pertama mengajukan pertanyaan dengan suara yang bergetar menahan tangis.
Leo masih bungkam.
“LEO! LITA KENAPA?!” sentak Abby lebih keras lagi.
“Gue nggak tau! Gue nggak tau.” ucap Leo melemah dengan suara bergetar menahan tangis.
Bayu yang baru saja sampai di rumah sakit langsung mendekat ke arah Leo. Dengan sigap ia merengkuh tubuh kekar Leo. Tangis Leo pecah seketika. Ia bahkan melupakan image nya sebagai seorang laki-laki.
“Gue nggak tau.” Leo merancu di pelukan Bayu.
Bayu paham, sangat paham. Bagaimanapun juga Lita bagaikan separuh dari nyawa Leo. Afka dan Rakta hanya bungkam sambil merengkuh tubuh mungil kekasihnya.
“Gue tau perasaan lo Yo. Gimanapun juga gue pernah ada di posisi lo. Bahkan lebih parah. Mungkin gue nggak pernah cerita sama lo, tapi percaya kalok gue pernah lebih menderita daripada lo.” ucap Bayu berusaha menenangkan Leo.
Hening.
“Lebih baik kita berdoa demi kebaikan Lita.” ucap Gita memecah keheningan yang sempat terjadi.
Mereka semua serentak menundukkan kepala sejenak, berharap hal yang sama. Doa adalah jalan terbaik saat kita merasa jatuh sejatuh-jatuhnya. Dengan doa semua terasa sedikit lebuh ringan.
Grettt
Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan dokter laki-laki dengan stetoskop yang menggantung di lehernya. Leo segera bangkit dan menghampiri dokter yang bernama Dokter Rangga itu.
“Dok gimana keadaan teman saya?! Dia nggak papa kan dok?!” tanya Leo khawatir.
“Sabar, orang tua pasien ada?” tanya dokter tersebut mengabaikan pertanyaan Leo.
“Saya ibunya.” ucap seorang wanita yang sudah berlinang air mata berdiri di belakang mereka bersama seorang lelaki dan juga seorang...
Gadis.
“Bisa ikut saya ke ruangan sebentar?” tanya dokter tersebut.
“Baiklah.” sahut lelaki tersebut yang tak lain adalah papanya Lita.
“Om aku ikut ya?” ucap Leo.
“Nggak usah, biar om sama tante aja.” ucap Daniel.
“Yaudah om.” pasrah Leo yang kemudian berjalan mendekat ke arah teman-temannya.
“Tunggu aja Yo, gue yakin Lita baik-baik aja.” ucap Afka.
Leo hanya diam memandang kosong ke arah depan.
“Gue ke toilet dulu ya.” ucap gadisyang tadi bersama dengan Daniel dan Sarah.
“Iya.” sahut Leo singkat.
“Siapa sih?” tanya Nanda setengah berbisik dengan temannya.
“Kagak tau gue, mungkin saudaranya Lita.” timpal Abby.
Mereka hanya ber oh-ria.
Tak lama kemudian gadis itu kembali bersama dengan Daniel dan Ratna.
“Tante, Lita gapapa kan tan?” desak Leo.
“Kamu doa yang terbaik aja ya buat Lita.” sahut Ratna sambil mengelus kepala Leo.
Daniel menatap Ratna dengan tatapan sendu. Bagaimana pun juga ia adalah seorang ibu. Daniel tau bahwa Ratna sedang berusaha keras menahan tangisnya.
“Kalok seandainya Lita lupa tentang kamu, tante harap kamu ikhlas ya.” ucap Ratna sendu. Seketika itu juga tangisnya pecah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory✔️
Teen FictionSemua orang pasti ingin merasakan indahnya masa remaja bersama orang-orang yang kita cintai. Dan akan selalu bisa mengenangnya di dalam memori yang manis. Begitupun dengan Lita. Selalu ingin agar memori masa lalunya kembali:)