Dua belas

9K 629 16
                                    

"Long time no see, Willis.." Rhea berdiri dan tersenyum anggun ketika Sean tiba

Tetap dengan wajah dingin dan angkuh, Sean menatap tajam ke arah wanita cantik dihadapannya.

Ia tersenyum miring, "Rupanya kau masih sama seperti jalang yang aku temui delapan belas tahun yang lalu."

Senyum yang terpatri diwajah Rhea perlahan menghilang. "Kau salah paham soal Daniel. Aku bersumpah dia menjebakku."

Sean mendengus jijik, ia benar benar muak pada wanita licik berparas dewi ini.

"Kau pikir aku bodoh? Kau yang meminta Daniel untuk selalu menemanimu. Dan kau yang memasukkan obat perangsang pada minuman pria bodoh itu, jalang. Don't play victim to me. Itu sangat tidak berpengaruh."

"Kau..." Rhea menggeram marah pada Sean yang secara terang terangan menghinanya.

"Apa? Mau mengarang bebas lagi, eh?" Sean tersenyum remeh.

Bahkan kau tega melenyapkan putrimu sendiri!" Ia melanjutkan perkataannya dengan nada yang mulai meninggi

"Aku melakukannya untukmu! Aku tidak mau kehilangan cintamu hanya karena kehadiran bayi sialan itu!" Rhea menjerit histeris dan mulai menangis.

Wanita ini benar benar jelmaan iblis. Ia rela menyingkirkan darah dagingnya sendiri demi mencapai apa yang ia inginkan.

"Jauhi aku dan kehidupanku. Asingkan dirimu sebelum aku melenyapkanmu." Sean bangkit dan hendak meninggalkan tempat itu.

Rhea ikut berdiri dan berkata dengan dingin, "Bagaimana jika aku terlebih dulu melenyapkan Alanamu?"

Sean berbalik dan mencengkram leher Rhea. Perempuan itu melebarkan matanya wajahnya memerah karena tidak bisa bernafas.

Sean menatap marah padanya, "Kau akan mati dengan sangat menyakitkan jika berani berada dalam jarak sepuluh meter saja dari Alana!" Lalu ia menghempaskan Rhea dengan kasar membuat perempuan itu tersungkur dilantai.

Sean benar benar pergi meninggalkan Rhea yang meringis kesakitan karena cengkraman kuat pria itu dilehernya masih sangat terasa nyeri dan pasti meninggalkan bekas.

"Aku akan mendapatkanmu kembali. Dengan cara apapun Willis." Rhea menatap nanar punggung pria yang sangat ia cintai semakin menjauh.

***

Alih alih kembali ke kantornya, Sean memilih mendatangi Peter. Ia butuh teman bicara. Dan sialnya pria jangkung menyebalkan itu tidak mengangkat panggilan darinya.

Ia sampai di apartement pria itu. Menekan beberapa digit angka untuk bisa masuk kedalam.

"Astaga Peter! Bukannya bekerja kau malah melakukan hal tidak senonoh diapartemen ini! Ck ck ck.." Sean berdecak dan menggeleng dramatis pada sepasang manusia yang tengah berpelukan manja disofa

Buru buru gadis yang sedang dalam pelukan Peter menjauh dengan wajah pucat.

"Sial! Aku tidak melakukan apa apa bodoh! Kau mulai bertingkah seperti Alfa. Sangat drama!" Sean tergelak karena berhasil membuat Peter kesal.

Baru setelah beberapa menit, Sean menyadari bahwa gadis itu adalah teman dekat Alana di kampus.

"Mau apa kau kemari pak tua? Diusir Alana, eh?"  Peter tersenyum remeh

Daripada menjawab pertanyaan Peter, Sean lebih memilih bertanya pada gadis itu, "Kau, Jennie bukan? Temannya Alana?"

Gadis itu mengangguk, "Ya.. paman. Eh kakak.." Peter tertawa dan mencubit gemas pipi gadis disampingnya

Sugar Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang