guru privat

396 21 7
                                    

Janji semalem tapi baru sekarang update nya. Special part buat kakak @misskepoohhh Terima kasih atas dukungannya kak 🙏

Maaf kalau part ini mengecewakan 😊

Selamat membaca guys 😉

***

Besok adalah acara yang ditunggu SMP Dharma 41, dimana SMP sekolah Dilan akan bertambah usia nya.

Dilan semakin sibuk untuk acara itu bahkan kedua temannya, Ardi dan Marsel salut dengan kepribadian Dilan yang berubah menjadi lebih bertanggung jawab.

"kak Di". Dilan terdiam di tempatnya, panggilan itu mengingatkan dirinya dengan seseorang yang sudah hampir seminggu ini tidak ditemuinya bahkan tidak saling memberi kabar, seakan hubungan mereka sudah berakhir dengan berjalannya waktu.

"kakak dipanggil sama bu Nana di kantornya kak Di"lanjut sesorang perempuan yang sudah berdiri di depan Dilan.

Dilan menatap sebal perempuan yang ternyata adik kelasnya setelah dia melihat garis satu di lengan kiri nya.

"lo bisa jangan panggil gue itu, panggil gue secara lengkap atau panggil gue Lan, jangan pernah Di"bentak Dilan dan langsung pergi membuat perempuan itu terhenyak ditempatnya berdiri, dia kaget dan bingung dengan sikap kakak kelas yang membuatnya semangat untuk masuk sekolah.

"sabar Put, kak Dilan emang begitu, kadang galak, walaupun kita pernah nolong dia, sifatnya udah begitu"ujar teman perempuan itu sambil mengusap lengan nya, Putri nama perempuan itu hanya mengangguk, dia adalah perempuan yang sama saat menolong Dilan di perpustakaan.

Dilan berjalan ke ruangan guru untuk menghampiri wali kelasnya yang katanya memanggilnya.

"kamu bisa ke sekolah Harapan sama sekolah Bhakti kan Lan, hanya untuk memberikan berkas ini, kamu sebagai ketua penanggung jawab di...". "mana berkasnya"sela Dilan sambil mengarahkan tangannya.

Nana menghela napasnya pelan lalu memberikan beberapa map ke tangan Dilan.

Setelah menerima map itu dia langsung bangkit dari duduknya tapi ucapan Nana membuatnya membatalkan niatnya pergi dari ruangan itu dan langsung menatap guru nya.

"kamu akan ditemani Putri, adik kelas kamu".

"Putri siap...". Ucapan Dilan terpotong saat seseorang mendekati meja Nana.

"dia yang nama nya Putri, adik kelas kamu, dia wakil penanggung jawab kedua, saya harap kalian bisa bekerja sama".

Dilan menatap perempuan di sampingnya lalu mendengus.

"yaudah ayo cepetan".

Setelah mengatakan itu, Dilan keluar dari ruangan itu berjalan ke arah parkiran mendekati motornya lalu menaikinya, setelah Putri duduk dibelakang jok motornya, Dilan pun meninggalkan parkiran sekolahnya

***

Mikaila menemani Arvin ke rumahnya, dia merasa dibohongi bagaimana tidak laki-laki itu mengatakan akan pergi ke suatu tempat dan itu bisa membuat nilainya tidak merah, setidaknya dia bakal lulus lebih cepat.

Entahlah dirinya ingin cepat selesai dan fokus bekerja, dia tidak akan pernah lagi yang nama nya bersekolah, otaknya sudah hampir pecah mengingat semua materi.

"akhir-akhir ini kamu suka ngelamun ya"ujar Arvin menatap Mikaila, perempuan yang ditatap itu hanya tersenyum kikuk.

"terus kita ngapain dirumah bapak, bapak mau ngasih saya tugas jadi pembantu biar nilai saya A gitu".

Arvin tertawa lalu menatap perempuan didepan nya, mengulurkan tangannya menyentuh rambut lembutnya dan mengacaknya sebentar.

