Karena 'Ikhlas' masih menjadi pilihan terbaik untuk berdamai dengan semua masalah.
🍃🍃🍃
Ramai sekali suasana di pesantren Al Kahfi pagi itu. Lingkungan pesantren dipadati oleh para santri dan sebagian adalah orang luar. Masyarakat sekitar dan kerabat dari pesantren.
Nampak sebuah ambulans tengah dikerumuni semua orang. Para petugas rumah sakit mulai meminta semua yang disekitar ambulans menyingkir dan memberi jalan untuk masuk.
Pintu ambulans terbuka, menampakkan kain putih bersih yang menutupi sesuatu diatas sebuah brankar besi rumah sakit. Beberapa santri memeteskan air mata, selebihnya menunduk. Menghormati sosok yang tertutup kain putih itu.
Sosok itu terbujur kaku. Bukan dengan bibir biru dan wajah pucat. Apalagi terbingkai senyum.
Membuat Sesosok gadis yang sedari tadi terisak mengiringi jenazah itu, menjadi semakin histeris. Beberapa santri membantu gadis itu menjauh. Agar tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Gadis itu mulai tenang. Tapi tetes air matanya tak hentinya mengalir. Ia menggenggam sapu tangan putih, bertuliskan 'Best Friend R&R' sapu tangan yang hanya ada sepasang. Milik gadis itu dan sosok diatas brankar.
Gadis itu bangkit. Mendekati sosok yang telah dipindahkan ke masjid untuk di sholatkan. Beberapa santri tampak memegangi gadis itu, takut ia histeris lagi. Tapi gadis itu mengangkat tangannya meminta waktu untuk melihat sosok itu untuk terakhir kalinya.
Orang yang didekat sosok itu mengangguk. Semua akses masuk untuk lelaki ditutup sementara waktu. Orang-orang yang berada disana nampak was-was melihatnya.
Gadis itu membuka penutup kain itu, perlahan. Ia memalingkan wajahnya dan menengadahkan kepalanya. Menenangkan diri dan menahan air matanya agar tak tumpah saat ini. Gerakannya terhenti melihat sosok itu telah terbalut kain putih 5 lapis dan terikat oleh sebuah tali simpul.
Ia membuka bagian wajah.
Tak kuasa tangisnya ditahan. Tapi ia berusaha tetap dalam hening. Ia melanjutkan. Semua yang disana nampak menahan napas. Beberapa langsung pecah tangisnya. Dan menjauh. Tidak ada yang berani mengganggu aktivitas gadis itu.
Gadis itu menatap wajah sosok di hadapannya. Sakit dan amat menohok hatinya. Ia menghela napas berkali-kali. Menahan tangis.
Bukan sosok pucat berbibir biru yang ia dapati. Bukan pula wajah cantik yang ia kenali. Tanpa senyum, juga tanpa dapat dikenali.
Sosok itu hitam. Terbalut dengan kafan 5 lapis.
Bukan karena hitam warna kulitnya. Atau karena putihnya kafan yang membingkai. Tapi nampak jelas api telah menyentuh sosok itu sebelumnya. Hitamnya sempurna. Bahkan hingga merasuk ke organ dalam. Dan tak menyisakan setetes darah pun. Membuat sosoknya tak lagi dapat dikenal.
Rista menutup mulutnya. Menahan isak. Sebelum dunia yang ia rasakan menjadi gelap.
🌴🌴🌴
Aroma mawar merasuk begitu pekat di penciumannya. Gadis itu tertunduk. Gamis hitamnya yang mahal itu kotor, karena tanah basah pemakaman menempel di sana.
Beberapa orang mengusap pundaknya. Mencoba menenangkan dirinya yang rapuh. Matanya yang sembap terlihat membengkak. Tiada sepatah kata terucap dari bibirnya yang pucat.
Seperti manekin yang tak bernyawa di butiknya, ia pun sama sekali tak menunjukkan pergerakan kecuali embusan napas yang membedakan.
Adinda Rista Zahrany.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Berjuang & Menyerah [SUDAH TERBIT] (REPOST)
Spiritual[SUDAH TERBIT] ✔️ (REPOST) #1 dalam Azahra (10/03/20) #1 dalam khimar (20/01/20) #1 dalam Ghayda (28/01/20) #1 dalam anauhibbuki (28/01/20) #2 dalam fillah (20/01/20) #2 dalam azahra (20/01/20) #3 dalam dengki (28/01/20) #33 dalam diam (08/11/19) da...