Keraguanku yang tak berujung ini mampu membimbingku kearahmu, namun tidak pada cintamu
🍃🍃🍃
--------------------------
"Mas!" panggil Faiz (adikku) membangunkanku.
"Astagfirullah" aku berteriak keras. Merasa terkejut. Kulihat kearahnya, wajah Faiz juga ikut pias. Sepertinya ia juga kaget dengan teriakan ku tadi.
'Astagfirullahhh' kudengar lirih Faiz menghela napas.
"huh, mas! Makanya, kalau tidur tuh baca doa dulu" tuduhnya dengan raut kesal.
Aku tetap bergeming.
Masih mencoba mencerna mimpi yang baru saja kualami.
Kurasakan bulu romaku berdiri. Merinding, tak tau entah kenapa. Aku bergidik dan menggelengkan kepala. Mencoba melupakan mimpi yang lalu."Allahu Akbar!" pekikku kaget.
Kudorong wajah Faiz yang berada beberapa senti dari wajahku.
Aku menatap sebal ke arah Faiz. Dan dia tertawa cekikikan di depanku. Entah mengapa dia jadi sangat menyebalkan sekali. Di pagi buta seperti ini.
"Mimpi buruk mas?" tanya Faiz
Aku tercenung sejenak. Kemudian aku menggeleng. Dengan keringat yang kurasakan sudah sebesar biji jagung di dahi.
Pikiranku masih terbayang tentang mimpi barusan.
"ngelamun aja sih. Ntar kesambet baru tahu rasa! Eh, lupa! Ditunghuin Abi-Ummi tuh bang. Astagfirullah"
Aku hanya mengangguk dan segera beranjak menuju kamar mandi dan segera mengambil wudhu.
---------
Aku masih belum mengerti tentang semua ini.
Tapi gadis itu...Bismillah...
Rabbisshrahli shadri wayasshirli amri wahlul uqdatammillisani yafqahu qauli
🌴🌴🌴
"jadi kedatangan saya kemari untuk mengajukan ta'aruf pada Zahra, Abi." ujarku mantap walau dalam hati rasanya jantungku berpacu secepat lomba pacuan kuda.
Pria paruh baya yang kupanggi Abi itu mengernyit. Seakan belum mengerti apa maksudku. Hal itu membuatku tegang, apa aku salah?
Belum sampai mulutku terbuka untuk menjelaskan. Kulihat mata Abi berbinar dan senyum hangat terpasung di wajahnya.
Hal itu membuatku merasa panas dingin secara bersamaan. Rasanya tubuhku terlalu kaku karena gugup.
"untuk itu, sebaiknya langsung di bicarakan pada orangnya langsung, nak. Sebwntar, biar Abi hubungi orangnya"
Abi menatapku jail. Entahlah, sudah seperti apa wajahku sekarang. Rasa malu, gugup dan takut seakan bercampur aduk menjadi satu.
"Gimana Mi? Fariza bisa kesini?" tanya Abi pada istri beliau
"masih belum diangkat Bi, sama Fariza. Tapi tadi Ummi udah minta tolong ke Rista hubungi Fariza" jelasnya
"Assalamualaikum"
Kudengar suara seorang perempuan yang tak terasa asing ditelingaku.
"waalaikumussalam" jawab kami serempak
"permisi" ujar perempuan itu lembut
Kulihat ia berjalan menuju Ustadzah Oki.
"emm, Fariza gak ada di rumah nya, Mi. Gimana? Di hubungi juga gak diangkat. Di WA masih centang satu" ucap perempuan yang belum ku ketahui namanya itu.
Aku mendengar nada khawatir saat ia mengatakan itu.
"tapi biar Rista coba hubungi lagi" tambahnya lagi seraya mengeluarkan ponsel dan menggeser layar beberapa kali.
Oh namanya Rista.
Aku kembali fokus pada debaran jantungku. Dia tidak bisa dihubungi, apa dia akan datang? Hatiku semakin tak menentu. Apa ini kode Allah kalau dia bukan jodohku? Firasatku semakin tak menentu. Berharap-harap cemas menantinya.
Setengah jam berlalu, selama itu Abi mengajakku mengobrol banyak hal. Dari tentang alasanku ingin mengajak ta'aruf Zahra, seberapa keseriusanku hingga kebiasaan-kebiasaan nya. Yang secara tak langsung membuatku benar-benar ingin mengenal gadis itu.
Biarpun begitu,aku tetap tak dapat menghiraukan kecemasan ini.
' Rabbisshrahli shadri wa yasshirli amri wahlul uqdatanmmillitsani yafqahuu qauli '
Aku mengulang-ulang doa nabi Musa untuk menenangkan hati. Ku rapalkan istighfar untuk menghilangkan kecemasan.
Hingga akhirnya, Ustadzah Oki, datang dengan binar di wajahnya yang terlihat jelas.
"udah bisa dihubungi Bi. Katanya mungkin setengah jam lagi sampai"
Aku menghela napas.
Rasanya lega, namun tak dapat kupungkiri jika detak jantungku semakin tak terkendali lagi. Aku masih harus menunggunya, sebentar lagi.
Kurasakan saku di kemeja polos ku bergetar.
"afwan Abi, ada telpon. Permisi" pamitku mengangkat telpon dan beliau hanya mengangguk.
Aku beranjak ke balkon rumah. Kulihat nomor yang tertera, tidak dikenal. Aku menekan icon hijau. Lalu ku dekatkan ke telinga kananku.
"Selamat siang, dengan dokter Ian?"
"iya"
"ada pasien yang harus dioperasi dok"
"sekarang?"
"iya dok, korban kecelakaan beberapa menit lalu."
"Bagaimana kondisinya?"
"Cukup parah dok. Hasil pemeriksaan awal kemungkinan terjadi Fraktura di bagian pangkal tulang kering, bagian area tulang pinggang, dan ekor"
"emm, lakukan pertolongan pertama. Dan lakukan apa yang bisa dilakukan untuk menolongnya. 20 menit saya sampai"
"siap dok. Selamat siang, terima kasih"
Langsung kumatikan sambungan telepon tadi. Seraya menghela napas.
Padahal setengah jam lagi.
Ya Allah...
Tapi sudah kewajibanku.
Ikhlas,,, bismillah...Kalau jodoh gak bakal kemana.
Tapi mungkin sebelum kesini bakal kemana mana dulu :vAku kembali masuk ke dalam rumah Abi. Dengan berat hati, aku pamit undur diri. Dengan membawa hajat yang belum sepenuhnya sampai.
"hati-hati. InsyaAllah kalau jodoh gak kemana. Nanti Abi sampaikan ke 'Zahra' mu nanti"
Entah kenapa aku sedikit malu mendengar Abi berkata seperti itu. Walau hanya dengan niatan menggoda.
"Assalamualaikum Abi, saya permisi. Tolong sampaikan maaf saya juga untuk ...."
Entah mengapa suaraku seakan tercekat. Aku merasa wajahku panas bahkan sebelum mengucapkan namanya. Beruntungnya aku tak bisa membayangkan senyumnya, wajahnya. Hanya melihat mata saja pikiranku bisa sekacau ini. Aku tak dapat membayangkan jika lebih.
Astagfirullah,,,
.
.
.
Yg nge VOTE or KOMEN semoga Allah membalasnya dengan kebahagiaan karena udah bikin orang lain bahagia(author) :v
💙💙💙
TBC.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Berjuang & Menyerah [SUDAH TERBIT] (REPOST)
Spiritual[SUDAH TERBIT] ✔️ (REPOST) #1 dalam Azahra (10/03/20) #1 dalam khimar (20/01/20) #1 dalam Ghayda (28/01/20) #1 dalam anauhibbuki (28/01/20) #2 dalam fillah (20/01/20) #2 dalam azahra (20/01/20) #3 dalam dengki (28/01/20) #33 dalam diam (08/11/19) da...