Lima belas

9.1K 629 16
                                    

Sean mendatangi studio dimana Rhea sedang melakukan pemotretan. Emosinya sudah sampai ke ubun ubun saat melihat wanita itu tengah berpose didepan kamera dengan luwes. sedangkan ia tidak tahu dimana Alana berada saat ini.

Dengan kecepatan kilat Sean menendang dan menghancurkan segala yang ia lewati sampai ia tiba dihadapan Rhea yang kini tersenyum remeh padanya.

"Sean astaga... Tenangkan dirimu.." Alfa berkata dengan nafas tersenggal karena harus berlari mengejar manusia yang tengah dikuasai oleh kemarahan iblis itu

Sean bergeming, ia menatap lurus kearah perempuan yang berdiri tepat didepannya.

"Merindukanku, eh?" Rhea terlihat sangat tenang diluar

Sean mencengkram pipi wanita itu dengan keras. "Katakan dimana Alana!"

Rhea tampak terkejut dalam beberapa detik. Namun ia berhasil menguasai raut wajahnya. "Ternyata tanpa harus bergerak lebih dulu, gadis kecilmu itu sudah lenyap ya."

Alfa maju menepis lengan Sean dan ganti ia mencengkram leher wanita dihadapannya.

"KATAKAN DIMANA ALANA, WANITA SIALAN!" Alfa berteriak marah didepan wajah wanita itu

Semua staf dan pegawai yang melihat kejadian ini hanya diam tak ada yang berani maju membantu model mereka disana. Bagaimana tidak, tiga orang yang sedang berhadapan dengan Rhea adalah orang orang yang mempunyai kekuasaan dibidangnya masing masing.

Nafas Rhea sudah tersenggal dan wajahnya memerah karena kehabisan oksigen. "A-aku tidak tahu dimana dia. Sial.. le-lepaskan!"

Peter menarik tangan Alfa, jika dibiarkan wanita itu bisa mati kehabisan oksigen. Meskipun keinginan Peter untuk menghabisi Rhea sama besarnya dengan Sean maupun Alfa tapi dia perlu mencari tahu dimana Alana sekarang.

"Cukup Sean. Alfa. Dia tidak tahu dimana Alana. Cukup ayo pergi dari sini." Peter berkata dengan tegas. Ia menarik kedua temannya keluar dari ruangan itu

Diperjalanan ketiga pria itu sibuk dengan pikiran mereka masing masing. Penampilan Sean sudah sangat kacau sejak kemarin. Ia benar benar merasa dunianya akan berakhir.

Katakanlah Sean berlebihan, namun Alana memang memiliki pengaruh sebesar itu terhadap hidupnya. Ia masih bisa hidup tanpa uang, tapi tidak untuk hidup tanpa Alananya.

Sean menghela nafas berat. "Peter.. bagaimana ini?" Ia menatap sahabatnya dengan putus asa

Baik Peter maupun Alfa sama sama tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Alana baru menghilang satu hari tapi mereka seperti sudah kehilangan Alana satu tahun. Benar benar sulit.

Alana kesayangan semua orang.

Apapun yang terjadi pada Alana, entah itu baik atau buruk pasti memiliki dampak yang besar bagi banyak orang disekitarnya. Bibi Anne dan Maria tidak berhenti menangis sejak tadi pagi karena hilangnya Alana, padahal Sean tidak menyalahkan kedua wanita itu, namun mereka sangat amat cemas akan keselamatan nona mudanya.

"Aku akan menghubungi D4." Peter bangkit dan hendak melangkah pergi.

Alfa tampak berpikir sejenak. "Dion? D4 itu Dion bukan? Teman SMA kita? Yang sekarang menjadi agen intelegent?"

Peter mengangguk. Sean hanya menyimak percakapan dua orang dihadapannya.

"Dia disewa oleh perempuan muda yang kaya, juga sangat berpengaruh di negeri ini. D4 hanya bekerja untuknya. Aku yakin kita bisa meminta bantuan dia untuk mencari Alana."

Sean ikut berdiri dari tempatnya. Begitu pula dengan Alfa.

"Aku akan menemui Keenan. Dia sangat mahir dalam melacak." Alfa keluar mendahului Peter dan Sean.

Sugar Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang