21. Dear Rista, my love💔

582 61 2
                                    

Hampa itu,
Ketika kamu mendapati seseorang yang selalu peduli,
Menjadi sosok yang paling abai

🍃🍃🍃


SHOCK !!

Itu yang dirasakan Fariza saat ini. Berulang kali ia melafalkan istighfar untuk menenangkan hatinya.

Ia terduduk di atas karpet empuk ruang kerjanya. Dan kembali menatap ponselnya yang tergeletak tak jauh dari tempat ia duduk sekarang.

Gadis itu mengetuk-ngetukkan jemari lentiknya pada meja kecil di depannya. Itu kebiasaannya saat ia sedang bingung.

Ia berhenti.

Lantas menoleh cepat kearah ponselnya yang tergeletak tak berdaya. Dengan gerakan cepat, ia meraihnya. Lantas dengan tergesa ia menggeser layar sentuh ponselnya. Dengan perlahan, gadis itu mulai mendekatkan benda persegi empat itu ke dekat telinganya. Keningnya berkerut
Ia kembali menatap benda persegi yang sedari tadi di pegangnya. Menggeser layar nya lagi, lalu mendekatkan ketelinganya, lagi.

Itu dilakukannya berulang kali. Hingga akhirnya,,
Ia pun menyerah. Ia meletakkan ponselnya dengan kesal. Dan kembali bersimpuh di karpet biru muda kesayangannya.

"Apa ini ya Allah,, Astaghfirullah"

Gadis itu memijat pangkal hidungnya. Ia menatap sepucuk surat di atas map coklat yang tergeletak sembarang di atas meja nya. Ia menggelengkan kepalanya tak percaya. Lantas berdiri dan meraih surat itu.

Ia membacanya berulang kali. Mengeja tiap hurufnya, karena saking takutnya ia salah membaca. Hasilnya tetap sama. Ia menghembuskan napas pasrah.

Arista Adinda zahrany mengajukan surat pengunduran diri dari butik.

Dan ia tidak bisa berbuat apapun.
Surat kontrak? itu hanya sebatas formalitas. Karena ia tidak akan mungkin tega menarik denda pada gadis itu.

Drrrtt drrtt

Ponsel nya bergetar, dan ia meraihnya.

klotakk ,,,

Ponsel itu meluncur bebas dari tangannya. Ia meraih ponselnya cepat. Dan kembali melihat ponsel nya itu.

Transferan dari rekening Rista 10 miliar.

Damn! ini benar-benar tidak masuk akal. Ini sudah kelewat batas. Ia meraih kunci mobilnya.

🌴🌴🌴

Rumah Abi dan Ummi Rista,

"Assalamualaikum"

" Waalaikumsalam, eh Fariza. Masuk"

"Ummi. Rista di mana Mi?"

"di kamar, masuk aja"

" Syukron Mi"

Fariza tak menunggu balasan dari Ummi, ia segera menuju kamar Rista. Ia mengetuk perlahan pintu kamar Rista

" Ya siapa?"

Suara Rista terdengar serak, "seperti habis menangis pikir" Fariza

Fariza tetap mengetuk tanpa sepatah kata yang terucap. Hingga tak lama, pintu terbuka dan menampakan wajah kusut Rista.

Sekejap. Lantas Rista menutupnya lagi. Sayang, kaki kanan Fariza menahan pintu.

Sakit?

Tak apa. Sekalipun kakinya harus patah karena terjepit pintu.

Asalkan ia tahu alasan Rista menangis saat ini. Lupakan soal surat pengunduran diri yang tak penting itu. Yang terpenting sekarang adalah semua yang dirasakan Rista saat ini. ini tidak beres. ia yakin itu

"Astagfirullah Ris. Kamu kenapa?"-ujar Farisa di sela-sela dorongan pintu Rista.

Rista tetap bungkam Seraya berusaha menutup pintu kamarnya, Rista menyadari keberadaan kaki Fariza dan berusaha mendorong kaki Fariza keluar.

"Biarin aku masuk Ris, kamu kalau ada masalah ngomong dong Ris. Ris!"

Blamm

Pintu tertutup.

Fariza berusaha mengetuknya lagi. Tapi, bukannya terbuka. Justru bunyi kunci diputar yang terdengar. Dikunci. Rista tak menginginkan Fariza bertamu.

"Ok, Ris. Kamu marah sama aku. Tapi kamu nggak kasih tahu aku karena apa. Aku bukan Tuhan yang tahu segalanya. Aku juga manusia. Banyak khilaf. Maka kasih tau aku Ris, dimana letak kesalahan ku. Bukan dengan cara kayak gini. Menghindar. Sampai keluar dari butik? Ris?"

Tetap tidak ada jawaban

"Maksud kamu apa Ris? transfer uang denda itu? kamu tahu dari awal kita bikin kontrak itu cuma sekedar formalitas. Kamu juga tahu sekalipun itu benar adanya, aku nggak akan mau terima semua itu. karena apa? Karena kamu sahabat aku. aku berpikir kita bakalan selalu bersama sama berjuang tapi kamu memilih pergi. Bahkan tanpa ada penjelasan."

"sakit Ris, kamu tahu? kalau kamu ada masalah omongin tulis kumohon" suaranya melirih. Fariza menarik napas panjang, matanya berkaca-kaca.

Fariza benar-benar tidak habis pikir dengan Rista. Kenapa Rista tak mengacuhkannya?

"Aku bakal balikin uang kamu Ris. Aku nggak mau persahabatan kita cuma bisa dihargai sama uang, meskipun kamu nggak anggap aku sahabat kamu, sampai kapanpun You're still be my best friend. aku pamit Ris. kalau kamu udah tenang, Jangan lupa kabarin aku. Assalamualaikum" ujar Fariza dengan air mata yang mulai mengalir di pipi mulusnya.

Fariza pergi dengan sedikit berlari. ia pergi tanpa sempat pamit pada Abi dan Ummi, ia masuk ke dalam mobil. mengendarai nya dengan kecepatan diatas rata-rata. ia menangis tersedu-sedu, tak peduli ia sedang di jalan yang ramai sesak sekalipun. ia tak mengurangi kecepatan.

Sementara itu, di kamar berukuran 4 x 5 meter itu. Seorang gadis bernama Rista itu bersimpuh di atas kedua lututnya. Lantas ambruk karena tangisnya yang pecah.

"Maaf Za, aku terpaksa. aku nggak bisa" ia merintih

"Kenapa kamu milih dia Za? Kenapa?" dengan tersedu ia melanjutkan

"Nggak ada cara yang lain lagi. Kamu nggak boleh sama dia Za. Nggak boleh. Nggak. Demi Allah aku nggak rela. Aku nggak rela!. Aku nggak akan pernah biarin itu terjadi Za. Aku gak bisa"

Ucapnya seraya terus menangis tanpa henti.


.
Dear Rista,

Dear Rista,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



.


.

TBC...
Thx for Read...
Baca trus ya....

Yg nge VOTE or KOMEN semoga Allah membalasnya dengan kebahagiaan karena udah bikin orang lain bahagia(author) :v

💙💙💙

Antara Berjuang & Menyerah [SUDAH TERBIT] (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang