Chapter 21

2.5K 128 2
                                        

Clara terbangun ia melihat ruangan sekitar, ia mengenali ruangan ini. Ia dikamarnya. Clara mencoba bangun dari tidurnya ia merasakan pusing di kepalanya, tubuhnya sangat lemas. Apa yang sebenarnya terjadi?  Bukannya tadi ia ada di sekolah menonton pertandingan Raja.

Clara mencoba mengingat tapi pusing di kepalanya malah makin terasa sakit. Ia memejamkan matanya mencoba menghilangkan pusing yang bersarang di kepalanya.

Derap langkah kaki terdengar,  kenop pintu yang tadinya tertutup terbuka perlahan, Clara membuka matanya dan melihat ke arah pintu kamarnya. Terlihat sosok pria tampan yang sangat ia kenali. Raja.  Raja datang membawakan makanan dan obat di nampan lalu tersenyum melihat Clara yang sudah sadar.

"ra makan dulu ya. Trus minum obatnya. " titah Raja sebari menaruh makanan di nakas lalu mendudukan dirinya di tepi ranjang Clara.

"Gue kenapa disini, kenapa kepala gue pusing banget? "

"lo pingsan di sekolah pas gua selesai pertandingan, mangkanya gua langsung bawa lo pulang. " maafin gua ra,  gua terpaksa bohong.

"Makan dulu ya, selesai lo makan gua mau ngomong serius sama lo"

"sekarang aja. " paksa Clara.

"nggak lo makan dulu, gua keluar ya. Kalo udah panggil gua. Gua dikamar sebelah. "

Ada apa dengan Raja, kenapa gelagatnya aneh gini. batin Clara.
Setelah Clara selesai makan dan minum obat. Raja menghampiri Clara ke kamarnya, Raja ragu tapi ia harus melakukannya ini semua demi Clara.

"Raa"

"kenapa? "

"Maafin gua"

"Buat? "

Raja menarik napas, menyiapkan mental untuk berbicara yang ia tidak ingin bicarakan.
"Maaf karna gua udah permainin lo, gua deketin lo dan maksa lo buat jadi pacar gua itu karna kalah TOD sama temen gua. Maafin gua ra."

Clara terdiam mencerna ucapan Raja, mengapa hatinya sakit ketika Raja berbicara jujur seperti ini, harusnya ia biasa saja seperti dulu. Clara tidak mengerti dengan hatinya. Apakah ia sudah mulai menyukai Raja?.

"Ra gua gak akan ganggu lo lagi, maaf buat segalanya. Gua udah nelpon Mila pake ponsel lo buat temenin lo disini. Gua pergi."

Perih hati Raja perih. Hati dan ucapannya saling bertolakan. Raja sendiri tidak mau berbicara seperti itu kepada Clara tapi apa daya keselamatan Clara ada di tangannya. Ia yang menentukan. Gara-gara gadis licik itulah yang membuat Raja seperti ini. Sial.

                        ****

"Ngape lu bro dateng-dateng tu muka mendung amat."

Raja menghiraukan pertanyaan Kian, ia menghempaskan tubuhnya di atas sofa apartemen Kian. Ia ingin menginap disini. Mencoba menguatkan tenaga untuk bersandiwara esok ketika bertemu dengan Clara. Statusnya sekarang sudah berbeda Clara bukan siapa-siapa nya lagi. Ia pasti akan rindu untuk mengekori Clara kemanapun cewek itu pergi. Menjahilinya. Ia akan rindu semua yang berkaitan dengan Clara.

Mulai besok ia sudah tidak bisa lagi bersama dengan Clara,  karna Nency mulai esok akan terus mengganggunya. Apalagi Nency yang menganggap Raja pacarnya.
Rasanya ia ingin memutar balikan waktu supaya kejadian ini tidak pernah ada. Hanya ada kenangan-kenangan manis bersama Clara.

"Kacang enak tapi kalo di kacangin kaga enak. Udah buka apartemen gua seenaknya malah pemilik apartemen dikacangin. Sue sue. "
Kian mendengus kesal. Ia memilih untuk memainkan game di ponselnya.

Pagi datang dengan cepat, hari yang paling di benci oleh Raja. Ia harus berpura-pura tidak mengenal Clara.

Raja berangkat menaiki mobil merahnya bersama dua temannya Kian dan Santang. Ia memarkirkan mobilnya di tempat khusus disediakan oleh sekolah yaitu parkiran untuk orang-orang penting saja.

Nency sedari tadi menunggu Raja di tangga bawah. Ketika Raja terlihat oleh kedua mata Nency. Ia menghampiri Raja dan menghimpit lengan Raja manja.
"akhirnya pacar aku di tunggu-tunggu dateng juga. "

Kian dan Santang kebingungan. Pacar? Bukankah pacar Raja Clara?. Pikir mereka.  Raja mencoba melepas himpitan lengan Nency di lengannya. Ia risih dengan perlakuan Nency. Tapi nency malah mempererat.

Clara dan Mila sudah datang, ia hendak berjalan menuju tangga tetapi langkah mereka terhenti melihat Raja dan Nency. Nency tampak posesif terhadap Raja.

Clara yang melihat itu pun memutarkan pandangannya ke arah lain. Ia lalu berlari kecil menaiki anak tangga. Clara tidak tau mengapa ia harus lari, mengapa hatinya sesakit ini melihat Raja yang di dekati Nency. Clara terus mempercepat langkahnya, ia tidak mau melihat adegan romantis yang dilakukan Nency di depannya. Ia menghiraukan panggilan dari Mila sedari tadi yang terus memanggil namanya.

"Raa." Mila berjongkok guna mengatur pernapasannya. "lo--tadi kenapa lari sih. Cape gue ngejar lo."

"Si--siapa yang lari, gue jalan biasa ko" Clara tergagap.

"biasa gimana orang lo jalan kaya mau ngambil uang gajian,  lo kenapa si cemburu liat ka Raja dipepetin si perek? " Mila menyipitkan matanya menatap penasaran terhadap Clara.

"Ngaco lo." lalu Clara melengos ke dalam kelas meninggalkan Mila yang masih mengatur napasnya.

"Astaga keliatan banget tu dari muka lo, kalo lo cemburu dasar bocah. " teriak Mila geram.

Siswa-siswi langsung menatap Mila karna memang dirinya berisik pagi ini.
"apa lo liat-liat mau gue colok mata lo. " ucap Mila kepada anak perempuan yang sedari tadi melihatnya dengan tatapan sinis.

Rumor di sekolah belum sepenuhnya hilang tentang aib Clara,  Mila pun jadi ikutan kena karna berdekatan dengan Clara. Tatapan demi tatapan selalu saja mengusik dirinya dan Clara. Dasar manusia tidak punya hati,mudah sekali kemakan omongan orang yang tidak benar. Andai bulan bisa di tinggali pasti dirinya akan pindah dari bumi ke bulan. Atau bahkan ke kayangan bertemu dengan mimi peri atau papi peri.

Pagi ini Clara di kejutkan oleh sesuatu barang yang bukan miliknya berada di loker bukunya. Kotak dan ditempeli pita diatasnya. Clara membuka kotak itu dan betapa terkejutnya ia ketika melihat ikan yang masih hidup tampak menggeliat-geliat karna tidak di beri air. Clara fobia terhadap ikan, tidak tau mengapa setiap ia lihat ikan ia akan histeris seperti ini.

"AAAAAAKHH"

Clara berteriak, ia melempar kotak yang berisi ikan itu di sembarang arah. Kakinya lemas ia tidak bisa menopang tubuhnya. Ia terduduk di lantai yang dingin itu. Tubuhnya bergetar hebat, tak sadar air matanya mengalir deras di pipinya. Semua yang mendengar teriakan Clara mengalihkan pandangannya menatap Clara.

Mila yang sedang duduk dibangku dengan cepat menghampiri Clara,  begitu pula dengan Erick. Erick sangat terkejut ia melihat Clara yang begitu kacau. Ia dan Mila membantu Clara untuk duduk dahulu dan membawanya ke uks. Caca dan Sila hanya diam menatap Clara yang begitu rapuh.ada rasa iba tapi ego mereka sangatlah tinggi.

"Gue anter Clara,lo disini aja" ucap Erick kepada Mila yang hendak membantu Clara bangun dari duduknya.

Mila hanya mengangguk mengiyakan ucapan Erick. Karna sebentar lagi pelajaran akan di mulai.

"Siapa yang tega ngelakuin ini ke Clara" geram Erick bertanya pada dirinya sendiri. Sambil memapah Clara.

Raja Si Badboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang