Dua puluh Enam

5.9K 501 14
                                    

Setelah menunggu Jennie diberi izin untuk berpergian dengan menggunakan pesawat, mereka akhirnya berangkat. Sean dan Alana akan membawa teman temannya itu kepulau pribadi yang Sean belikan untuk Alana saat gadisnya berulang tahun yang ke tujuh belas.

Pulaunya terletak di Kenya. Jika kebanyakan orang memilih pulau sejenis Maldives, Sean justru memilih Kenya sebagai negara dimana pulau pribadinya untuk Alana berada. Meskipun pulau seluas 250 hektare itu masuk kedalam kategori pulau pribadi, didalamnya sudah sangat maju dan modern dimana ada banyak resort serta villa yang berjejer dengan rapi.

Mereka akan menikmati liburan dengan alam, dimana masih banyak hewan liar yang berkeliaran disekitar resort dengan bebasnya. Walau begitu hewan hewan itu tidak menyerang manusia yang ada disekeliling mereka.

Saat memasuki kamarnya, Alana dapat melihat jerapah dengan jelas diluar sana. Ia girang bukan main, dan membuat Sean sedikit kewalahan karena gadisnya itu sulit untuk diam dan melompat kesana kemari.

"Sayang, istirahat dulu, kita baru saja tiba." Sean menangkap pinggang Alana, menarik gadis itu agar duduk dipangkuannya.

Atensi Alana masih berada pada jerapah diluar kamarnya. "Daddy aku ingin mendekat pada jerapah itu, dia sangat cantik!"

Sean menggeleng, "Take a rest before, then we go to see what you want."

Alana menekuk bibirnya, ia tahu jika sudah begini mau tidak mau ia harus mengikuti apa yang Sean katakan.

"Promise me that i will see the giraffe, daddy." Alana mengangkat jari kelingkingnya dan diterima oleh Sean, mereka saling menautkan jarinya masing masing.

"I promise you baby girl." Alana menuruti perkataan Sean, gadis itu berbaring dan mengistirahatkan tubuhnya.

Sean mengecup lama kening Alana sebelum pergi ke kamar mandi. "Daddy akan mandi sebentar, setelahnya kita tidur."

Alana kembali terduduk, "Aku juga ingin mandi daddy.."

Sean berbalik dan tersenyum nakal. "Baiklah berarti kita tunda dulu istirahatnya sebentar."

Alana tertawa senang dan ia  segera melompat kedalam pelukan Sean.

"Pertemuanku dengan jerapah bisa ditunda, tak apa." Ia berbisik dileher Sean yang sedang menggendongnya ala koala kedalam kamar mandi.

***

Dikamar lain, Jennie sibuk mengoleskan minyak kayu putih ketubuh Peter. Pria raksasa itu mengalami  jet lag yang lumayan parah, membuat Jennie sedikit kewalahan karena ia sendiri kelelahan.

"Kau harus tahu sayang, aku bukannya kampungan atau apalah itu, aku hanya sedang tidak berada dalam kondisi yang baik." Peter terus saja berkata begitu sejak mereka memasuki kamar

Jennie memutar bola matanya, "Iya aku tahu, sudah diam. Kau akan semakin mual jika banyak bicara."

Peter menganggukkan kepalanya patuh, membuat Jennie gemas. Pria ini selalu mempunyai cara untuk meluluhkan hatinya.

Peter meraih lengan Jennie, membawanya untuk mengusap pelan rambut pria itu. Kadang Jennie berpikir, sebenarnya siapa yang sedang hamil disini?

Ia ikut membaringkan tubuhnya disamping Peter, masih mengelus pelan rambut pria dihadapannya hingga mereka berdua terlelap.

Dua jam kemudian Peter yang bangun lebih dulu, ia memeluk Jennie dengan sayang. Mengusap perutnya yang masih rata, ia tersenyum hangat saat membayangkan baby akan lahir dan ia akan menjadi seorang ayah.

Benar benar pengalaman yang menyenangkan. Peter tak pernah merasakan euforia sebesar ini dalam hatinya, dan hanya Jennie yang memberikannya perasaan senyaman ini.

"Baby sangat suka dimanjakan oleh daddynya." Jennie menggumam pelan dengan mata yang masih terpejam rapat.

"Benarkah? Apa aku bisa merasakannya juga?" Peter merangsek turun, kepalanya ia sejajarkan dengan perut Jennie.

Jennie mengangguk, memeluk kepala Peter yang berada diperutnya. Ia benar benar bahagia dengan pilihan dan hidupnya sekarang, belum lagi saat baby lahir nanti. Ia tidak menyesali keputusannya.

Peter mencium perut Jennie dengan penuh kasih sayang, ia menyingkap kemeja yang gadisnya gunakan lalu berbicara dengan bayinya didalam sana.

"Hai sayang.. Ini daddy.." Ia mengecup lagi perut Jennie dengan sangat lembut

Daddy sangat mencintaimu walaupun saat ini kau belum bisa mendengar suara daddy dengan baik. Kau akan menjadi anak yang paling beruntung dan dicintai didunia. Daddy janji.." Peter menyeka air matanya yang turun secara tiba tiba hingga lama kelamaan berubah menganak sungai di pipinya.

Jennie benar benar terjaga karena Peter terisak dengan keras didepan perutnya. "Ya ampun sayang, kau ini kenapa? Kemari aku akan memelukmu."

Peter menyembunyikan wajahnya didada Jennie, dengan uraian air mata yang bercucuran Jennie berusaha menemukan mata lelaki yang ia cintai itu. Peter memang menjadi lebih perasa semenjak kehamilan Jennie, dan yang berperan menenangkan adalah wanitanya.

"Jangan menangis, nanti baby ikut sedih. Astaga aku akan punya dua bayi.." Jennie terkekeh sembari menyeka air mata Peter.

"A-aku sangat bahagia.. Kau memberikan segalanya untukku, semua yang belum pernah aku miliki sebelumnnya.. Terimakasih..

Aku mencintaimu.. sangat." Peter berkata dengan terbata bata

Jennie tertawa dan mengeratkan pelukannya pada Peter, ia bersyukur akan kehidupannya. Ia bersyukur atas segalanya.

Sugar Daddy ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang