Langit nampakknya tengah bersedih entah dosa manusia mana yang sampai ke langit sana. Hujan dari langit berwarna putih itu turun deras membasahi bumi tanpa izin. Petir menjadi musik pengiring di sore ini, senja yang biasanya menghiasi langit, sore ini tidak terlihat.
Gadis dengan seragam SMA itu tengah duduk di halte depan sekolahnya, ketika hujan turun ia tidak sempat pergi darisana dan itu yang membuatnya diam disini sambil menunggu derasnya hujan berhenti.
Tadi kakaknya bilang bahwa kakaknya terjebak macet yang membuatnya harus menunggu lebih lama dari biasanya. Halte bus ini nampaknya sepi entah mengapa tidak ada satupun pengendara yang mampir untuk berteduh.
"Makin gede hujannya, kak Aidan mana sih?"
Memang benar hujan semakin deras turun bahkan rintikannya mengenai tubuh mungil gadis itu.
Sepertinya penantiannya menunggu kakaknya akan berakhir, di depan halte mobil hitam itu berhenti. Dengan senyuman yang terukir indah diwajah Alyssa ia menunggu kakaknya membuka pintu mobilnya dan menghampiri dengan senyuman tenangnya. Tidak lama pintu mobil sedan hitam itu terbuka nampak disana ada lelaki yang keluar dengan kaos hitam yang ternyata bukan kakaknya.
Lelaki itu nampak membuka mesin mobilnya dan disana ia tampak fokus dengan mesin mobilnya.
Alyssa belum sempat melihat wajah lelaki itu tapi detik selanjutnya lelaki itu melihat kearahnya. Hujan yang turun kian deras membuat Alyssa tidak melihat jelas wajah lelaki itu. Lelaki itu berjalan kearahnya dengan sedikit berlari menghindari hujan yang sudah terlanjur membasahi tubuhnya. Ketika lelaki itu bertatap muka dengan Alyssa yang pertama kali ia lihat adalah. Rahang tegasnya, mata sayu, dan wajah dinginnya. Alyssa menghindari tatapannya ketika lelaki itu berdiri disebelah Alyssa. Aroma maskulin lelaki itu masih bisa Alyssa rasakan. Entah mengapa kini jantung Alyssa berdetak hebat, diremasnya rok yang ia pakai seakan melampiaskan kegugupannya.
Sekitar setengah jam menunggu redanya hujan hanya suara rintikan hujan yang menjadi pengiring diantara keheningan yang terjadi.
DUUAAARRRRR!!
Alyssa tidak bisa menyembunyikan ketakutannya ketika suara petir itu terdengar. Kecemasannya kambuh, dipikirannya sekarang terekam kejadian kejadian buruk yang akan menimpanya. Duduk gelisah Alyssa menganggu penglihatan lelaki itu.
Alyssa mengeluarkan ponselnya ia mengetikkan pesan pada kakaknya agar segera datang. Tapi nampaknya pesan yang Alyssa kirim tidak dijawab sama sekali. Ia terus mengetikkan pesan yang sama pada kakaknya dan ketika petir kembali terdengar ponsel Alyssa terjatuh.
Alyssa terus memencet apa saja ketika ponselnya tidak bisa kembali menyala. Dengan panik ia terus menekan nekan ponsel canggihnya bahkan sesekali menepuknya ke tangannya.
"Lo pake aja ponsel gue"
Suara bass itu membuat Alyssa menengok seratus delapan puluh derajat ia melihat lelaki itu menyerahkan ponselnya tapi tidak melihat kearahnya. Tanpa berpikir lama lagi Alyssa menerima ponsel itu dan menekan nomor kakaknya.
"Hallo kak Aidan, ini Al"
"...."
"Kak lo dimanasih? Niat kagak jemput gue?lama amat"
"...."
"Cepetan kak, lo tau gue takut petir"
"....."
"Nggak bisa! Gue takut, ponsel gue juga tadi jatoh terus nggak nyala lagi."
"....."
"Iya iya gue tungguin kok"
"...."
"Emm gue nggak tau, ini ponsel punya orang lain, gue nggak tahu siapa namanya. Lo cepetan kesini cepet ya kak"
"...."
"Iya kak, gue hati hati kok"
Klik
"Nih udah selesai. Makasih ya, jadi berapa?"
Laki laki itu menaikkan alisnya seolah bertanya apa maksud dari kata kata Alyssa barusan.
"tadi kan gue pake ponsel lo nah pasti pulsanya ke pake, jadi gue ganti"
"lo pikir gue wartel!"
Ucapan tajam lelaki itu membuat Alyssa mengerecutkan bibirnya kesal, dia kan hanya mau ganti saja tapi disalah artikan gitu. Keheningan kembali terjadi diantara mereka.
Alyssa sibuk memikirkan kapan kakaknya datang ini karena ia sudah tidak tahan terus berdua bersama lelaki ini.
Tiinn tiin
Senyum manis terukir di wajah cantik Alyssa, ia berdiri dan menunggu kakaknya menjemputnya. Disana Aidan tengah berjalan dengan payung ditangannya.
"Al, udah ayo cepet, mu ngesot lo pulangnya?!"
"Iyaiya "
"Yaudah yuk, bunda pasti udah khawatir"
Alyssa menganggukkan kepalanya diterimanya tangan kakaknya mereka segera pergi meninggalkan halte itu...juga lelaki itu yang masih menatap lurus jalanan. Alyssa menengok kebelakang tapi nampaknya lelaki itu tetap menatap lurus dengan pandangan dinginnya.
"Tadi lo pake ponsel siapa?"tanya Aidan memecah keheningan ketika mereka sudah sampai di dalam mobil.
"Cowok tadi"
"Ohh, terus ponsel lo kenapa tadi?katanya nggak nyala"
"Tadi pas ada petir gue panik terus ya gitu, jatoh jadi aja nggak nyala"
"Rusak kan jadinya! Buang buang duit aja lo!"
"Ish lo mah! Udah cepetan jalaninnya!"
"Dasar gatau diri! Udah untung gue jemput"
Dan begitulah jika Alyssa dan Aidan sudah bertemu, bertengkar dan saling mempertahankan ego masing masing adalah Alyssa dan Aidan. Namun dibalik itu semua mereka berdua saling menyanyangi satu sama lain. Rasa sayang Aidan pada Alyssa melebihi rasa sayang Aidan pada dirinya sendiri.
🔅🔆🔅
"Heh Angkasa!"
Angkasa berbalik dan melihat kebelakang disana Asta tengah berdiri dengan cheetos ditangannya. Angkasa menaikkan alisnya pertanda ia bertanya.
"Ngomong apaan lo ke si Dysa! Kenapa dia jadi pembangkang gitu?"
"Gue nggak ngomong apa apa"
"Bohong!abang durhaka lo! Si Dysa jadi berani banget ke gue tau ga?"
"Nggak"
"Sa, berenti ikut campur sama hubungan gue sama si Dysa
"Gue mau jadi pacarnya sekarang aja udah untung jadi nggak usah dia mau hati gue juga!"sambung Asta.
"Ngomong ke Dysa sana!"Angkasa rasa sudah cukup dia mendengarkan keluhan adik kembarnya karena percuma Asta tidak akan pernah sadar sebelum Dysa meninggalkannya.
Sesampainya ia dikamarnya dia segera menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya. Angkasa mengguyurkan dirinya dibawah air shower. Entah mengapa ketika ia memejamkan matanya bayang bayang senyuman manis gadisnya selalu terbayang. Gadis yang dulu mengisi setiap sudut hatinya, gadis yang dulu menjadi alasannya tersenyum, gadis yang dulu menjadi sumber kebahagiannya ketika gadis itu tersenyum, dan dia adalah gadis yang sekarang pergi dengan kebahagiannya.
"Arrggghh"
Angkasa memukul tembok kamar mandinya dadanya naik turun karena emosi yang tidak bisa ia tahan lagi. Air mata itu kembali menetes seiring pikirannya terus terbayang wajah gadis itu. Tidak apa jika malam ini ia kembali menangis, kembali menjadi Angkasa yang dulu. Kelemahan seorang Angkasa hanya satu. Ia benci ketika kegelapan menerpanya, ketika ia menutup matanya. Karena pada saat itu terbayang kenangan manis bersama pelanginya. Pelangi yang datang membawa kecerian setelah hujan dan pergi ketika angkasa sudah lebih baik tanpa tahu disana masih banyak harapan atas kembalinya pelangi di gelapnya angkasa.
🔅🔆🔅
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxiety
Fanfic"Gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perasaan khawatir, cemas, atau takut yang cukup kuat untuk menganggu aktivitas sehari hari. Anxiety biasanya diderita para remaja, ketidakpercayaan diri menjadi faktor utama timbulnya Anxiety" klik gad...