Dua puluh satu

7.2K 669 27
                                    

Selama tiga puluh enam tahun hidupnya, baru kali ini Sean merasa dekat dengan kehancuran. Saat dimana Alana mengetahui fakta penting dalam hidupnya, saat dimana kemungkinan Alana akan meninggalkannya benar benar nyata.

"Alana, kau tau semua ini tidak seperti yang wanita itu ucapkan, uncle berani bersumpah, dia itu wanita licik, dia bahkan tidak pernah menginginkan-- " Peter berusaha menjelaskan pada Alana yang tidak lagi mengeluarkan sepatah katapun sejak kepergian Rhea.

"Cukup, kau tidak perlu menjelaskan apapun padaku uncle, aku tau. aku tau dia tidak pernah menginginkan aku." Alana menatap tajam kearah Peter yang duduk disebrangnya.

"baby, we need to talk." Sean membawa Alana pergi tanpa memperdulikan lagi suasana yang tertinggal disana.

Selama perjalanan baik Sean maupun Alana bungkam seribu bahasa, mereka sibuk dengan pikirannya masing masing dengan ketakutannya masing masing. Sampai mereka tiba dirumah classic yang Sean berikan pada Alana beberapa waktu yang lalu.

Sean menggenggam tangan gadisnya dengan erat. Begitu juga sebaliknya. 

"Daddy.. Kau tidak perlu takut akan apapun, sungguh.. Ini memang benar benar mengejutkan, tapi aku sudah tau semuanya, tentang wanita itu..

Bahkan aku yang membuat ia kehilangan karirnya secara utuh, bukan uncle Peter dan uncle Alfa.." Alana membuka suaranya saat mereka tiba diruang tengah dan duduk saling berhadapan.

Sean mendongak menatap sendu mata gadisnya, "Daddy tidak pernah bermaksud menyembunyikan fakta tentang mommy-mu itu princess, Daddy hanya takut ia akan mencelakaimu jika tau bahwa kini, ah tidak bukan.. bahwa sejak kau hadir dalam hidupku, kau menjadi segala galanya. Dan daddy takut dia akan merebutmu dari daddy."

Alana menghela nafas dengan berat. "Daddy, i ever told you that i'm yours. no matter what  happen."

Aku tidak akan direbut oleh  siapapun. Kau tahu itu. Dan begitupula sebaliknya, bahkan aku tidak akan membiarkan ibuku menyentuhmu barang sedikit saja!" Lanjutnya

Pria itu memeluk Alana, menyandarkan segala beban yang ia tanggung selama ini pada gadisnya. "Dulu daddy sangat mencintai dia, kau tahu.. Dia sama sekali berbeda denganmu princess. Kepribadian kalian, wajah kalian semuanya berbeda meskipun kau darah dagingnya.

Rhea selalu mengerti daddy dalam kondisi apapun saat itu, ia seperti seorang kakak dan malaikat diwaktu bersamaan. Hingga suatu saat daddy sadar bahwa daddy jatuh cinta padanya. Daddy mulai menunjukkan perasaan daddy dan ternyata berbalas. Dia juga menyukai daddy lebih dari seorang adik." Sean menghela nafas dengan kasar. Rasanya sangat menyesakkan.

"Kau tidak perlu menceritakan masa lalumu jika masih terasa menyakitkan dad." alana mengusap pelan rambut pria yang sedang dalam dekapannya itu.

Sean menggelengkan kepalanya, ia harus menceritakan ini pada Alana, agar gadis itu tau yang sebenarnya. "Ia mengkhianati daddy. Dia hamil. Padahal daddy selalu menjaganya menahan hasrat dalam tubuh daddy sendiri, hanya karena tidak ingin merusak wanita yang daddy cintai. Tapi kenyataannya dia memang perempuan yang rusak bahkan tanpa daddy sentuh sekalipun."

"Dia mengandungku dalam usia semuda itu?" Alana mencoba bertahan dengan rasa sakit yang kian berdenyut dihatinya.

"Ya, saat seusiamu. Dia ingin melenyapkanmu baby, karena daddy perlahan menjauhinya. Kau tau, saat itu daddy tidak ingin bersikap egois. Tapi tidak bisa. Semuanya terlalu menyakitkan untuk daddy hadapi." Sean tertawa miris, dan Alana dapat merasakan bahunya mulai terasa basah. Sean menangis lagi lagi dalam pelukannya.

"Daddy menyekap ibumu saat usia kandungannya memasuki lima bulan, bukan menyekap dalam arti sesungguhnya. Daddy hanya membuatnya sulit melakukan pergerakkan agar kau tetap dilahirkan." Sambungnya

Sugar Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang