Delapan

12.2K 790 22
                                    

"Dad? Siapa yang mirip denganku?" Alana kembali bertanya dan kini memberi atensi penuh pada Sean.

Pria itu tampak sangat shock dengan apa yang ia katakan. Namun sebisa mungkin ia tutupi dengan memasang wajah datar.

"Mirip dengan mommyku, baby. Kau sangat mirip dengannya." Sean tersenyum lembut dan menyamankan posisi tidurnya 

Alana mengusap rambut Sean dengan lembut. Menatap Sean dengan penuh sayang. "Aku ingin ke New york dad, aku merindukan grannie. Dan ingin mengunjungi makam grandpa."

Sean mendongak dan tersenyum lembut. Alana sangat sayang pada mommy juga daddynya Sean. "Nanti kita kesana. Biar daddy mengurus jadwal dikantor dulu."

Alana mengangguk senang, sudah lama ia tidak mengunjungi grannienya. Jika bukan karena Sean yang memindahkan pusat Lotto World Company kesini ia pasti masih menetap di New York dengan grannienya, wanita cantik yang sangat amat menyayangi Alana dan Sean.

****

Sebagian besar keinginan dan impian Sean dimasa kecil sudah terpenuhi, pendidikan, kesuksesan, kekayaan dan cinta. Dulu, ia sempat pesimis terhadap urusan percintaan karena hal buruk yang terjadi dimasa lalu. Hingga Alana lahir dan membawa cinta yang begitu banyak dihidupnya.

Alana, bagi Sean gadis itu adalah mimpi terindah dan terbaik yang pernah tuhan berikan. Hingga Sean rela menukarkan apa saja agar Alananya tetap berada disisi Sean sebagaimana mestinya. Sean tidak pernah bisa menganggap Alana sebagai putrinya atau sekedar seorang adik, meskipun usia mereka terpaut belasan tahun. Sean mencintai Alana bahkan sejak gadis itu pertama kali menangis dan melihat dunia. Sebesar itu cinta Sean untuk Alana.

Maka dari itu, Sean tidak pernah membiarkan Alana tersentuh oleh dunia luar, dunia diluar kekuasaan seorang Sean William. Itu caranya menjaga Alana. Melihat gadis kecilnya sedang tertawa dengan teman teman barunya diluar sana membuat sudut hati Sean yang lain berdenyut. Ketakutan akan kehilangan Alana selalu terasa menyakitkan padahal gadis itu tidak pernah bisa jauh dari Sean. Jika Sean pergi keluar negeri untuk perjalanan bisnis ia akan ikut jika tidak ia akan merajuk dan marah untuk waktu yang lama. Intinya, kemungkinan Alana meninggalkan Sean itu sangat amat kecil.

"Jef, siapa pria yang selalu menatap Princessa?"

Jefrey melihat kearah taman dimana Alana dan teman temannya sedang berkumpul.

"Yang mana tuan? Semua laki laki yang ada di sana menatap nona Alana."

Sial, Jef memang benar. Hampir semua orang yang ada disana baik yang tengah duduk ataupun mereka yang berlalu lalang, menyempatkan beberapa detik untuk menatap wajah cantik Alana. Pikir Sean.

"Yang rambutnya keabuan, memakai kemeja putih Jef." Sean menjelaskan lebih detail pada Jefrey yang tak lain adalah pengawal pribadi Alana.

"Itu Xabilly tuan. Ia salah satu teman baru nona Alana. Setahu saya dia berada satu tingkat diatas nona."

"Cari tahu tentang anak itu lebih banyak. Aku yakin dia menyukai princessa." Sean berujar dengan nada dingin.

"Baik tuan. Beri saya 1 jam. Info tentang laki laki tersebut akan saya kirim lewat email."

ia menganggukan kepalanya samar, lalu Jefrey keluar dari mobil dan kembali berjaga disekitar Alana.

Disisi lain, Alana sedang menikmati jam kosongnya selama 3 jam kedepan. Dosen Akuntansi yang seharusnya masuk sejak beberapa menit yang lalu memberi kabar bahwa  jadwal akan ditukar karena ada kepentingan mendadak hingga pada akhirnya ia dan Jennie memutuskan untuk sekedar mencari angin ditaman kampus.

Jennie terlihat suntuk dengan kopi yang ia genggam membuat rasa penasaran muncul dibenak Alana.

"Kau baik baik saja Jennie? Wajahmu sangat kusut."

"Aku rindu pada Jeon. Dan aku tidak bisa melakukan apapun" Jennie menghembuskan nafasnya pelan, gadis itu memainkan cup kopinya

"Temui saja dia. Ia terlihat santai berada disekitarmu. Jadi aku rasa tidak akan jadi masalah jika kau menemuinya."

"Memang, Jeon bahkan mengatakan bahwa dia masih merindukanku. Tapi sekarang dia sudah menjadi tunangan orang Al" Jennie menenggelamkan wajahnya pada lengan yang ia lipat di meja

Beberapa hari yang lalu, Jeon memang dikabarkan telah bertunangan dengan gadis pilihan keluarganya.

"Ayolaaaah.. ini bukan dirimu kau tahu. Jeon baru bertunangan jen belum menikah jadi tidak masalah jika kau masih ingin menemuinya."

Jennie tidak menjawab Alana kali ini. Ia masih dengan posisi yang sama. Bahkan Jennie tidak menyadari kini meja itu dikelilingi oleh beberapa orang lain selain ia dan Alana.

"I miss you too, my queen." Seseorang berbisik tepat ditelinga gadis itu, membuat Jennie sontak menengakkan kepalanya secara tiba tiba.

Alana hanya terkekeh pelan melihat wajah Jennie yang merah semerah lipstik Maria pagi tadi. Tanpa tahu seseorang disebelahnya sedang menatapnya dengan intens.

"Alana tidak akan hilang Bils, berkedip atau matamu akan perih." Suga terkekeh karena berhasil menggoda Billy, pria yang kini menatap tajam kearahnya.

Alana menoleh dan baru menyadari bahwa Xabilly ada disebelahnya. Raut datar dan tajam yang tadi menghiasi wajah tampan Xabilly langsung tergantikan dengan tatapan lembut pada Alana.

"Lihat, untuk pertama kalinya seorang Xabilly menatap wanita dengan lembut tanpa sorot menghina atau meremehkan" Suga kembali bersuara, kali ini dengan sangat heboh

"Dia memang begitu jika berhadapan dengan Alana. Aku menyaksikannya beberapa hari yang lalu." Stef menimpali sambil tertawa puas

Billy mendengus kesal pada dua temannya itu. "Kalian terus saja membicarakan aku padahal aku ada disini."

"Itu justru bagus. Namanya bukan teman bermuka dua!" Stef yang merasa setuju dengan Suga langsung memberi highfive.

Alana tertawa geli melihat tingkah teman teman barunya, begitu pula dengan jennie yang kini terlihat lebih cerah karena kehadiran Jeon.

"Well sir kau rupanya sedingin itu hingga teman temanmu sangat berisik hanya karena kau tersenyum dan bersikap baik padaku"

Billy mengusak pelan rambut Alana, membuat Jennie dan yang lainnya menganga tidak percaya dengan apa yang  ada dihadapan mereka.

"Kau sangat menggemaskan cessa, aku tidak bisa memperlakukanmu sama dengan caraku memperlakukan yang lain." Ucapnya pelan

Alana hanya tersenyum kecil dengan debaran aneh didadanya.

Drrrrtt .. drrrt

Ponsel Alana bergetar karena sebuah panggilan yang masuk dan nama Sean tertera dilayar ponselnya.

"Pergi dari sana atau daddy akan membuat teman temanmu tidak akan pernah bisa menginjakan lagi kakinya di kampus." Alana terkejut bukan main karena mungkin saat ini Sean ada disekitarnya.

"Where are you dad?" Alana bertanya pelan

"Arah jam 9. Kemarilah, kau harus menerima hukuman karena sudah membiarkan pria lain menyentuhmu."

Alana tahu betul bayinya yang manja akan sangat marah padanya sekarang.

Sugar Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang