Tentang Angkasa

3.4K 215 1
                                    

Dengan angkuh cowok dengan seragam putih abu abu itu memasuki rumah mewah dengan cat putih tulang. Ketika membuka pintu pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah maminya yang tengah menonton acara gossip kesukaannya.

"Assalamualaikum"

Wanita yang sudah berumur hampir setengah abad  tapi masih terlihat cantik itu membalikkan badannya.

"Walaikumsalam. Angkasa, kok tumben udah pulang lagi?sakit?"

Angkasa tersenyum dan duduk disamping maminya, biar bagaimanapun Angkasa diluar sana. Angkasa di rumah ini tetap menjadi Angkasa yang baik,sopan,dan tidak melawan. Apapun masalah Angkasa diluar sana, biarlah itu menjadi masalahnya diluar sana, tidak boleh ia bawa bawa ke rumah. Apalagi menunjukkannya ke maminya.

"Lagi males aja mi, pengen langsung pulang"

"Kangen mami ya?"goda Silvia.

"Yaudah kalo mami maunya gitu, Angkasa nurut aja"kekeh Angkasa sambil mencomot camilan di meja.

"Suka gengsian deh, kaya papi kamu"

Teringat akan papinya muncul pertanyaan di pikirannya. Kenapa lama sekali papinya pulang?lelaki tua dengan ketegasan yang ia miliki mampu membuat Angkasa mengidolakannya. Apalagi papinya selalu mengajarkannya supaya menjadi lelaki sejati. Contoh kecilnya adalah ia harus bisa mempertanggung jawabkan semua kelakuannya dan selalu bisa menyelesaikan masalah sendiri.

Dari Revan lah Angkasa banyak mempelajari banyak hal. Termasuk bagaimana ia memperlakukan seorang perempuan. Entah ini cobaan atau apa, ketika Angkasa mencoba memperaktekan kata kata papinya, cewek yang ia pilih selalu membuatnya jera untuk merasakan cinta. Sebaliknya, yang kembarannya alami justru berbanding terbalik. Asta, kembarannya yang terkenal karena kebrengsekannya justru banyak menyia nyiakan banyak gadis baik baik.

Omong omong tentang Asta, dimana cowok itu berada?apa dia sedang menyiksa batin Dysa?entahlah yang jelas Angkasa yakin, suatu saat nanti Asta akan menyadari betapa baiknya Dysa untuknya. Entah kapan yang jelas Angkasa yakin waktu itu akan segera datang untuk adik kembarannya. Yang menjadi doanya adalah, semoga ketika Asta menyadarinya Dysa tidak meninggalkannya.

"Oh iya sa. Asta mana? Nggak bareng kamu?"

"Nggak tau mi, tadi sih liat bareng Dysa"

"Bagus deh. Mami suka deh kalo dia mau nurut buat dijodohin sama Dysa. Jadi dia nggak perlu main main lagi nantinya"

"justru itu yang buat dia semakin seenaknya sama dysa mi"batin Angkasa.

"Mi, Angkasa izin ya malem ini. Mu nginep di tempat Aris"

"Iyaa, tapi tau kan aturannya? Kalo kamu nggak ada di rumah itu artinya harus ada Asta. Mami nggak mau sendirian di rumah loh"

"Iyaa, tar aku telfon Asta. Aku keatas ya mi, mu tidur"dengan senyuman hangat Angkasa berdiri dari sana dan menuju kamarnya. Angkasa akan bersikap hangat hanya pada orang orang terdekatnnya saja selebihnya, ia akan bersikap seperti biasanya. Dingin tak tersentuh.

🔅🔆🔅

Tepatnya jam sembilan malam Angkasa sudah pergi dari kediamannya meskipun tadi ia harus berdebat dengan Asta. Masa bodoh tentang Asta yang menggunakan alasan Dysa. Toh juga jika Asta dan Dysa bertemu yang ada kasihan Dysa yang selalu mendapat perlakuan buruk Asta. Begitulah Asta dia akan bersikap berbeda pada Dysa.

Sesampainya di tempat dimana ia bisa bersenang senang Angkasa segera memakirkan motornya, tidak jauh dari tempatnya ia melihat ada Aris dan Tifan yang menunggunya didampingi pacar mereka masing masing. Dengan langkah tenangnya Angkasa menghampiri kedua sahabatnya.

"Weh dateng juga lo sa, gue kira ga dapet izin"ucap Aris sambil bertos ala laki laki dengan Angkasa.

"Si Asta gue paksa"

"Hahahaha....ada guna juga tuh ade lo"

"Sialan!"

Mereka berlima pun memasuki klub malam itu bersama yang disambut dengan dentuman suara musik yang memekakan telinga bagi siapa saja yang mendengarnya.

Angkasa, Aris, dan Tifan memilih duduk ditempat biasa mereka biasa duduk. Sofa merah dengan meja yang terletak dipojok klub malam ini.

Tidak lama datang minuman yang tadi Tifan pesan. Tequila itu menemani malam malam kosong Angkasa. Ya, malam malam Angkasa seakan hampa semenjak dia kehilangannya. Dimana biasanya ia akan menghabiskan malamnya dengan menceritakan hari yang ia lewati.

Dikeluarkannya asap dari rokok yang sedari tadi ia hisap. Matanya menutup seakan berusaha menemukannya digelapan matanya. Seakan ingin menyampaikan pesan rindu pada dia yang sudah bahagia. Seakan ingin menyampaikan rasa marah bercampur cinta padanya.

"Lupain bro, dia udah bahagia sama pilihannya"

Kata kata Tifan membuat mata Angkasa membuka sempurna, Angkasa memang harus melupakannya. Jika seseorang itu bisa membuat keputusan, kenapa Angkasa tidak?sudah cukup penderitaan dalam diamnya Angkasa selama ini. Angkasa harus bangkit. Karena diluar sana masih banyak bintang, bulan, dan matahari bahkan hujan yang akan menemaninya. Ia tidak harus terpuruk dengan kepergian pelanginya. Karena pelangi memang ditakdirkan hanya sesaat, mataharilah yang akan selalu menemani angkasa setiap harinya. Dan sekarang tugas Angkasa adalah
;mencari mataharinya agar angkasa gelapnya dapat cerah kembali dan mengantarkan kehidupan pada setiap makhluk hidup yang ada.

🔅🔆🔅

AnxietyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang