Sikapmu yang berubah tentu saja tidak luput dari perhatianku selama ini.
Lita terlalu peka untuk tidak menyadari perubahan sikap Kevan yang kini terlihat mulai menghindar dari Lita. Tentu saja Lita bingung dengan perubahan sikap Kevan yang tiba-tiba.
Ia merasa ada yang Kevan sembunyikan darinya. Tidak biasanya Kevan bersikap dingin seperti ini. Bukan Lita mulai menyukai Kevan, namun ia bingung dengan perubahan sikap Kevan yang terlalu cepat.
Mata Lita menemukan sosok Kevan yang berdiri tak jauh darinya. Kevan terlihat sedang bercengkrama dengan seorang gadis.
"Kak Kevan!"
Tanpa ragu Lita memanggil Kevan, namun Kevan tak kunjung memutar badannya.
Lita berjalan mendekati Kevan. Namun Kevan kini berjalan menjauh.
"Kak Kevan! Tunggu!" teriak Lita sambil mempercepat langkahnya.
"Kak." ucap Lita sambil meraih lengan Kevan. Kevan berhenti namun tidak membalikkan badannya.
"Lo kenapa?" tanya Lita. Namun yang ditanya hanya diam sambil menatap Lita.
"Kak." Lita berusaha menyadarkan Kevan. "Lo kenapa?"
"Gue yakin lo pasti udah tau kalok gue suka sama lo. Maaf, gue nggak bisa terus bertahan di perasaan gue ini yang nggak ada timbal baliknya." Kevan menjeda ucapannya.
"gue mau coba buat berhenti cinta sama lo Lit." ucap Kevan dalam satu tarikan nafas.
Lita menghela nafas.
"Gue juga nggak bisa maksain perasaan gue buat cita sama lo Kak. Gue seneng denger lo mau lupain rasa lo buat gue dan coba deket sama orang lain." ucap Lita panjang lebar.
"Makasih udah pernah buat gue ngerasain jatuh cinta. Gue harap kit masih jadi temen." ucap Kevan sambil tersenyum.
Lita membalas senyum Kevan dan mengangguk.
***
"Gimana?" tanya Gita pada Lita."Apanya?" Lita balik bertanya.
"Kevan." ucap Gita.
"Oh. Nggak kenapa-napa kok." ucap Lita sambil mengotak atik ponselnya.
Gita hanya manggut-manggut. Percuma bertanya pada Lita karena pasti akhirnya ia akan menjawab hal yang sama.
"Kantin kuy." sebuah suara dari depan meja Lita mengintrupsi percakapan mereka.
Abby dan Nanda.
"Kuy lah." Lita bangkit dari duduknya dan pergi menuju kantin.
Sesampainya mereka di kantin, mereka langsung menuju salah satu bangku kosong.
Suasana kantin saat ini masih sepi. Karena masih jam pelajaran dan kelas mereka kosong hari ini.
"Makan apa?" tanya Abby.
"Biasa lah." jawab Lita.
"Samain ya?" tanya Abby sekali agi
"Iya." ucap Nanda.
Abby pergi menuju warung bakso dan jus alpukat untuk memesan makanan. Tak lama kemudian Abby kembali dengan nampan dan makanan diatasnya.
"Gimana lo sama Kevan?" tanya Gita.
Gita memang tidak memanggil Kevan dengan embel-embel Kak.
"Dia nyerah." ucap Lita sambil memakan baksonya.
"Serius?!" Abby bahkan menggebrak meja saking kagetnya.
"Nggak usah alay gitu." respon yang Lita tunjukkan hanya santai.
"Ternyata bisa nyerah juga tu orang." desis Nanda.
"Biarin lah. Gue juga kasihan sama Kak Kevan. Gue nggak bisa suka sama dia." ucap Lita.
"Mungkin ini yang terbaik buat Kevan." ucap Gita.
"Semoga aja." sambung Nanda.
"Lo sama Leo apa kabar?" tanya Nanda sambil tersenyum jahil.
"Apaan sih lo." ucap Lita sambil mengalihkan pandangannya.
"Blushing nie." goda Gita.
"Diem deh." sungut Lita.
"Iya-iya." sahut Abby.
Lita melirik ke arah pintu kantin. Ia bisa melihat gerombolan Leo memasuki kantin. Tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Leo. Dengan segera Lita mengalihkan pandangannya. Namun Leo malah tersenyum.
Leo berjalan mendekati meja yang Lita dan teman-temannya tempati. Nanda menyikut lengan Lita.
"Leo tuh." bisik Nanda sambil tersenyum jahil.
"Apaan sih." sungut Lita.
"Hai semua." ucap Afka yang menghampiri meja Lita.
"Hai." sahut Abby sambil tersenyum manis.
Berbeda dengan Leo yang langsung duduk di sebelah Lita dengan anteng. Sedangkan Lita kini menampakkan wajah kesal setengah mati.
"Ngapain duduk disini! Pergi sana." usir Lita sambil mendorong tubuh Leo menjauh.
"Gue kan mau duduk sama lo." ucap Leo enteng sambil menyedot jus alpukat milik Lita.
"Enak banget ya." sindir Nanda. Sedangkan teman-temannya yang lain cekikikan melihat ekspresi Leo dan Lita yang sangat bertolak belakang.
"Pergi sana!" usir Lita sekali lagi juga dengan mendorong bahu Leo.
"Nggak. Gue mau disini." Leo tetep kekeuh dengan keputusannya.
"Terserah lah." pasrah Lita kembali menyedot jus alpukatnya yang masih setengah karena diminum oleh Leo.
"Lo minum satu berdua gitu nggak masalah Lit?"tanya Rakta yang hanya diam sedari tadi.
"Udah biasa" jawab Lita enteng.
"Mereka dirumah berdua aja biasa, apalagi minum berdua." sahut Abby sambil cekikikan.
Sedangkan Lita kini mencebikkan bibirnya.
"Lit, ntar ke taman yok. Bosen gue di rumah mulu." ucap Leo.
"Males ah. Pengen tidur gue." ucap Lita malas.
"Please ya. Gue bosen di rumah." rengek Leo lagi.
"Kalok bosen, ya ke rumah gue aja." ucap Lita santai, tidak menyadari teman-temannya sudah menganga mendengar percakapannya.
"Iya deh. Gue ke rumah lo. Gue bawa es krim." putus Leo final.
"Heran gue sama lo. Udah kayak suami istri aja." ucap Afka.
Leo menatap Lita sambil tersenyum penuh arti.
"Calon istri." ucap Leo pada Lita yang menghadirkan tatapan menghunus dari Lita. Namun menghadirkn tatapan syok dari teman-temannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory✔️
Teen FictionSemua orang pasti ingin merasakan indahnya masa remaja bersama orang-orang yang kita cintai. Dan akan selalu bisa mengenangnya di dalam memori yang manis. Begitupun dengan Lita. Selalu ingin agar memori masa lalunya kembali:)