Dua puluh

7.6K 654 42
                                    

"Kemarin aku pergi berlibur dengan Alana, apa urusan kantor bisa kau kendalikan dengan baik?" Sean melepaskan kacamata yang ia kenakan saat membaca.

"Semua baik baik saja, Sir. Saya dan team keuangan menghadiri rapat direksi untuk membahas soal kenaikan harga saham diperusahaan kita, kita mendapatkan kenaikan total 5,98 persen. Semua sudah beres tinggal menunggu tanda tangan anda, Sir." Nirina menjelaskan

Sean mengangguk dan tersenyum bangga pada sekertarisnya, membuat gadis dihadapannya tersipu. "Kerja bagus. Kau akan mendapatkan bonus setelah ini."

"Tidak perlu, Sir. gaji saya sudah sangat cukup. Anggap saja ini sebagai hadiah untuk ulang tahun perusahaan minggu depan." Nirina tersenyum tulus pada Sean

Nirina sudah bekerja selama tiga tahun dengan Sean, dan selama itu juga ia menyukai pria yang menjadi bosnya itu.

"Tetap saja kau harus mendapatkan bonus, kau bisa pikirkan apa yang kau mau. Sekarang kembalilah bekerja."

Nirina mengangguk patuh dan pamit kembali keruangannya.

Namun beberapa menit kemudian Nirina kembali, membuat Sean mengernyit,

"Ada apa?" Sean langsung to the point

"Sepertinya saya ingin mengambil bonus saya, Sir.." Nirina terlihat ragu mengatakannya, namun kali ini ia harus mengambil kesempatan yang ada

"Tentu saja. Apa maumu? Kau akan mendapatkannya."

"Saya.. saya ingin paket liburan.."

Sean mengangguk setuju sebelum Nirina melanjutkan perkataannya,

Dengan bapak. Berdua." Lanjutnya

Sean tampak terkejut dengan kalimat yang diucapkan oleh Nirina.

Yang benar saja gadis ini! Sean membatin.

"Untuk apa?" Nada bicara Sean berubah dingin

"Saya.. say..a.." Nirina menelan salivanya dengan susah payah, "Ingin mengenal anda lebih jauh.."

"Kemarilah." Sean memerintah dengan nada dingin yang amat ketara

Dengan langkah ragu, Nirina menghampiri Sean.

Saat tiba dihadapan Sean, wanita itu menundukkan kepalanya. Ia menyesal setengah mati karena dengan lancang meminta bonus konyol itu. Sungguh, rasanya sangat memalukan.

"Duduk dipangkuanku. Sekarang."

Dan Nirina duduk dipangkuannya. Masih dengan kepala tertunduk.

Sean mengangkat wajah Nirina dengan jemarinya, menatap mata gadis itu seolah sedang mencari sesuatu.

Dan itu membuat Nirina nyaris mati karena gugup.

"Cium aku." Sean berkata dengan tenang

"A..apa?" Nirina benar benar akan mati sekarang juga.

"Cium aku! Kau tidak tuli."

Nirina memberanikan diri untuk mendekatkan wajahnya, perlahan ia mencium Sean dengan lembut, namun Sean justru sebaliknya. Ia mencium Nirina dengan cara yang benar benar akan melukai harga diri setiap wanita yang sedang jatuh cinta.

Bukan ciuman lembut dengan perasaan yang ia berikan, melainkan sebuah ciuman yang kasar dan sarat akan penghinaan.

Nirina menjauhkan wajahnya, dan melihat kearah Sean, pria itu tersenyum miring.

"Kau benar benar melukai kepercayaanku, jalang."

Setelah berkata dengan tenang, Sean menyingkirkan Nirina dan berjalan keluar dari ruangannya meninggalkan gadis itu dengan uraian air mata yang tak tebendung lagi.

Sugar Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang