baikan

535 23 2
                                    

Jam menunjuk pukul dua dini hari, tapi Dilan masih tetap berada di tempat tongkrongan bersama dengan teman-temannya, dia masih terus menatap isi pesan dari Mikaila.

Bahkan untuk tersenyum terasa sulit bagi nya.

"brengsek"teriaknya lalu menendang kaki meja hingga semua temannya menatapnya kaget dan bingung, bahkan Ardi yang sudah ingin tertidur dibuat terhenyak kaget lalu membuka mata nya lebar.

Ingin sekali dia memarahi orang yang sudah membangunkan tidurnya, tapi saat melihat raut wajah Dilan yang tidak bersahabat, dirinya hanya bisa menatap teman yang lainnya, dan mereka hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban kalau mereka juga tidak tau.

Dilan ingin sekali menghajar seseorang saat ini, dia menatap sekelilingnya.

"siapa yang mau berantem sama gue"tanya Dilan membuat semua mata teman-teman nya membulat sempurna karena kaget.

"cuma Ardi"tanya Dilan menatap sekeliling, dan hanya Ardi yang mengangkat tangannya, semua teman-temannya kaget, mereka sangat tau kalau Ardi akan kalah dalam beberapa pukulan kalau berantem dengan Dilan.

"eh bukan gitu Lan, itu HP lo nyala"ujar Ardi merasa hampir dirinya menjadi sasaran.

Dilan menatap ponselnya, tertera nama 'pacar Mikaila', entah kenapa senyum terukir dibibirnya bagaimana tidak, itu adalah nomor telponnya dan Mikaila menyimpan nama itu di kontaknya, dulu dia menamai nya, 'Dilan sayang', tapi senyum itu hilang saat dia mengingat perkataan kekasihnya itu.

"angkat Lan, nanti nyesel loh"suruh Marsel, Dilan mendengus menatap jam di lengannya, sudah hampir jam dua, kenapa kekasihnya itu belom tidur, tiba-tiba kekhawatiran muncul dalam benaknya.

Dengan cepat Dilan langsung mengangkatnya.

"Di sakit"rengek Mikaila saat panggilan tersambung membuat Dilan semakin khawatir, dia baru ingat kekasihnya sedang mendapat tamu bulanannya, mungkin kemarahan tadi sore efek dari itu, bahkan teman perempuan kelasnya juga melakukan hal yang sama marah-marah gak jelas saat menstruasi.

"aku ke rumah kamu sekarang ya"ucap Dilan sambil mengambil kunci motornya.

"jangan bawa motor, nanti lewat jendela ya"sahut Mikaila, Dilan diam sejenak.

"okey, kamu tunggu ya"setelah menjawab itu, Dilan mematikan telponnya lalu menatap Ardi.

"anterin gue ke rumah pacar gue, cepetan"suruh Dilan lalu melempar kunci motornya.

***


Setelah 20 menit akhirnya Dilan sampai di rumah Mikaila, setelah menyuruh Ardi pulang dia mengetuk jendela kamar Mikaila yang sudah diketahuinya.

Mikaila membuka jendela kamarnya, Dilan masuk kedalam berhati-hati, dia semakin khawatir melihat wajah kekasihnya yang pucat.
Mikaila memeluk Dilan erat. "sakit Di".

Dilan mengusap lembut rambut Mikaila lalu membopongnya berbaring diranjang, dia duduk menyandarkan kepalanya di kepala ranjang, Mikaila mengubah posisinya agar bisa merebahkan kepala nya di kedua paha Dilan.

Dilan mengusap-usap perut Mikaila lembut.

"sakit banget ya"tanya Dilan, Mikaila mengangguk lalu membalikkan badannya menghadap ke perut Dilan.

Dilan terus mengusap perut Mikaila, satu tangannya mengusap kepala kekasihnya itu. Sedangkan kedua tangan Mikaila meremas-remas bantal berusaha menghilangkan rasa sakitnya.

Dilan mencium kening Mikaila saat mendengar beberapa kali kekasihnya itu sesegukan menangis sambil meringis.

"kalau bisa aku yang gantiin sakit nya"ucap Dilan merasa kasihan, dia menyesal tadi sudah begitu marah.

Mikaila bangun dari tidurnya lalu berjalan ke meja belajarnya, mengambil botol berwarna hijau.

"usapin pakai ini ya"pinta Mikaila, Dilan mengangguk ragu, artinya dia akan melihat perut kekasihnya dan itu membuatnya kembali terangsang, membayangkannya saja sudah seperti ini.

Mikaila merebahkan badannya lalu membuka ujung bajunya sampai batas bawah dada nya, Dilan menegang melihat kulit perut Mikaila yang putih bersih.

"Di cep...". "iya sayang kamu gak sabaran banget"sela Dilan lalu mendekati Mikaila membuka botol hijau itu menuangkan nya sedikit di atas perut kekasihnya lalu mengusapnya sampai rata.

"udah, kamu usap-usap lagi ya tapi jangan dipijit"ujar Mikaila, Dilan mengangguk.

Saat Mikaila ingin merebahkan kepala nya di atas kedua paha Dilan, lelaki itu menahannya membuat Mikaila menatapnya heran.

Dilan tidak ingin Mikaila tau kalau dirinya sedang tegang, tapi saat melihat wajah kekasihnya itu ingin menangis akhirnya Dilan membiarkan gadis itu merebahkan kepalanya dikedua pahanya.

Mikaila terhenyak saat membalikkan tubuhnya menghadap ke perut Dilan dia merasakan sesuatu menyentuh pipinya, Mikaila mendongak menatap Dilan, Dilan tersenyum menatapnya lalu mencium bibir Mikaila sambil mengusap-usap perut kekasihnya itu.

***


Jam menunjuk pukul enam pagi, Dilan membuka mata nya dia tersenyum mengingat kejadian tadi pagi, Mikaila membuatnya benar-benar ingin sekali cepat menikahinya, bagaimana tidak kekasihnya memperbolehkan nya meremas salah satu dada nya agar juniornya bisa kembali tidak tegang.

Bahkan sekarang tangannya masih memegang salah satu dada kekasihnya itu,  walaupun dia masih belom ahli, tapi sungguh dia laki-laki normal, insting nya bekerja dengan cepat bagaimana melakukan itu di tahap pemula seperti dirinya.

"Di, tangan kam...". Ucapan Mikaila terpotong saat Dilan sudah mencium bibirnya rakus tangannya bahkan tidak tinggal diam memainkan kembali dada Mikaila.

"kenapa kamu gak ada niatan nikahin aku sih Di". Ucapan Mikaila membuat Dilan ter batuk-batuk kaget dia memundurkan badannya lalu bangun dari tidurnya berdiri di sisi ranjang.

Mikaila membenarkan pakaiannya lalu menatap Dilan bingung dan sakit hati.

"jangan bilang kamu cuma manfaatin aku doang, setelah kamu ngelakuin hal itu kamu akan ning...". "gak begitu sayang, kamu jangan salah paham"sela Dilan lalu kembali duduk disamping Mikaila memeluknya erat.

Bagaimana ini, dia juga ingin sekali menikahi wanita di pelukannya tapi bagaimana dengan sekolahnya, bagaimana kalau kekasihnya itu tau kalau dia masih kelas dua SMP.

"kamu udah siap menikah"tanya Dilan, Mikaila tersenyum lebar menatap wajah laki-laki di depannya itu membuat Dilan mengangkat satu alisnya bingung.

"belom lah, aku kan cuma mau nanya do...". "aku akan nikahin kamu sekarang juga Kai"potong Dilan langsung mendorong pelan bahu Mikaila agar berbaring di kasur lalu dia menindihnya menciumnya dengan lembut.

Perasaanya lega, hampir saja dia jantungan kalau Mikaila tadi menjawabnya dengan kata siap, dia yang tidak siap, bukan bukan tidak siap, dia bahkan sangat siap, bahkan kalau harus dilakukan hari ini, tapi masalahnya bagaimana sekolahnya, sial kenapa dia baru kelas delapan.

***


"Makasih ya Di, emm kamu gak marah soal kemaren kan, maaf kalau ucapan aku kem...". "aku maafin, dan aku gak marah, tapi kalau sekali lagi kamu ngomong begitu, aku akan marah besar dan gak akan maafin kamu"potong Dilan, Mikaila tersenyum mengangguk lalu memeluk Dilan.

"yaudah kamu pulang sana, ada kelas kan, hati-hati ya"sahut Mikaila.

Dilan menatap dalam kekasihnya yang juga sedang menatap nya.

"i love you"ucap Dilan lalu mencium bibir Mikaila, setelah itu dia keluar dari kamar Mikaila melewati jendela dan dia harus berhati-hati karena kekasihnya tidak memperbolehkan nya ketauan satu orang pun.

Setelah Dilan pergi, Mikaila langsung bersiap-siap pergi ke kampusnya, perutnya sudah baik-baik saja mungkin karena dokter pribadi.

Akan ada pembaharuan young boyfriend possessive.
Maaf kakak 😟

Young Boyfriend Possessive (COMPLICATED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang