#31

13.4K 1.8K 320
                                    

| RavAges, #31 | 3858 words |

KUREGUK UDARA dengan susah payah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KUREGUK UDARA dengan susah payah. Mataku bengkak karena, sebanyak Erion menangis, sebanyak itu juga air mataku tumpah. Setiap kali menarik napas, aku merasakan sesak yang mengimpit Erion.

Di sisi lain, Truck tengah menyembuhkan luka di leher Alatas—ada bekas cekikan dan luka parut di sana. Dia mencoba membangunkan Erion sebelum ini, mengguncang-guncang badannya dan menggendongnya tanpa arah, bolak-balik seperti orang gila, tetapi anak itu tidak merespons. Setelah pipinya ditampar Truck, barulah Alatas mau duduk diam untuk diobati dan membaringkan Erion di sampingku.

"Dia masih hidup," kataku untuk menenangkan Alatas. Pemuda itu mengangguk, tetapi matanya menolak lepas dari Erion.

Aku kembali berbaring menyamping dan menelungkupi badan Erion yang dingin. Kuletakkan tanganku di dada kirinya, mengais ketenangan hanya dengan degup jantung kecilnya.

Beberapa Detektor pergi dan membawa serta dua senjata yang kami curi dari Raios, satu Brainware mati. Alatas bilang, ada empat Detektor yang dia bunuh di balik puing-puing dan kegelapan, tetapi kami putuskan untuk tidak mengeceknya. Kami biarkan jasad mereka tetap di tengah-tengah kehampaan peradaban.

Keheningan pecah saat terdengar langkah kaki dari kejauhan. Segera saja kami mundur serentak. Kudekap Erion dengan sikap protektif. Namun, Raios sudah keburu menghampiri sebelum kami bisa mengumpulkan tenaga untuk berdiri.

"Bagaimana keadaan kalian?" tanyanya.

Nah, itu kecemasan yang sama sekali tidak kusangka-sangka akan muncul pada orang yang baru kami khianati.

"Masih hidup," Truck menjawab dengan raut heran, tetapi terdengar defensif.

"Ayo, cepat. Aku meninggalkan Meredith di lorong bungker."

Kami bertiga berpandangan. Keheranan.

"Aku tidak marah kalian asal rampok senjata," kata Raios lagi. "Kalau kalian gagal mengusir para Pemburu itu, tentu aku bakal murka. Tapi, berhubung kalian berhasil mengusir mereka ... yah, terima kasih."

Cowok ini salah paham, kujeritkan itu ke masing-masing kepala Alatas dan Truck. Keduanya mengangkat alis bak orang bodoh, nyaris menyengir. Jangan senyum! Nanti ketahuan!

Buru-buru Alatas menunduk, sedangkan Truck mampu memasang wajah tenang palsunya. Bahkan, Truck nekat membubuhi kebohongan, "Alatas rupanya terbukti sebagai Detektor andal, ya, 'kan? Dia mendeteksi mereka sebelum para Pemburu sialan itu menyerang."

Aku menahan tanganku agar tidak menepuk kepalanya.

"Yang mana agak aneh," kata Raios. "Setahuku tingkat akurasi Detektor-nya rendah—"

"Para Pemburu sudah lama mengintai," tukas Truck seraya mengangguk-angguk sok. "Sejak kita dalam perjalanan menuju ke sini, sepertinya. Tapi, Alatas baru mendeteksinya malam ini—hanya beberapa menit sebelum mereka beraksi."

RavAgesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang