bohong

452 28 0
                                    

Setelah berjam-jam di dalam aula tanpa mengeluarkan satu patah kata pun hanya suara deheman walaupun beberapa guru memaksanya mengeluarkan pendapat.

Dilan hanya ingin cepat selesai, dan bisa cepat pulang.

"baiklah rapat hari ini selesai, rapat selanjutnya diadakan minggu depan, ter...". Belom selesai seorang guru berujar Dilan sudah berjalan keluar tidak memperdulikan panggilan yang menyebut nama nya agar berhenti.

Sesampainya diparkiran setelah mengganti seragam sekolahnya dengan celana jeans dan baju putih polos, dia melihat ponselnya terdapat pesan dari kekasihnya.

Jemput aku sekarang di kampus.

Dilan tersenyum lalu menaiki motornya dan bergegas menuju tempat kuliah Mikaila.

***

Mikaila berdecak dia masih kesal dengan sikap dosennya, setelah mengobrol dengan Raffa dia memutuskan untuk meminta ijin di kerjaannya, dia lalu mengirim pesan ke kekasihmya, mungkin dengan cara berduan dengan Dilan rasa kesalnya terhadap dosen baru itu bisa hilang.

Mikaila menunggu Dilan di halte bus depan kampusnya, tidak seperti biasanya halte itu tidak banyak mahasiswa yang menunggu atau hanya sekedar numpang duduk.

Mikaila memainkan ponselnya sambil duduk di ujung kursi yang ada di halte itu, dia terlalu fokus sampai tidak menyadari kehadiran seseorang yang sekarang sedang duduk di sampingnya menatapnya dengan intens.

"Kamu tidak naik bus"tanya seseorang membuat Mikaila terhenyak kaget dan langsung menatap seseorang di sampingnya yang teramat dekat membuat mereka saling menatap mata satu sama lain.

Mikaila yang sadar terlebih dulu langsung memundurkan tubuhnya.

"Bapak ngapain disini".

Laki-laki yang dipanggil bapak yang tak lain Arvin dosen Mikaila, tersenyum kecut menyadari ketidaksukaan Mikaila atas kehadirannya.

"ini tempat um...". "iya, saya juga tau ini tempat umum, tapi apa harus tepat di samping saya, gimana kalau mahasiswa yang lain lihat"potong Mikaila judes.

Arvin kembali tersenyum untuk yang ini dia terlihat lebih tulus. "kamu gak pernah berubah selalu melihat penilaian orang tanpa memikirkan bagaimana penilaian seseorang yang menginginkan mu".

Mikaila terdiam mendengar ucapan Arvin, dia menatap dalam punggung laki-laki yang sekarang sudah semakin menjauh.

Tiba-tiba dia teringat sesuatu.

'kenapa aku melupakan dia, dan kenapa dia bisa kembali hadir'.

***


Sudah satu jam setelah Dilan menjemput Mikaila, kedua manusia itu tidak ada yang saling berbicara.

Dilan sejujurnya ingin sekali mengajak ngobrol kekasihnya itu tapi melihat wajah Mikaila yang tidak bersahabat membuat perasaan nya tidak enak.

Sedangkan Mikaila dia masih tertuju ke satu orang yang membuatnya mengingat masa lalu, masa dimana hati nya merasakan jatuh cinta dan patah hati dalam satu hari.

Dilan menatap kekasihnya yang masih diam mematung di atas jok motornya, sedangkan dirinya berdiri tepat dihadapan Mikaila, mereka sekarang ada di sebuah taman yang tidak jauh dari rumah Mikaila.

Tangan nya terulur menghapus air mata yang ada di pipi kekasihnya, dia bingung ada apa dengan kekasihnya itu. Kenapa dia menangis?

Mikaila tersadar saat sebuah tangan menangkup wajahnya nya, dia melihat Dilan yang sedang menatapnya, dimata dan wajahnya terpancar kekhawatiran, ketakutan dan penasaran yang menjadi satu.

Mikaila turun dari motor dibantu Dilan lalu memeluk kekasih nya itu, tangisnya pecah. Apakah dia akan kembali merasakan jatuh cinta dan patah hati secara bersamaan untuk kedua kali nya.

Dilan menegang sungguh dia bingung harus seperti apa, padahal mereka tidak bertengkar apa ada seseorang yang mengganggu kekasihnya, sumpah dia akan menghajar orang itu.

"Sayang ada ap...". "kalau kamu mau buat aku patah hati lebih baik sekarang Di, aku gak mau lebih sakit saat merasakannya terlalu dalam".

Ucapan Mikaila semakin membuat Dilan tidak mengerti sungguh, dia masih terlalu muda mengenal cinta, Mikaila adalah pacar pertama nya bahkan cinta pertama nya, dan dia belom terlalu mengenal atau mempelajari tentang percintaan yang dewasa.

Kenapa kehidupannya rumit?.

"aku gak selingkuh, aku masih cinta sama kamu dan gak ada yang lain".

Mikaila yang mendengar itu mendengus, kenapa kekasihnya seperti anak kecil.

"kamu tuh umur berapa sih Di". Pertanyaan Mikaila membuat mata Dilan membulat sempurna.

Astaga gimana ini?.

"dua tahun lebih tua dari kamu". Jawab Dilan asal.

"dua puluh tiga kan. Udah tua Di, jangan kayak anak-anak".

Dilan terdiam mencerna ucapan Mikaila, mata nya membulat.

"umur kamu dua puluh satu sayang"tanya Dilan tidak percaya, setua itukah kekasihnya?. Sejauh itukah jarak usia mereka?.

Dilan tidak percaya, masalah nya Mikaila terlihat seperti usia 17 dimata dirinya.

"iya, emang kenapa, jadinya umur kamu berapa sih, masa kita udah lama pacaran belom tau umur masing-masing, aku bahkan gak tau kamu kuliah dimana kerja dimana, Jangan-jangan kamu cuma cowok pengangguran". Mikaila seakan lupa dengan masalah sebelumnya, dia sekarang malah fokus dengan Dilan, yang menjadi kekasihnya itu.

Dilan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, suasana seketika mencekam menurutnya, dia menatap Mikaila yang juga sedang menatapnya dengan raut wajah yang susah di tebak.

"sayang aku laper, kita mak...". "besok aku libur kuliah sama kerja, gimana kalau kita pergi ke kampus kamu"potong Mikaila membuat laki-laki didepannya tersedak tiba-tiba.

"besok aku juga lib...". "kalau gitu kita juga libur gak usah ketemu"sela Mikaila dan langsung mengalihkan tatapan ke sudut lain, Dilan menghela napasnya kasar.

"okey besok ke kampus aku"ujar Dilan pasrah, selanjutnya dia akan memikirkan rencana.

Mikaila tersenyum puas menatap Dilan yang sekarang juga sedang menatapnya, mereka memutuskan untuk pulang, Dilan mengantar Mikaila pulang terlebih dahulu. Selanjutnya dia ingin pergi ke tempat tongkrongannya, meminta bantuan ke teman-temannya.

Kenapa baru pertama pacaran di hidup gue, gue udah banyak berbohong.

Young Boyfriend Possessive (COMPLICATED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang