"Baby.. sampai kapan kau akan tidur? Aku dan Queen lapar.." Sean merengek sembari tengkurap dengan tangan kanan menopang wajahnya dan tangan kiri mengusap wajah istrinya yang sangat polos.
"Nggg.. Sebentar sayang, kau membuatku tidak tertidur semalaman. Dan membangunkanku sepagi ini?"
Sean terkekeh geli melihat Alana merengutkan keningnya dengan bibir mengerucut lucu. Sejak menikah dengan Alana, segala keperluannya diurus oleh wanita itu. Bukannya Sean tidak memperkerjakan asisten lagi dimansionnya, hanya saja Alana ingin anak dan suaminya diurus oleh tangannya sendiri.
Sean terbiasa dengan masakan Alana, ia rela kehilangan perutnya yang penuh dengan otot berubah menjadi bulat karena makan dengan banyak.
Saat Sean sibuk membangunkan Alana, pintu penghubung kamarnya dengan kamar Queen terbuka menampakkan gadis kecilnya yang baru saja terbangun. Ia masih mengenakan piyama berwarna merah muda dan berjalan sembari memeluk boneka unicorn yang Sean ketahui dibelikan oleh Alterio sebagai hadiah saat Queensha berhasil mengikat sampul pada tali sepatunya.
"Good morning papa.." Queen merangkak naik ke atas kasur dan memeluk sang mama dengan erat. Sedetik kemudian ia mendongak dan mengecup pipi papanya dengan cepat.
"Selamat pagi sayang, bagaimana tidurmu, apa nyenyak?" Sean bertanya sembari mengusah pipi puterinya dengan sayang.
Gadis mungil itu mengangguk dan tersenyum manis. "Bagaimana dengan papa?"
"Papa tidak tidur dengan nyenyak, karena ada pekerjaan mendadak."
"Kalau begitu papa harus tidur siang nanti, supaya jam tidur papa tidak kurang. Lihat, mama saja tidurnya sangat nyenyak." Queen berucap sembari memeluk sang mama dengan erat.
Sean tersenyum hangat melihat tingkah putri kecilnya yang sangat menggemaskan itu. Ia masih sering berprasangka bahwa semua ini hanya mimpi, melihat Queen yang tumbuh dengan baik dan Alana yang selalu ada dalam pelukannya. Mereka berdua selalu berhasil menciptakan perasaan yang indah dihatinya.
"Good morning my Queen.." Alana membuka matanya dan menghujani Queen dengan kecupan diwajahnya.
"Mama terbangun karena aku memeluk mama terlalu erat ya?" Ia bertanya dengan wajah polosnya.
Alana terkeke geli, "Tentu saja tidak. Ini memang sudah waktunya untuk bangun. Kau mau mama buatkan sandwich sayang?"
Queen mengangguk antusias. "Mama memang yang terbaik."
"Jadi papa bukan yang terbaik nak?" Sean pura pura memasang wajah sedih dihadapan putrinya.
Queensha menoleh dan terkikik melihat wajah ayahnya yang sangat konyol. "Papa yang terbaik dari yang aku punya!" Lalu ia beranjak untuk memeluk serta mencium pipi sang papa dengan gemas.
"Kemarilah bayi bayi mama, biar mama peluk kalian." Alana merentangkan tangannya dan setelahnya Sean dan Queensha berhambur kedalam pelukannya.
Sean sebelah kanan dan Queen sebelah kiri, ia mengecup kening anak dan suaminya secara bergantian.
Mereka bertiga menunda sarapan dan memutuskan untuk bermalas malasan diatas kasur sembari menemani Queen menonton serial televisi kesukaannya.
"Upin ipin itu kenapa tidak juga lulus dari taman kanak kanak mama?" Queen tiba tiba bertanya.
Sean tertawa terbahak mendengar pertanyaan yang keluar dari anaknya itu, "Karena mereka sudah ditakdirkan menjadi anak tadika mesra bahkan hingga kau sudah duduk dibangku universitas nanti Queen."
"Benarkan? Kenapa papa sangat tahu?"
Alana mengecup puncak kepala Queensha denga gemas. "Karena kartun itu adalah kesukaan papa. Sejak pertama kali mereka diciptakan."
Bahkan papamu pernah bercinta dengan mama sambil menonton dua tuyul itu, Queen. Alana menambahkan dalam hati.
"Pantas saja papa dan uncle Alfa terkadang bertingkah seperti upin dan ipin. Dan uncle Peter seperti Jarjit." Anak itu tertawa geli saat Sean membawanya kedalam pelukan dan menghujaninya dengan banyak kecupan karena gemas.
"Papa itu mirip Iron Man, bukan upin atau ipin Queen." Sean membela diri.
"Iron man tidak akan berebut ayam goreng dengan Iron monger papa.." Alana berujar dengan geli membuat suaminya merengut sebal.
"Menurut papa, lebih baik Mei mei dengan Mail atau dengan Ehsan?" Tanya Queen
Sean berpikir sejenak. "Lebih baik Mei mei dengan Ijat. Karena mereka akan saling melengkapi."
"Oh ya? Tapi Ijatkan cocok dengan Devi papa."
"Iya juga sih. Atau Mei mei dengan Upin saja. Biar mereka menjadi keluarga dengan otak yang pintar." Sean menambahkan
Alana memutar bola matanya dengan malas. Anak dan suaminya memang selalu seperti ini, siapapun akan mereka pasang pasangkan sesuai dengan keinginan mereka.
"Nah, menurut papa aku lebih baik memilih Alterio atau Arkasa?" Queen berkata dengan santai sedangkan orang tuanya terperanjat karena terkejut dengan pertanyaan anaknya.
Alana mengerutkan keningnya, "Arkasa itu siapa sayang?"
"Dia putra bungsu Ganindra Suho. Rekan bisnisku. Benarkan sayang?" Tanya Sean pada putrinya.
Dan Queen mengangguk. "Dia temanku juga ma. Mama belum pernah bertemu dengannya karena dia jarang berada disekolah. Dan selalu pulang jalan atap gedung."
"Hah?" Alana heran, pulang jalan atap gedung?
"Dia selalu diantar jemput menggunakan helikopter sayang." Sean menjelaskan pada istrinya yang memang terkadang sedikit lama mencerna.
"Ya ampun, diakan masih TK."
"Dan dia pewaris Ground Up corporation." Sean lagi lagi menambahkan.
Queen hanya diam menyimak mama dan papanya.
"Queen sayang, kau bebas berteman dengan siapapun. Tidak boleh memilih milih teman selama mereka baik dan berprilaku dengan semestinya." Alana memberikan pengertian pada putri cantiknya.
Queensha tersenyum dan mengangguk.
Sean mulai pusing, anaknya ini bahkan baru berusia enam tahun tapi sudah diperebutkan. Bagaimana nanti?
"Sayang sepertinya saingan untuk Alterio lumayan berat." Alana berbisik sembari terkikik geli pada Sean saat Queen kembali fokus pada kartunnya.
***
Mas io punya saingan guysssss anak holkay. Gimana tuh?😂😂
Satu chapter lagi cerita ini bener bener end yaaaaa❤
Thanks untuk kalian semua yang selalu dukung dan meramaikan work ini😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Daddy ✅
RomantikI'm her daddy 24/7. Don't you dare to touch her. - Sean William