"sayang banget kalau jadiin pembantu, enakan jadi istri, iya kan"ujar Arvin masih menatap Mikaila, sedangkan yang ditatap mencoba menetralkan jantungnya yang berburu. Sial kenapa kayak ada bulu Bebek di perut gue.

"kamu jangan manggil aku bapak, atau pintu keluar gak akan aku bukain".

"kamu duduk dulu aja, mau minum apa".

"gak deh pak, nanti takut beracun". Mata Arvin membulat menatap Mikaila, sedangkan perempuan itu hanya tertawa dia langsung berlari saat menyadari laki-laki itu ingin mendekati nya, jadilah ruangan itu ajang lari.

Arvin menarik tangan Mikaila setelah berhasil menjangkau perempuan itu lalu melingkarkan tangannya dipinggang Mikaila, mencoba untuk menggelitik perutnya.

"Pak ampuuuun".

"kamu panggil aku apa"ucap Arvin dibarengi gelitikan yang semakin menjadi-jadi.

"aduuuh iya ya ya, ampuuuun Vin, udaaaah geli, aku capeeek".

Arvin tiba-tiba membopong badan Mikaila dan merebahkan nya disofa dia juga menindih badan kecil itu, Mikaila terhenyak kaget lalu menatap mata laki-laki di depannya yang sekarang juga sedang menatapnya.

"pak, minggir".

"apa, aku gak denger"ujar Arvin sambil mendekatkan kepala nya kehadapan perempuan di bawahnya itu.

"Vin, mingg...". "Yailah kalau mau adegan ena-ena jangan disini, kamar lo kebakaran bang"potong seseorang yang tiba-tiba saja sudah duduk di salah satu sofa single dekat dengan kepala Mikaila dan Arvin.

Arvin menatap sosok yang tak lain adik laki-laki nya.

"ganggu aja lo anak kecil"sungut Arvin kesal, laki-laki dengan seragam SMA itu berdiri lalu menatap wajah perempuan yang berada dibawah abangnya itu dengan intens.

"ngapain lo Van natap dia begitu"tanya Arvin sambil duduk dan membantu Mikaila, Ervan sang adik berdecak kesal menatap abang nya itu lalu tersenyum menatap perempuan di depannya.

Arvin berdesis melihat adiknya itu.

"ganti baju lo, ada yang pengen abang omongin".

"lo gak bermaksud ngasih tau ke gue kalau perempuan cantik di samping lo mau lo kawinin kan".

Tidak hanya Mikaila, Arvin pun kaget mendengar ucapan adiknya itu.

"udah ganti baju sana, gak pakai lama".

Ervan mendengus pelan lalu berdiri sebelum dia melangkahkan kaki nya meninggalkan kedua orang dewasa itu, dia mendekati Mikaila terlebih dulu tanpa Mikaila duga laki-laki itu sudah mengacak-acak rambutnya lalu mencubit pipinya dan berlalu pergi.

"Ervan tangan lo, gue potong nanti"teriak Arvin membuat Mikaila yang tadi nya kaget dengan tindakan tiba-tiba Ervan sekarang kaget dengan teriakan laki-laki di sampingnya itu.

"Vin, berisik".

Arvin menatap perempuan di sampingnya, dia mendesah pelan lalu menyandarkan punggung nya disandaran sofa.

Mereka sama-sama diam sambil menunggu kehadiran Ervan.

"mau ngomong apa bang, gue belom siap kalau denger lo mau nikah sama dia"ujar Ervan sambil menunjuk Mikaila.

Arvin mendesah frustasi.

"gue bawa Mikaila supaya jadi guru private lo, biar lo bisa ubah sikap lo, nilai lo bisa lebih bagus dan yang terpenting lo gak tauran lagi, cukup dan hilangkan sigma bahwa Ervan Putra Irmawan hanya pintar dalam hal perkelahian dan nihil di pela...". "lo jangan buat image gue buruk di depan gebetan baru gue bang"potong Ervan, Arvin langsung memukul pelan kepala adiknya itu.

"bodoh, lo harus belajar yang bener".

Young Boyfriend Possessive (COMPLICATED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang